brand merek: Ducati

  • Bos Ducati Marah Lihat Francesco Bagnaia Terlalu Sopan ke Jorge Martin

    Bos Ducati Marah Lihat Francesco Bagnaia Terlalu Sopan ke Jorge Martin

    Jakarta

    Manajer Ducati Davide Tardozzi tak suka dengan sikap Francesco Bagnaia yang terlalu baik dan sopan ke musuh-musuhnya, termasuk Jorge Martin. Dia menegaskan, sebagai pebalap profesional, Bagnaia seharusnya bisa membatasi hubungan dengan rival di lintasan.

    Baru-baru ini, dalam film dokumenter Ducati, tim asal Italia tersebut merekam momen-momen setelah balapan di Buriram, Thailand, musim lalu. Ketika itu, tepatnya di sesi Sprint Race, Martin melakukan pergerakan berbahaya yang bisa merugikan Bagnaia. Namun, bukannya marah, Bagnaia justru bersikap ramah ke musuhnya tersebut.

    “Pecco, Martin memiliki keberanian untuk menjatuhkanmu. Dia memutuskan akan mengganggumu. Dia melakukan apa yang harus dilakukan. Itulah yang harus kamu lakukan juga,” ujar Tardozzi dalam film dokumenter tersebut, dikutip dari Motorsport, Jumat (20/12).

    “Kamu tidak bisa selalu bersikap seperti seorang pria sejati. Kamu tidak bisa (terlalu baik), karena orang-orang ini sudah menendang bokongmu,” tambahnya.

    Jorge Martin dan Francesco Bagnaia Foto: Getty Images/Mirco Lazzari gp

    Tardozzi menegaskan, dalam situasi memperebutkan gelar juara, pebalap tak boleh terlalu akur dengan rival utamanya. Lebih lagi, pihak musuh tak menunjukkan sikap yang sama.

    “Dia (Martin) sudah mengincarmu, sudah memutuskan akan mengincarmu. Tidak ada keraguan tentang itu. Jadi kamu harus berhenti bersikap seperti seorang pria baik, karena mereka akan menghancurkanmu,” tegasnya.

    Pada Agustus lalu, Bagnaia pernah ditanya mengenai sikapnya yang terlalu sopan ke musuh-musuhnya, termasuk ke Martin. Dia mengatakan, rivalitas tak perlu dibumbui perselisihan. Dia lebih memilih respek ke lawan ketimbang membencinya.

    “Ketika ada rasa hormat, akan ada kedamaian di luar. Namun, itu juga selalu disertai rasa hormat. Saya dan Martin sudah saling kenal sejak lama, dan saya tidak pernah mengerti mengapa pebalap musuhan selama kejuaraan,” tutur Bagnaia.

    Jorge Martin dan Francesco Bagnaia Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

    Sikap dan prinsip yang ditunjukkan Bagnaia sangat berbeda dengan mentornya, Valentino Rossi. Peraih dua gelar juara itu terlihat lebih sopan, lembut dan tak suka drama.

    “Memang benar ketika Anda berjuang untuk tujuan yang sama, Anda akan sedikit mengubah hubungan (dengan pebalap lain). Namun, rasa hormat harus selalu ada dan tampaknya situasinya masih sama seperti tahun lalu, atau sejak kami masih muda,” kata Bagnaia.

    (sfn/rgr)

  • Bisakah Jorge Martin Tampil Bagus di Aprilia?

    Bisakah Jorge Martin Tampil Bagus di Aprilia?

    Jakarta

    Jorge Martin akan memulai petualangan baru bersama Aprilia pada MotoGP 2025. Banyak yang bertanya-tanya, apakah Martin bisa langsung nyetel dengan motor Aprilia RS-GP, yang masih memiliki banyak kekurangan?

    Sebelumnya, Martin adalah rider Ducati. Di atas motor MotoGP Ducati Desmosedici, Martin begitu perkasa hingga akhirnya berhasil menyabet gelar juara MotoGP untuk kali pertamanya di musim 2024.

    Namun pada MotoGP 2025 nanti, Martin tak lagi bersama dengan motor yang mengantarkannya juara dunia itu. Martin akan membesut motor Aprilia. Tentunya Martin butuh banyak adaptasi untuk bisa tampil bagus bersama motor MotoGP Aprilia RS-GP.

