brand merek: Apple

  • iPhone Keluaran Tahun 2017 Ini Resmi Jadi Barang Antik

    iPhone Keluaran Tahun 2017 Ini Resmi Jadi Barang Antik

    Jakarta

    Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat ponsel yang umurnya belum 10 tahun jadi barang usang. Itulah yang terjadi pada iPhone X yang baru saja ditetapkan Apple sebagai barang antik.

    Menurut pantauan MacRumors, Apple baru saja memasukkan iPhone X ke dalam daftar produk vintage (antik) dan obsolete (usang). Selain iPhone X ada juga TWS AirPods generasi pertama dan speaker pintar HomePod generasi pertama yang masuk dalam daftar produk vintage.

    Produk Apple masuk dalam daftar vintage jika produk itu terakhir dijual secara resmi lima sampai tujuh tahun yang lalu. Produk ini masih bisa diperbaiki oleh Apple Store dan Apple Authorized Service Provider asal komponennya masih tersedia.

    iPhone X sendiri pertama kali diumumkan pada 12 September 2017 dan mulai dijual pada 3 November 2017. Ponsel ini berhenti dijual pada 12 September 2018 setelah Apple merilis iPhone XR, iPhone XS, dan iPhone XS Max.

    iPhone X diluncurkan untuk menandai ulang tahun iPhone yang ke-10. Tidak mengherankan jika ponsel ini membawa sejumlah inovasi seperti layar Super Retina OLED, layar yang lebih luas setelah tombol Home serta bezel bagian atas dan bawah dihilangkan, Face ID yang menggantikan Touch ID, dan masih banyak lagi.

    iPhone X turut ditenagai chip A11 Bionic yang dilengkapi dengan Neural Engine untuk pertama kalinya untuk meningkatkan kemampuan machine learning, serta dilengkapi dukungan wireless charging, seperti dikutip dari MacRumors, Selasa (2/7/2024).

    Perangkat lainnya yang masuk dalam daftar produk vintage adalah AirPods generasi pertama yang diumumkan pada 7 September 2016. AirPods langsung menjadi standar baru untuk perangkat audio wireless karena desainnya yang compact dan integrasi dengan ekosistem Apple berkat chip W1.

    Terakhir ada speaker pintar HomePods yang juga masuk dalam daftar produk antik. Perangkat ini pertama kali diumumkan pada 5 Juni 2017 di ajang WWDC. HomePods dirancang untuk menghadirkan audio berkualitas tinggi dengan integrasi Apple Music dan AirPlay serta Siri untuk memudahkan kontrol playback dengan suara.

    Setelah menjadi produk vintage atau antik, perangkat Apple biasanya akan digolongkan sebagai produk obsolete atau usang jika produk itu terakhir dijual lebih dari tujuh tahun yang lalu. Apple Store dan Apple Authorized Service Provider tidak bisa lagi memperbaiki produk yang sudah usang.

    (vmp/vmp)

  • Game Kelas Konsol Buat iPhone 15 Pro dan iPad Tidak Laku

    Game Kelas Konsol Buat iPhone 15 Pro dan iPad Tidak Laku

    Jakarta

    Pengguna iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max bisa memainkan game AAA seperti Resident Evil Village dan Assassin’s Creed Mirage berkat fitur ray tracing di chip A17 Pro. Tapi game sekelas konsol ini tidak laku di kalangan pengguna iPhone.

    Laporan terbaru Appfigures mengungkap permintaan untuk game AAA di perangkat mobile seperti iPhone ternyata tidak setinggi ekspektasi. Bahkan game AAA yang dioptimalkan untuk iPhone ini disebut sebagai ‘flop’ alias produk gagal.

    Tidak hanya itu, Appfigures berspekulasi bahwa Apple mungkin membayar perusahaan seperti Unisoft dan Capcom untuk menghadirkan game mereka di iPhone sebagai cara untuk mempromosikan spesifikasi hardware di perangkat terbarunya.

    Data Appfigures menunjukkan Assassin’s Creed Mirage diunduh lebih dari 123.000 kali sejak diluncurkan pada 6 Juni lalu. Namun, jumlah pengguna yang membayar USD 49,99 untuk memainkan game secara penuh tidak sampai 3.000 orang.

    Laporan ini mengatakan jumlah download harian rata-rata untuk Assassin’s Creed Mirage tidak sampai 3.000. Angka itu cukup rendah jika dibandingkan game mobile gratis yang ada di App Store.

    Sebagai perbandingan, game seperti Assassin’s Creed Rebellion yang ditujukan khusus untuk mobile gaming sudah di-download hampir dua juta kali dalam periode yang sama saat game itu pertama kali diluncurkan, dengan pendapatan kotor 612% lebih besar dari Assassin’s Creed Mirage.

    Resident Evil 4 yang dirilis untuk iOS pada Desember 2023 juga mencatat angka yang kurang mengesankan, dengan jumlah download 357.000 tapi hanya 7.000 yang membayar USD 29,99 untuk memainkan game secara penuh. Sedangkan untuk Resident Evil Village sekitar 5.750 orang yang membayar USD 15,99 untuk memainkan game secara penuh.

    Head of Content Appmagic Andrei Zubov meyakini pengguna iPhone dan ponsel pada umumnya lebih memilih memainkan game kasual yang sudah dirancang untuk dikontrol menggunakan sentuhan dan bisa dimainkan dalam waktu singkat, seperti dikutip dari 9to5Mac, Senin (1/7/2024).

    Game AAA biasanya membutuhkan kontrol fisik untuk pengalaman gaming yang lebih baik. Selain itu layar iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max sangat kecil untuk memainkan game AAA secara optimal.

    Saat ini hanya iPhone 15 Pro dan IPhone 15 Pro Max yang mendukung game AAA, serta iPad dengan chip M1 atau lebih baru. Batasan hardware ini juga membatasi jumlah pemain yang bisa menikmati game-game ini.

    (vmp/vmp)

  • Apple Siapkan Vision Pro Murah, Ini Bedanya dengan yang Mahal

    Apple Siapkan Vision Pro Murah, Ini Bedanya dengan yang Mahal

    Jakarta

    Apple disebut tengah mengembangkan versi alternatif yang lebih murah dari Vision Pro. Apa bedanya dengan yang mahal?

    Vision Pro adalah headset canggih dengan harga yang menjulang, mencapai USD 3.500 atau sekitar Rp 57 juta. Nah, mereka saat ini disebut tengah mengembangkan headset baru dengan kode N107 yang kabarnya lebih murah dari itu.

    Fitur-fitur inti headset N107 ini bakal sama dengan Vision Pro, namun untuk membuat harganya lebih murah kabarnya headset ini akan bergantung pada sambungan ke iPhone ataupun Mac, berbeda dengan Vision Pro yang bisa beroperasi secara independen, tanpa perlu terhubung ke iPhone dan Mac terus menerus.

    Selain itu, menurut laporan Mark Gurman dari Bloomberg, Vision Pro murah ini juga akan punya ruang pandang (field of view) yang lebih sempit dibanding Vision Pro versi mahal, demikian dikutip detikINET dari GSM Arena, Rabu (26/6/2024).

    Selain N107 Apple pun menurutnya sedang mengembangkan Vision Pro versi dua dengan kode N109. Headset tersebut kabarnya akan punya chip yang lebih kencang serta kemampuan kamera eksternal yang lebih tinggi.

    Vision Pro N107 yang lebih murah kabarnya akan meluncur pada akhir 2025, sementara Vision Pro N109 akan dirilis pada akhir 2026.

    Gurman juga menyebut saat ini minat konsumen terhadap Vision Pro sudah merosot drastis, yang terlihat dari minat konsumen untuk menjajal Vision Pro, dan tentu saja dari penjualan Vision Pro dari berbagai peritel Apple yang menurun.

    “Permintaan demo menurun drastis. Orang-orang yang sudah membuat janji temu sering kali tidak datang, dan penjualan – setidaknya di beberapa lokasi – turun dari beberapa unit sehari menjadi hanya segelintir unit dalam sepekan,” kata Gurman.