    Jorge Martin juara MotoGP 2024 Foto: REUTERS/Pablo Morano

    Pengamat MotoGP dari laman Crash, Peter McLaren, mengatakan, agar Martin bisa tampil bagus bersama RS-GP, maka Aprilia harus meracik motor yang konsisten bersaing di barisan terdepan. Berkaca dari musim 2024, motor Aprilia RS-GP yang dikendarai Aleix Espargaro dan Maverick Vinales belum bisa menunjukkan hal itu.

    “Tahun (2024) ini mereka adalah satu-satunya pabrikan yang mengalahkan Ducati, yang merupakan sebuah prestasi tersendiri. Tetapi pada saat yang sama, mereka tertinggal dari KTM di klasemen konstruktor,” ungkap McLaren.

    “Jadi, ini semacam hal yang sulit bagi Aprilia. Tapi intinya, mereka benar-benar harus meningkatkan performa rata-rata motor mereka kalau ingin bersaing merebutkan gelar,” tambahnya.

    Jurnalis Crash, Lewis Duncan, mengatakan, Aprilia harus memperbaiki aspek cengkeraman ban belakang jika ingin bersaing di MotoGP 2025. Melihat musim 2024, hanya tim Ducati yang memiliki cengkeraman ban belakang yang baik, sehingga mereka bisa tampil sangat konsisten dan mendominasi.

    “Masukan yang Aprilia perlu dapatkan dari Martin adalah, bagaimana Ducati 2024 membuat ban belakang Michelin 2024 bekerja dengan baik,” terang Duncan. “Bukan karena ban belakangnya jelek, tapi karena ban belakang baru ini punya cengkeraman yang jauh lebih baik, sehingga hanya Ducati yang mampu memaksimalkannya,” tambah dia.

    Duncan menambahkan, pebalap-pebalap Aprilia memiliki sejumlah masalah musim lalu yang harus segera diselesaikan oleh prinsipal Aprilia. “Kita tahu KTM memiliki masalah terkait getaran yang kemungkinan besar terkait dengan ban belakang, Honda juga punya, Ducati juga punya. Saya tak ingat pebalap Aprilia terlalu banyak mengeluh tentang masalah getaran, tetapi mereka punya masalah lain: masalah cengkeraman, traksi, dan degradasi (pengikisan ban) yang cukup tinggi di MotoGP,” bilang Duncan.

    (lua/rgr)

  • Perbedaan Mencolok Rossi dan Marquez di Mata Legenda MotoGP

    Perbedaan Mencolok Rossi dan Marquez di Mata Legenda MotoGP

    Jakarta

    Legenda balap asal Italia, Giacomo Agostini bicara soal rivalitas Valentino Rossi dan Marc Marquez di MotoGP. Menurutnya, meski sama-sama hebat, mereka berdua punya keunikan masing-masing.

    Agostini mengatakan, Marquez merupakan pebalap yang mudah dicintai penonton. Selain itu, kata dia, The Baby Alien juga mampu menunjukkan aksi-aksi yang membuat perlombaan lebih menarik disaksikan.

    “Marc Marquez (punya sesuatu yang) menjadi kelemahan saya. Karena, saya pikir, dia bisa memberikan gairah ke publik dan membuat penonton senang menyaksikannya. Dia pebalap yang suka tampil memukau dan disukai banyak orang,” ujar Agostini, dikutip dari Crash, Selasa (17/12).

    Giacomo Agostini bicara soal Valentino Rossi vs Marc Marquez. Foto: Getty Images/Mirco Lazzari gp

    Sementara Rossi, kata Agostini, tidak seberani Marquez. Namun, The Doctor merupakan pebalap cerdik dan punya bakat luar biasa.

    “Rossi di lain sisi merupakan pebalap yang hebat, pebalap yang cerdik. Sebagai peraih sembilan gelar juara, dia punya naluri yang kuat,” ungkapnya.

    Meski terlibat rivalitas sengit selama hampir 10 tahun, namun umur Rossi dan Marquez terpaut jauh. Sehingga, kata Agostini, ketika Marquez sedang moncer-moncernya, Rossi justru sudah berada di penghujung karier.

    “Mereka tidak seumuran. Ketika yang satu sudah mulai, yang lain belum menjadi pebalap. Ini bisa saja mempengaruhi hasil akhir, paham kan maksudnya?” kata dia.

    Marc Marquez vs Valentino Rossi. Foto: Capture Youtube MotoGP.

    Pada akhirnya, Agostini secara tak langsung lebih menghargai kelebihan-kelebihan yang ditawarkan Marquez. Menurutnya, secara penampilan, pebalap yang musim depan membela tim pabrikan Ducati tersebut lebih menghibur.

    “Meskipun saya mengakui Rossi bisa membangkitkan antusiasme, sebenarnya, kalau dipikir-pikir, bagi saya Marquez lebih nekat, tangguh dan berani. Dia petarung, dan orang-orang mungkin lebih menyukai ini. Marc tidak pernah menyerah, dia benar-benar subyek tontonan seru,” kata Agostini.

    (sfn/dry)

  • Replika Motor MotoGP Bagnaia-Martin Masuk RI, Tak Sembarang Orang Bisa Beli

    Replika Motor MotoGP Bagnaia-Martin Masuk RI, Tak Sembarang Orang Bisa Beli

    Jakarta

    Ducati meluncurkan lima motor Ducati Panigale replika balap dan juara dunia di Indonesia. Namun, motor ini tidak bisa dibeli secara sembarangan. Kelima motor Ducati replika motor balap tersebut sudah ada pemiliknya.

    Panigale Replika Balap ini turut merepresentasikan pencapaian, kemajuan teknologi modern dan seni dalam dunia otomotif. Kelima replika tersebut kini menjadi bagian dari koleksi prestisius milik Jimmy Budhijanto, seorang Top Ducatisti sekaligus CEO Ducati Indonesia. Menurutnya, ada kriteria tertentu untuk bisa memiliki motor edisi terbatas ini.

    “Sebagai penggemar dan pengguna Ducati, saya sangat bangga diberikan kesempatan untuk memiliki 5 Panigale Replika Balap yang terinspirasi dari motor-motor juara Ducati di berbagai kejuaraan dunia di mana hak eksklusif ini tidak untuk semua orang. Ada kriteria tertentu dari pabrikan Ducati di Italia yang harus dipenuhi untuk bisa memiliki koleksi terbatas ini. Bisa menghadirkannya di Indonesia merupakan sebuah prestasi tersendiri.” ucap Jimmy Budhijanto.

    Motor-motor replika Panigale 2023 ini pertama kali diluncurkan dalam acara perayaan “Campioni in Festa” untuk merayakan pencapaian Ducati pada musim 2023. Dalam sejarah balap motor, belum ada produsen yang berhasil meraih gelar juara dunia secara beruntun di MotoGP dan WorldSBK, serta WorldSSP dalam dua tahun berturut-turut (2022 & 2023).

    Pencapaian ini menjadi momen istimewa bagi Ducati, yang memilih untuk merayakannya dengan mempersembahkan lima motor replika edisi terbatas.

    Panigale replika spesial ini dirancang sebagai penghormatan kepada para pembalap yang membawa Ducati ke puncak. Adapun motor ini dibalut dengan livery khas motor balap tunggangan Francesco Bagnaia, Alvaro Bautista, Nicolo Bulega serta Jorge Martin, dan Marco Bezzecchi. Setiap motor edisi spesial ini hadir dalam seri terbatas dan bernomor yang semakin unik dengan adanya tanda tangan asli para pembalap yang ditempelkan pada tangki dan dilindungi lapisan pernis transparan.

    Panigale V4 Bagnaia 2023 World Champion Replica

    Motor replika pertama terinspirasi oleh livery paling eksklusif musim 2024, yaitu Ducati Yellow, yang digunakan oleh Desmosedici GP milik Tim Ducati Lenovo dalam balapan GP San Marino dan Riviera di Rimini di Misano. Desain ini menjadi simbol kesuksesan Francesco Bagnaia yang memenangi gelar juara dunia pada 2023. Produksi motor ini terbatas hanya 263 unit, menjadi salah satu model paling eksklusif di antara motor Ducati lainnya.