    Padahal saat Apple membuka pre-order Vision Pro pada bulan Januari, produk ini langsung terjual 180.000 unit. Saat penjualan perdana dibuka, fanboy Apple berduyun-duyun mengantre di toko untuk menjajal perangkat ini serta mengambil pesanannya.

    Walau penjualannya mulai melemah, Apple tidak berhenti mempromosikan Vision Pro. Produsen iPhone ini memasang promo besar untuk Vision Pro di website resminya.

    Turunnya popularitas Vision Pro mengikuti masalah yang sudah lama menghantui perangkat virtual/augmented reality (VR/AR) yaitu mempertahankan engagement pengguna agar mau menggunakan perangkat itu setiap hari.

    Sejumlah anekdot pengguna Vision Pro di media sosial mengaku mereka semakin jarang menggunakan perangkat mixed reality tersebut.

    (asj/asj)

  • Kisah Buruh Pabrik Sukses Besar Hingga Kumpulkan Duit Rp 132 T!

    Kisah Buruh Pabrik Sukses Besar Hingga Kumpulkan Duit Rp 132 T!

    Jakarta

    Kisah Zhou Qunfei patut diteladani. Berasal dari keluarga miskin, putus sekolah di usia belia dan tak punya pilihan selain jadi buruh pabrik, kerja keras akhirnya membuatnya jadi wanita terkaya di China. Usaha sendiri, tanpa sepeserpun warisan.

    Menurut perhitungan Forbes, Zhou adalah salah satu manusai terkaya di China. Harta terkininya diestimasi USD 8,1 miliar atau di kisaran Rp 99,2 triliun. Kekayaannya menjulang tinggi, berkat perusahaan Lens Technology yang dia rintis.

    Jika Anda memakai ponsel buatan Samsung atau Apple, ada kemungkinan komponen layar touchscreen adalah buatan Lens Technology. Perusahaan yang berbasis di China ini tercatat mempekerjakan lebih dari 198 ribu karyawan.

    Zhou yang berusia 54 tahun, sangat dikenal di jagat teknologi. Dia kerap bolak-balik dari China ke Silicon Valley untuk bertemu eksekutif Apple dan Samsung, dua klien utama yang memesan banyak layar sentuh ke perusahaannya.

    Zhou adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia lahir di sebuah desa kecil di propinsi Hunan, sebuah daerah pertanian yang cukup terpencil. Masa kecilnya penuh sengsara. Umur lima tahun, ibunya meninggal. Dan ayahnya, hampir tuna netra karena mengalami kecelakaan.

    Di rumah, Zhou membantu keluarganya membesarkan hewan ternak sebagai usaha mendapat penghasilan tambahan. Di sekolah, dia berprestasi.

    “Dia adalah siswa pekerja keras dan berbakat. Aku pernah membacakan karangan soal ibunya di kelas. Tulisannya itu sungguh mengharukan sehingga semua orang menangis,” kata gurunya di SMP, Zhing Xiaobai yang dikutip detikINET dari Financial Review.

    Meskipun pandai, Zhou terpaksa keluar sekolah pada umur 16 tahun karena terganjal biaya. Ia lalu pindah ke propinsi Guandong ke rumah pamannya untuk mencari pekerjaan. Zhou bercita cita jadi desainer busana, tapi dia akhirnya jadi buruh pabrik di kota Shenzen dengan gaji USD 1 per hari.

    Kondisi di pabrik menurut Zhou sangat berat. Pabrik itu membuat kaca untuk arloji “Tidak ada shift karena orangnya sangat sedikit. Aku tidak menikmatinya,” kata Zhou. Setelah tiga bulan, dia memutuskan mengundurkan diri.

    Namun surat pengunduran diri Zhou membuat bosnya malah terkesan karena Zhou berterima kasih atas pelajaran yang diberikan pabrik dan sebenarnya masih ingin bekerja. Maka, si bos pun menahannya dan menaikkan jabatannya.