    Replika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati IndonesiaPanigale V4 Bautista 2023 World Champion Replica

    Replika kedua mengambil livery Ducati Yellow dari Panigale V4 R yang digunakan oleh Álvaro Bautista dalam balapan di Misano dan race 2 di Jerez de la Frontera. Replika motor ini terinspirasi dari Panigale V4 R, yang dilengkapi dengan berbagai fitur premium seperti tangki bahan bakar aluminium, winglet serat karbon, dan pelek aluminium tempa dari Marchesini. Motor ini hanya diproduksi sebanyak 219 unit, dengan performa tinggi dan desain yang elegan.

    Panigale V4 Martín 2023 Racing ReplicaReplika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati Indonesia

    Replika ketiga menampilkan warna resmi Desmosedici GP Tim Prima Pramac, yang semakin istimewa dengan hadirnya spakbor depan berbahan serat karbon. Motor ini dirancang dengan kecepatan dan daya tarik visual yang memiliki ciri khas gaya balap, memanjakan para penggemar Jorge Martín. Produksi motor ini terbatas hanya 189 unit, menjadi motor dengan edisi langka yang sangat diidamkan oleh kolektor dan penggemar Ducati.

    Panigale V4 Bezzecchi 2023 Racing Replica

    Replika keempat terinspirasi dari livery kuning/hitam Desmosedici GP milik tim Mooney VR46 yang digunakan oleh Marco Bezzecchi tahun lalu. Livery ini mencerminkan identitas kuat dari tim balap VR46, sekaligus menjadi pengingat akan pencapaian Bezzecchi pada musim 2023. Motor ini hanya diproduksi sebanyak 72 unit.

    Replika Motor Bagnaia-Martin Masuk Indonesia Foto: Dok. Ducati IndonesiaPanigale V2 Bulega 2023 World Champion Replica

    Motor replika terakhir didasarkan pada model Bayliss 1st Championship 20th Anniversary, dan mengusung livery merah/hitam dari Panigale V2 yang digunakan oleh Nicolò Bulega untuk memenangkan gelar juara dunia di WorldSSP. Replika ini mengingatkan akan prestasi Bulega dalam meraih gelar juara dunia, serta gaya dan desain khas Ducati yang kuat. Produksi motor ini terbatas hanya 111 unit.

    (rgr/rgr)

  • Geber Ducati Panigale, Jorge Martin Pamer Trofi MotoGP di Stadion Atletico Madrid

    Geber Ducati Panigale, Jorge Martin Pamer Trofi MotoGP di Stadion Atletico Madrid

    Jakarta

    Ada-ada saja gebrakan yang dilakukan Jorge Martin. Juara MotoGP 2024 tersebut merayakan gelar MotoGP pertamanya di kampung halamannya, Madrid, Spanyol. Menariknya, Martin melakukan perayaan di Stadion Riyadh Air Metropolitano yang merupakan kandang klub sepakbola Atletico Madrid. Martin menunggangi Ducati Panigale dan kemudian memamerkan trofi MotoGP.

    Dikutip dari Motosan, Martin diketahui memang penggemar berat klub sepakbola berjuluk Los Rojiblancos tersebut. Martin datang ke stadion menggunakan Ducati Panigale dan mengenakan jersey resmi Atletico Madrid yang disematkan namanya sendiri dengan nomor punggung 1.

    Martin juga dikatakan telah diberikan penghargaan, berupa jersey Atletico Madrid yang dibubuhi tandatangan seluruh skuad asuhan Diego Simeone. Martin pun dengan bangga memamerkan jersey tersebut kepada para penonton jelang laga Atletico Madrid vs Getafe.

    Tak hanya itu, di beberapa sudut tribun juga disematkan tulisan ‘Enhorabuena, Jorge Martin. Campeon del Mundo de MotoGP’ yang kurang lebih artinya ‘Selamat, Jorge Martin. Sang juara dunia MotoGP’. Martin yang mengendarai Ducati Panigale warna merah, berkeliling stadion bersama rombongan untuk mengapresiasi para penggemar.