    Bikin Bisnis Sendiri

    Pada tahun 1993, Zhou merasa sudah cukup bekerja untuk orang lain. Ia ingin mendirikan perusahaan sendiri. Dengan tabungan sekitar USD 3.000, dia dan beberapa anggota keluarganya mendirikan pabrik kaca jam yang diklaim berkualitas tinggi.

    Di perusahaannya itu, Zhou terlibat di hampir semua hal. Dia mempelajari proses pembuatan layar yang berkualitas. “Di bahasa Hunan, kami menyebutnya sebagai ba de man, yang artinya seseorang yang berani melakukan sesuatu yang ditakuti orang lain,” kata keponakannya, Zhou Yinyi.

    Zhou kemudian menikah dengan mantan bosnya, memiliki seorang anak sebelum memutuskan cerai. Dia menikah lagi dengan temannya semasa jadi buruh pabrik dan dikaruniai anak kedua. Sang suami kini menjadi komisaris di Lens Technology.

    Rezeki memang sering datang tanpa diduga. Tahun 2003, ketika pabriknya masih membuat kaca untuk jam, dia menerima panggilan telepon dari eksekutif Motorola. Mereka menanyakan apakah dia bisa membantu membuat layar untuk ponsel baru Razr V3.

    Waktu itu, kebanyakan layar ponsel terbuat dari plastik. Motorola menginginkan layar ponsel yang lebih tahan goresan dan menampilkan gambar lebih baik. “Aku ditelepon dan diminta menjawab ya atau tidak. Jika ya mereka akan bantu. Jadi aku jawab ya,” tutur Zhou.

    Setelah pesanan itu, pesanan lain bermunculan dari produsen ponsel raksasa seperti HTC, Nokia dan Samsung. Kemudian pada 2007, Apple memasuki pasar dengan iPhone. Apple memilih Lens sebagai suplier komponen layar yang semakin menaikkan pamor perusahaan ini.

    Zhou lalu berinvestasi besar-besaran membangun fasilitas pabrik baru dan merekrut teknisi terampil. Dia meminjam banyak uang dari bank, kadang dengan jaminan rumahnya sendiri. Hasilnya dalam tiga tahun, dia memiliki fasilitas pabrik di tiga kota.

    Kini, Zhou tinggal menikmati kerja kerasnya. Tiap hari dia menerima pesanan layar dari para perusahaan elektronik raksasa, termasuk Corning yang adalah produsen Gorilla Glass. Klien utama tetaplah Apple dan Samsung. Mayoritas pendapatan perusahaan berasal dari dua raksasa itu.

    “Dia sungguh entrepreneur penuh passion dan sangat suka menangani banyak hal. Aku melihat perusahaannya tumbuh dan dia membangun tim yang kuat. Sekarang memang ada banyak kompetitor di industri ini, tapi Lens tetap pemain papan atas,” ucap James Holis, eksekutif di Corning.

    Zhou memang dikenal sangat mendetail. “Ayahku tuna netra sehingga jika kami meletakkan sesuatu, harus tepat di tempatnya atau akan terjadi sesuatu yang mungkin buruk,” ucapnya.

    “Di desa tempatku tumbuh, banyak gadis tidak memiliki pilihan. mereka akan menikah dan menghabiskan seluruh hidupnya di sana. Sedangkan aku memilih berbisnis dan tidak menyesalinya,” ujar Zhou.

    (fyk/fay)

  • Tukang Cuci Piring Kini Hartanya Rp 1.900 Triliun, Darimana Asalnya?

    Tukang Cuci Piring Kini Hartanya Rp 1.900 Triliun, Darimana Asalnya?

    Jakarta

    Pekerjaan pertama Jensen Huang, pendiri dan CEO Nvidia, adalah tukang cuci piring di restoran waralaba Denny’s. Jadi, bagaimana caranya dia sekarang menurut Forbes di kisaran USD 199 miliar atau lebih dari Rp 1.900 triliun?

    Lahir di Taiwan dan pindah ke Amerika Serikat sejak kecil, Jensen Huang remaja menjadi pencuci piring dan ternyata senang dengan pekerjaan itu. “Ini adalah pilihan karir yang bagus. Aku sangat merekomendasikan setiap orang memulai pekerjaan pertama di bisnis restoran, itu mengajarkan kerendahan hati dan kerja keras. Aku mungkin adalah pencuci piring terbaik Denny’s,” katanya.

    Huang kuliah di Oregon State University karena biaya kuliahnya rendah. Ia menemukan pasangan hidup di sana, yaitu satu-satunya mahasiswi teknik elektro, Lori Mills. Mereka sekarang telah menikah selama lebih dari 30 tahun.

    Dia bekerja di perusahaan chip setelah lulus dan mengambil gelar master di Stanford. Pada Thanksgiving 1993, dia dan dua rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem bertemu di restoran Denny’s di South Bay. Mereka membuat sketsa rencana untuk mendirikan perusahaan sendiri di erbet. Nvidia pun didirikan pada April di tahun itu.

    Nvidia menciptakan GPU untuk game 3D. Meskipun game adalah bisnis terbesar perusahaan selama beberapa dekade, Nvidia terjun ke pasar lain, termasuk cloud gaming, metaverse, dan chip penambangan mata uang kripto.

    Nah, nasib Nvidia berubah drastis akhir tahun 2022, ketika OpenAI merilis ChatGPT dan memperkenalkan AI generatif ke masyarakat luas. OpenAI melakukan sebagian besar pengembangan AI-nya dengan GPU Nvidia.

    Perusahaan lain seperti Microsoft, Google, dan Meta juga memperkuat investasi mereka dalam penelitian dan pengembangan AI. Mereka pun membutuhkan chip AI terbaru senilai miliaran dolar untuk membangun model AI mereka. Ini yang membuat posisi Nvidia makin kuat.

    Nvidia menempati posisi utama sebagai pemasok utama bagi perusahaan teknologi terbesar. Perusahaan ini sekarang menguasai sekitar 80% pasar chip AI, dan Huang termasuk di antara 20 orang terkaya di dunia. Terbaru, kapitalisasi pasar mereka menembus USD 3 triliun dan telah mengalahkan valuasi Microsoft maupun Apple.

    Dikutip detikINET dari CNBC, Huang memiliki sekitar 86,76 juta saham Nvidia, atau lebih dari 3,5% saham beredar perusahaan. Seiring valuasi Nvidia yang semakin tinggi, kekayaan Huang pun terus terkerek di mana saat ini, dia adalah orang terkaya kesebelas di dunia.

    Padahal 5 tahun silam, kekayaan Huang masih senilai USD 3 miliar. Kini, hartanya bertambah sampai lebih dari USD 116 miliar, menembus USD 119 miliar dan mungkin saja akan terus naik.

    (fyk/fyk)

  • Apple dan Meta Hadapi Tantangan Regulasi di Eropa, Kenapa?

    Apple dan Meta Hadapi Tantangan Regulasi di Eropa, Kenapa?

    Jakarta

    Dua perusahaan raksasa teknologi asal Amerika Apple dan Meta dilaporkan tengah menghadapi tantangan regulasi baru di Eropa. Apple terkait toko aplikasinya App Store, sedangkan Meta berpusat pada asisten kecerdasan buatan (AI).

    Berdasarkan laporan dari Financial Times (FT), Komisi Eropa (European Commission/EC) akan mengajukan tuntutan terhadap Apple. Perusahaan pembuat iPhone itu tidak mematuhi persyaratan yang mengizinkan para pengembang aplikasi mengarahkan para pengguna kepada penawaran-penawaran yang tersedia di luar App Store tanpa membebankan biaya kepada mereka.

    Jika tuntutan tersebut benar-benar diajukan terhadap Apple, ini bisa menjadi yang pertama kalinya bagi EC melakukannya di bawah Digital Markets Act (DMA) yang baru saja diterapkan, menurut laporan tersebut.

    Komisi Eropa mengatakan pada bulan Maret bahwa mereka menggunakan wewenangnya di bawah DMA untuk menyelidiki Apple, Alphabet, dan Meta.
    Laporan tersebut menambahkan bahwa regulator hanya membuat temuan awal, mereka dapat menilai kembali keputusan akhir apa pun jika Apple mengubah praktiknya, dan bahwa waktu keputusan apa pun dapat berubah.