    Selanjutnya Martin berjalan menuju tengah lapangan. Menggunakan setelan jersey Atletico Madrid, celana jeans, dan topi, Martin membawa trofi MotoGP yang dikenali sebagai Tower of Champions.

    Martin juga disebutkan memberikan beberapa pernyataan singkat, yang intinya mengucapkan terima kasih kepada timnya atas kesempatan yang diberikan. Ia juga mengucap rasa terima kasih kepada seluruh fans, dan menambahkan bahwa ia merasa sangat senang bisa hadir di sana untuk bersama-sama merayakan kemenangannya.

    Pada musim 2025, Martin akan berganti seragam dari Ducati ke Aprilia. Kemungkinan besar Martin akan menggunakan nomor satu di motor barunya.

    [Gambas:Instagram]

    (lua/dry)

  • Hubungan Marquez-Bagnaia di Ducati Ibarat Mbappe-Vinicius di Real Madrid

    Hubungan Marquez-Bagnaia di Ducati Ibarat Mbappe-Vinicius di Real Madrid

    Jakarta

    Marc Marquez membuat perandaian unik saat dirinya pindah ke Ducati merah dan menjadi rekan setim Francesco Bagnaia. Dia mengibaratkan, hubungannya dengan pebalap Italia tersebut seperti Kylian Mbappe dan Vinicius Junior di Real Madrid. Apa maksudnya?

    Disitat dari Crash, Marquez paham Bagnaia merupakan tokoh sentral di Ducati merah. Selain itu, kata dia, Bagnaia juga sudah lebih lama di tim pabrikan tersebut. Itulah mengapa, dia sebagai ‘anak baru’, harus beradaptasi seperti Mbappe ketika gabung ke Real Madrid.

    “Vinicius merupakan pemain yang sudah lebih dulu di timnya, dia adalah referensi. Kemudian Mbappe datang dan dia harus beradaptasi,” ujar Marc Marquez, dikutip Senin (16/12).

    Kylian Mbappe dan Vinicius Junior Foto: Irina R. Hipolito/Europa Press via Getty Images

    Secara tak langsung, Marquez menyamakan dirinya dengan Mbappe dan membandingkan Bagnaia dengan Vinicius. Itu artinya, sangat memungkinkan ada dua sosok terbaik membela tim yang sama.

    “Pecco adalah tolok ukur di tim Ducati, dia telah memenangkan 11 balapan tahun ini, dia telah berjuang untuk kejuaraan dunia hingga balapan terakhir. Pecco juga telah meraih juara dunia dua kali di tim tersebut,” ungkapnya.

    Sebagai catatan, keputusan Ducati menggabungkan Marquez dan Bagnaia di tim yang sama sempat memicu polemik. Sebab, keduanya disebut-sebut tak terlalu akur. Hal itu merujuk pada status Bagnaia yang merupakan murid Valentino Rossi.

    Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Foto: AFP/TOSHIFUMI KITAMURA

    Penunjukan Marquez sebagai pebalap Ducati merah juga sempat ditentang banyak pihak. Karuan saja, tim asal Italia tersebut sebenarnya bisa memilih Jorge Martin yang tampil spesial dan juara dunia bersama Pramac Racing.

    “Ketika mereka mengatakan kepada saya bahwa saya yang terpilih, saya tidak bertanya mengapa, saya hanya berkata ‘oke, di mana saya harus menandatangani kontrak?’, hanya itu,” tuturnya.

    “Gigi Dall’Igna memberi tahu saya dan saya bereaksi dengan rasa terima kasih dan saya akan membuktikan keputusan tersebut tepat,” kata Marquez menambahkan.

    (sfn/dry)

  • KTM Krisis Keuangan, Pedro Accosta Ketar-ketir Nasibnya di MotoGP

    KTM Krisis Keuangan, Pedro Accosta Ketar-ketir Nasibnya di MotoGP

    Jakarta

    Keuangan KTM yang tidak sehat dikhawatirkan menghambat proyek MotoGP. Pedro Acosta yang baru naik ke tim pabrikan ketar-ketir dengan nasibnya sekarang.

    KTM dalam kondisi terpuruk lantaran beban utang sebesar 2,9 miliar euro atau sekitar Rp 48 triliun. Nasib KTM di MotoGP menjadi keraguan, sebab untuk balapan motor kelas wahid itu perlu biaya besar. Stidaknya kekhawatiran ini disampaikan

    “Untungnya, dari apa yang mereka katakan kepada kami, proyek akan berlanjut di MotoGP, jadi tidak berbahaya untuk memiliki sepeda motor untuk tahun depan, yang kami ingin tahu adalah dalam kondisi apa kami akan dapat bersaing,” kata Manajer Pedro Acosta, Alberta Velera dikutip dari Marca, Minggu (15/12/2024).

    Awalnya kontrak baru itu terasa menjanjikan bagi Acosta. Setelah debut besar di kategori utama dengan GasGas, Pedro Acosta memperbarui kontrak selama dua tahun dengan KTM. Anak nelayan itu didapuk jadi pebalap pabrikan.

    Melihat Pedro Accosta mengenakan pakaian oranye, tentunya bikin suasana lebih dekat untuk mencapai kemenangan. Namun situasi merek Austria yang terancam bangkrut secara tiba-tiba jadi mengkhawatirkan.

    “Tidak ada yang memperingatkan kami tentang kemungkinan ini ketika kami menandatangani kontrak pada bulan Mei, kami dijual bahwa KTM adalah raksasa dengan kekuatan finansial yang besar, bagi kami itu benar-benar mengejutkan,” kata Valera.

    “Pada bulan Mei kami menandatangani kontrak dengan proyek pemenang, dengan perusahaan yang baru saja menghasilkan puluhan juta keuntungan dan dengan pesan yang jelas bahwa mereka berada dalam posisi kekuatan untuk dapat melawan pemenang saat ini di MotoGP, yaitu Ducati, tetapi hari ini tidak terjadi,” kata dia.

    “Tiba-tiba, dalam enam bulan, semuanya telah berubah dan kami bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Itu adalah sesuatu yang membuat kita khawatir dan menyangkal yang jelas akan tidak masuk akal. Saya pikir kita harus mengakuinya dan jujur, dan jelas, baik Pedro dan saya, serta keluarga dan lingkungannya, prihatin dengan situasi KTM saat ini,” jelasnya lagi.

    KTM mengalami krisis keuangan, lantaran mengalami kelebihan produksi dan penurunan penjualan yang signifikan. Selain itu, KTM juga gagal dalam proyek sepeda motor listriknya.

    Jika akhir Februari 2025 KTM tidak memperbaiki keuangan mereka akan berakibat pada dijualnya aset perusahaan untuk memuaskan kreditur.

    Mengutip Forbes, keterpurukan keuangan KTM lantaran turunnya penjualan sebanyak 27% dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2023.

    KTM pun menanggung beban utang sebesar 2,9 miliar euro (Rp 48 triliun). Krisis itu tak hanya mengancam bisnis sepeda motor KTM, tapi juga mulai merembet ke partisipasi mereka di balap MotoGP.

    Tak hanya dibebani utang yang menumpuk, krisis yang menimpa KTM juga berujung kegagalan membayar gaji karyawan yang tertunggak di bulan Desember 2024.

    (riar/lua)

  • Marquez Berambisi Kejar Rekor Valentino Rossi

    Marquez Berambisi Kejar Rekor Valentino Rossi

    Jakarta

    Marc Marquez berambisi mengejar rekor gelar MotoGP milik Valentino Rossi. Saat ini Marquez hanya berjarak satu gelar dari The Doctor. Marc Marquez memiliki peluang besar menyamai perolehan gelar MotoGP Rossi dalam dua musim percobaan ke depan.

    Diketahui, saat ini Valentino Rossi menempati posisi kedua sebagai rider yang paling banyak mendapatkan gelar juara Grand Prix. Rossi memiliki 9 gelar juara Grand Prix yang di antaranya 7 gelar MotoGP pada 2001, 2002, 2003 bersama Honda dan pada 2004, 2005, 2008, 2009, bersama Yamaha. Gelar Rossi lainnya didapat di kelas balap 125 cc pada 1997 dan kelas balap 250 cc pada musim 1999. Saat itu Rossi masih membela Aprilia.