    “Kami yakin rencana kami sesuai dengan DMA, dan kami akan terus terlibat secara konstruktif dengan Komisi Eropa saat mereka melakukan penyelidikan,” Pernyataan Apple sebagaimana dikutip detiKINET dari PYMNTS.

    Sementara itu Meta, mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah menghentikan sementara rencana peluncuran asisten AI-nya, Meta AI, di Eropa setelah Komisi Perlindungan Data Irlandia (DPC), atas nama otoritas perlindungan data Eropa (DPA), memintanya untuk menunda pelatihan model bahasa besar (LLM) dengan konten yang dibagikan oleh orang dewasa di platform Facebook dan Instagram Meta.

    Meta mengatakan dalam pembaruan bahwa mereka kecewa dengan permintaan tersebut, bahwa mereka telah memasukkan umpan balik dari DPA Eropa dan bahwa permintaan tersebut menandai langkah mundur untuk inovasi Eropa.

    “Kami berkomitmen untuk menghadirkan Meta AI, bersama dengan model yang mendukungnya, kepada lebih banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Eropa,” kata Meta dalam pembaruan tersebut.

    “Namun, sederhananya, tanpa menyertakan informasi lokal, kami hanya dapat menawarkan pengalaman kelas dua kepada orang-orang. Ini berarti kami tidak dapat meluncurkan Meta AI di Eropa saat ini,” sambungnya.

    (jsn/afr)

  • Swift Assist di Xcode 16 Bikin Siapa pun Bisa Bikin Aplikasi iOS

    Swift Assist di Xcode 16 Bikin Siapa pun Bisa Bikin Aplikasi iOS

    Jakarta

    Selain Apple Intelligence, pengumuman kehadiran Swift Assist di Xcode 16 menyita perhatian developer yang hadir di Worldwide Conference Developer (WWDC) 2024. Tak terkecuali duo engineer dari Tokopedia, Tonito dan Ferico Samuel.

    Tonito mengaku sudah mendengar gosip seputar WWDC. Beberapa terkonfirmasi, namun dirinya tetap kaget sederet pengumuman lain yang disampaikan Apple sepanjang sesi keynote.

    “Apple Intelligence memang paling diantisipasi, tapi ternyata melebihi apa yang kami perkirakan,” ujarnya saat ditemui di sela-sela WWDC 2024, Apple Park, Cupertino, AS.

    Menurutnya AI yang disuguhkan Apple begitu mengedepankan privasi pengguna dan ini sulit ditemukan di layanan lain.

    “Apple memainkan kartunya banget, bagaimana dia bisa meng-generate result dari client maupun server, mainnya kayak hybrid jadi menyesuaikan konteks user sehingga jadi produk yang polish,” kata Tonito.

    Soal Swift Assist terbaru menurutnya bakal membantu banyak para developer. Kendati bukan pertama –sebelumnya ada Github Co-Pilot– iOS developer bakal senang kehadiran fitur baru di Xcode 16 itu.

    “Bikin lebih banyak orang biasa jadi developer. Jadi tinggal ketik-ketik saja untuk bikin aplikasi, nanti tinggal di-generate,” ucap Head Engineer iOS Tokopedia ini.

    Swift Assist terbaru bikin pembuatan aplikasi lebih cepat. Sebab bisa mempersingkat waktu pengerjaaan.

    “Biasanya dulu paling cepat browsing, buka Google, copas codenya, kita jalanin. Dengan Swift Assist ini kita kayak ngobrol aja, cerita-cerita. Contohnya gue mau bikin list of apa, nanti tinggal di-generate. Jadi nggak perlu capek-capek Googling, udah langsung aja kayak curhat ke Swift,” terang Tonito.

    Tonito dan Ferico, duo engineer Tokopedia yang hadir di WWDC 2024 Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Swift Assist tak hanya berguna bagi pemula, bahkan developer tingkat lanjut pun bakal terbantu. Berdasarkan pemaparan Apple saat keynote, ada beberapa fitur yang mampu mendeteksi risk condition, Swift Assist akan memberitahukan kalau code yang dibuat kurang optimal atau bisa menyebabkan bug.