    Valentino Rossi Foto: Doc. Yamaha Racing

    Sementara Marquez memiliki 8 gelar Grand Prix yang diperolehnya saat membela Honda. Pebalap asal Spanyol itu meraih gelar MotoGP musim 2013, 2014, 2016, 2017, 2018, serta 2019. Selanjutnya 2 gelar Marquez lainnya diperoleh pada 2010 kala dia masih membela Derbi di kelas 125 cc dan pada 2012 saat membela Suter di Moto2.

    Mengingat Rossi sudah pensiun dan Marquez masih aktif membalap, Marquez pun berambisi mengejar perolehan gelar MotoGP Rossi. Marquez mempunyai target menyamakan rekor Rossi pada tahun 2027.

    “Pada tahun 2027, saya akan mencoba untuk memiliki sembilan gelar (Grand Prix),” bilang Marquez dikutip dari Motosan. “Saya akan berusaha untuk mendapatkan satu Piala Dunia lagi, setiap tahun saya berusaha memperjuangkannya,” sambung pebalap asal Spanyol tersebut.

    Ambisi Marquez untuk menyamai rekor Rossi bisa saja diraihnya dalam dua musim ke depan. Apalagi sekarang Marquez berada di tim pabrikan Ducati Lenovo yang mempunyai motor paling sempurna dan paling kompetitif di MotoGP, Ducati Desmosedici.

    Ducati Desmosedici saat ini mendominasi ajang MotoGP dengan kemenangan selama 3 musim berturut-turut. Asal bisa tampil konsisten dan minim membuat kesalahan, maka Marquez memiliki peluang besar meraih gelar juara dunia kesembilannya.

    (lua/riar)

  • Masa Lalu Ducati Salah Rekrut Rossi

    Masa Lalu Ducati Salah Rekrut Rossi

    Jakarta

    Ducati mengenang masa-masa sulit, meskipun pernah dibela pebalap sekaliber Valentino Rossi. Kala itu, mengawinkan pebalap dan motor yang sama-sama dari Italia adalah mimpi, namun realisasinya jangankan meraih juara dunia, menang balapan sekalipun sulit.

    Rossi berseragam pabrikan asal Borgo Panigale pada musim 2011 dan 2012. Tapi Pebalap kelahiran Tavullia ini ternyata tidak mampu menunjukkan statusnya sebagai legenda hidup MotoGP.

    Pada musim pertamanya di Ducati, Rossi finis di urutan ketujuh klasemen akhir pebalap dengan 139 poin. Dari 18 seri, pebalap Italia ini cuma naik podium sekali. Lalu Valentino Rossi dan Ducati pun berpisah pada akhir musim 2012. Total selama berseragam Ducati, dia hanya meraih tiga podium.

    Mauro Grassilli, Sporting Director Ducati Corse, mengamini kehadiran Rossi saat itu awalnya dinilai bisa jadi juru selamat Ducati yang bisa meraih kemenangan pasca ditinggal Casey Stoner.

    “Dia (Rossi) datang ke Ducati sebagai fenomena yang dapat menyelamatkan dari situasi tidak sulit, tetapi dapat ditingkatkan,” kata Grassilli.

    Sayangnya motor yang dirancang Ducati tidak nyetel dengan Rossi. Bahkan dia menyebut Rossi ingin mengubah Ducati jadi motor Yamaha.

    “Masalahnya adalah tidak diketahui dengan jelas seperti apa motor itu, kedatangan Valentino dan kebutuhan untuk menyediakan motor yang cukup kompetitif bagi Valentino,” kata Kepala Mekanik Ducati saat itu, Juan Martinez.

    Apalagi permintaan Rossi bahkan tidak sesuai dengan konsep Desmosedici yang telah dikembangkan.

    Akhir pekan bersama Ducati lebih banyak kekecewaan. Masa tinggal Rossi di Borgo Panigale menyisakan noda kegagalan dan keputusasaan bagi Ducati.

    “Sepeda motor yang dirancang oleh Filippo Preziosi adalah sepeda motor yang dirancang, didesain, dan dikonsep untuk tidak memiliki sasis perimeter, dan kedatangan Valentino bahkan mengubah bagian yang sangat penting dari proyek ini, sedikit dengan tujuan mengubah Ducati menjadi Yamaha,” ujar Martinez.

    Ducati sekarang jadi incaran para pebalap. Motornya superior di atas lintasan. Ducati kala itu belum siap menampung Rossi.

    “Memang sebuah kesalahan ketika kami merekrut Valentino ke Ducati, saat itu kami belum siap. Ducati belum siap menangani Valentino Rossi, sedangkan sekarang kami jauh lebih siap. Saya juga mengingatkan bahwa sekarang kami punya dua juara dunia. Saat anda menangani Francesco Bagnaia, saya tidak melihat alasan mengapa Anda tidak mampu menangani Marc Marquez,” ucap Manajer Ducati, Tardozzi.

    “Dengan Valentino, saat itu timing-nya benar-benar keliru dengan Jorge Lorenzo, menurut saya dia membuat kesalahan karena terburu-buru bergabung dengan Honda. Seandainya dia menunggu beberapa hari, ceritanya akan berbeda,” Tardozzi menambahkan.

    (riar/lth)

  • Jorge Martin Juara MotoGP Bukan karena Balas Dendam dengan Ducati

    Jorge Martin Juara MotoGP Bukan karena Balas Dendam dengan Ducati

    Jakarta

    Jorge Martin sukses menjuarai MotoGP 2024. Martin mengaku keberhasilan tersebut bisa dicapai bukan karena dirinya ingin balas dendam terhadap Ducati yang tidak jadi merekrutnya ke tim pabrikan.

    “Sejujurnya, bagi saya, titik kunci kejuaraan bukanlah di sana,” ungkap Martin, dalam wawancara dengan Marca, dikutip Rabu (11/12/2024). “Ya, jelas, untuk pers, untuk masalah kontrak, ada kekacauan dan itu adalah sebelum dan sesudah dalam sejarah saya dengan Ducati, itu jelas,” sambung Martin.

    Lanjut Martin mengatakan, titik balik di MotoGP sehingga dia termotivasi meraih gelar juara dunia 2024 adalah saat seri kesembilan digelar di Sirkuit Sachsenring, Jerman, bulan Juli silam. Di race utama MotoGP Jerman, Martin terjatuh saat memimpin balapan, padahal balapan menyisakan dua lap. Gara-gara itu juga, posisi dia di puncak klasemen saat itu diambil alih pebalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia.

    “Bagi saya, di level olahraga, titik baliknya mungkin adalah Jerman, saat saya jatuh dengan keunggulan yang sangat besar. Saya pikir itu mungkin jadi titik balik bagi saya untuk membuat perubahan dan berkata, ‘Sejauh ini, saya tidak akan gagal lagi.’ Itu yang memotivasi saya,” tambah pebalap asal Spanyol tersebut.

    “Pada akhirnya, saya melihat bahwa saya tidak perlu membuktikan apa pun dan saya memberikan 100 persen kemampuan saya, seperti yang telah saya lakukan hingga saat itu dan saya berhasil meraih gelar ini,” sambung rider yang kemudian memutuskan pindah ke Aprilia Racing itu.

    Meski begitu, harus diakui keputusan Ducati Lenovo merekrut Marc Marquez pada 2025 telah menjadi pelecut semangat bagi Martin untuk menunjukkan kemampuannya. Apalagi tim Martin, Pramac Racing, yang ikutan kecewa, juga tidak melanjutkan kerja sama dengan Ducati.

    “Saya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyatukan tim, menyatukan mereka semua dan memberi tahu mereka: ‘Teman-teman, ini sudah terjadi…Tahun ini, akhirnya, saya lebih memandang segala sesuatunya sebagai sebuah peluang dan bukan sebagai ancaman,” kata dia.

    “Anda berkata pada diri sendiri: ‘Baiklah, begitulah adanya, peluang apa yang ada di depan kita? Nah, tim satelit yang terdiri dari 10-12 orang dapat mengalahkan tim pabrik yang beranggotakan 200 orang. Jadi mari kita bekerja, tidak ada yang akan memberi kita apa pun dan kita akan melakukannya,” bilang Martin.

    “Dan, pada akhirnya, berkat itu, tentu saja, saya bisa menjadi juara dunia,” tukasnya.

    (lua/rgr)