    “Developer nggak selalu ngapalin task, malah kadang sering lupa. Dengan Swift Assist dari ide kita bisa minta, langsung di-generate,” ujar Ferico.

    “Memang hasil generate tidak langsung sempurna untuk dirilis, namun di situlah pengalaman kita dibutuhkan. Dari semua yang di-generate, kita bisa tahu code basic-nya apa saja yang kurang atau missing dan kurang bagus, di situlah experience developer yang main,” imbuhnya.

    Sedikit informasi Xcode 16 dibekali menyematkan Swift Assist dan penyelesaian kode prediktif. Mesin penyelesaian kode prediktif baru di Xcode menggunakan model unik yang dilatih khusus untuk Swift dan Apple SDK, yang dapat menyarankan pengembang kode yang dibutuhkan. Pelengkapan kode didukung sepenuhnya oleh Apple Silicon dan peningkatan pembelajaran mesin di macOS Sequoia, dan berjalan secara lokal di perangkat pengembang

    Swift Assist terintegrasi dengan mulus ke dalam Xcode, dan mengetahui kit pengembangan perangkat lunak (SDK) terbaru dan fitur bahasa Swift, sehingga pengembang akan selalu mendapatkan fitur kode terbaru yang menyatu sempurna dengan proyek mereka.

    Swift Assist menggunakan model canggih yang berjalan di cloud, tetapi dibuat dengan mempertimbangkan privasi dan keamanan. Kode pengembang hanya digunakan untuk memproses permintaan dan tidak pernah disimpan di server, dan Apple tidak akan menggunakannya untuk melatih model pembelajaran mesin.

    (afr/fay)

  • Ini Beda Kustomisasi Home Screen Android vs iOS 18

    Ini Beda Kustomisasi Home Screen Android vs iOS 18

    Jakarta

    Saat Apple memperkenalkan kustomisasi Home Screen di iOS 18 banyak yang menuding mirip Android. Namun saat menjajalnya, fitur baru tersebut punya pendekatan yang berbeda.

    Tidak bisa ditampik kemampuan meletakkan ikon aplikasi maupun widget di manapun area Home Screen lebih dulu di Android. Apple berusaha melakukan caranya sendiri dengan alasan agar pengguna dapat menonjolkan foto yang dipasang pada layar iPhone.

    “Saya memiliki foto yang saya suka sebagai wallpaper di iPhone. Kini saya bisa dapat terus menikmatinya ketika saya membuka kunci iPhone. Karena saya dapat mengatur aplikasi dan widget untuk membingkainya dengan sempurna,” kata Craig Federighi, Senior Vice President of Software Engineering Apple.

    DetikINET sempat menjajal fitur kustomisasi di iOS 18. Pengguna dapat dengan bebas menempatkan ikon aplikasi dan widget pada layar Home Screen, ya memang mirip Android.

    Hanya saja pengguna bisa melakukan kustomisasi lebih lanjut tanpa perlu menggunakan aplikasi pihak ketiga. Kita dapat membuat ukuran ikon aplikasi dan widget lebih besar dan menghilangkan tulisan.

    Caranya hanya dengan menahan sedikit lebih lama pada Home Screen. Lalu tekan Edit di pojok kiri atas, pilih opsi Kustomisasi.

    Ikon aplikasi di iOS 18 bisa dikustomisasi. Foto: Apple

    Kita tinggal pilih Kecil atau Besar. Masih di tempat yang sama, pengguna dapat mengubah tampilan ikon dengan memilih Gelap, Terang dan Tinted.

    Jika memilih opsi terakhir ini, kita diberikan tombol pengaturan warna sehingga bisa memilih sesuai keinginan. Atau kita bisa menekan ikon pipet untuk memilih warna sesuai wallpaper yang dipasang sehingga terasa lebih senada.

    Pengguna dimungkinkan mengubah ukuran widget, sekecil ikon aplikasi hingga seperempat layar, dengan menarik bagian ujungnya. Apple pun membuat Stack dapat dengan mudah diubah ukurannya.

    Tak sampai di situ, pengguna dapat mengatur Control Center. Caranya dengan menswipe ke bawah Control Center, lalu menekan ikon + di sudut kiri atas.

    Control Center iOS 18 Foto: Apple

    Selanjutnya kita dapat memilih kontrol apa yang ingin dimasukkan atau dihilangkan. Ukurannya masing-masing ikon kontrol dapat diubah dengan menarik bagian ujungnya.

    iOS 18 menyediakan kategori Control yang dapat diakses dengan swipe atas bawah layar. Pengguna bisa menambah slide kategori kontrol sesuai kebutuhan.

    Caranya swipe hingga ke jendela kontrol terakhir, lalu tekan tombol Add a Control di bagian bawah, lalu pilih fungsi yang dinginkan dan atur ukurannya.

    (afr/afr)

  • Samsung dan Nothing Kompak Ejek Fitur Baru iPhone

    Samsung dan Nothing Kompak Ejek Fitur Baru iPhone

    Jakarta

    Apple baru saja mengumumkan deretan fitur baru di iOS 18 yang akan tersedia untuk iPhone. Namun pengumuman ini malah disambut cibiran dari vendor ponsel Android seperti Samsung dan Nothing.

    Di event WWDC 2024 semalam, Apple turut memperkenalkan fitur Apple Intelligence yang ditenagai kecerdasan buatan untuk iPhone, iPad, dan Mac. Fitur yang ditawarkan antara lain AI Summaries di aplikasi Notes dan Clean Up untuk menghapus objek tidak diinginkan di foto menggunakan AI.

    Apple Intelligence jadi target utama sindiran Samsung karena fitur-fitur yang ditawarkan mirip seperti yang disediakan Galaxy AI. Samsung pertama kali memperkenalkan Galaxy AI bersama Galaxy S24 series pada Januari lalu.

    “Menambahkan “Apple” tidak menjadikannya baru atau inovatif. Selamat datang di AI 🍎,” kata akun Samsung Mobile US dalam cuitannya, seperti dikutip dari Android Authority, Selasa (11/6/2024).

    [Gambas:Twitter]

    Samsung juga membandingkan ketersediaan Galaxy AI yang lebih luas dibandingkan Apple Intelligence. Saat pertama kali dirilis Galaxy AI hanya tersedia untuk Galaxy S24 series, namun Samsung memperluas jangkauannya ke lebih banyak perangkat lawas termasuk Galaxy S22 series.

    “Nikmati #GalaxyAI sekarang dengan #GalaxyS24 (dan S23, S22, Fold 5, Fold 4, Flip 5, Flip 4, Tab S9, Buds2 Pro… apakah hurufnya cukup untuk mencantumkan semuanya?)” tulis Samsung dalam cuitannya.

    Ketersediaan Apple Intelligence memang lebih terbatas dibandingkan Galaxy AI. Karena persyaratan spesifikasi yang lebih ketat, layanan AI ini hanya tersedia di iPhone 15 Pro, iPhone 15 Pro Max, serta iPad dan Mac yang minimal menggunakan chip M1.

    Tidak hanya soal Apple Intelligence, Samsung juga menyindir fitur baru di iOS 18 yang memungkinkan pengguna iPhone memindahkan posisi ikon aplikasi di mana saja. Padahal opsi ini sudah tersedia di ponsel Android sejak bertahun-tahun yang lalu.

    [Gambas:Twitter]

    Sindiran serupa juga datang dari Nothing. Mereka mengejek Apple yang baru memperkenalkan opsi untuk mengubah warna ikon aplikasi, lagi-lagi fitur yang sudah tersedia di ponsel Android sejak lama.

    [Gambas:Twitter]

    (vmp/fay)

  • Bahlil Bongkar Investasi Starlink Cuma Rp 30 Miliar, Karyawan 3 Orang

    Bahlil Bongkar Investasi Starlink Cuma Rp 30 Miliar, Karyawan 3 Orang

    Jakarta

    Menteri Investasi Bahlil Lahadalia membongkar investasi Starlink di Indonesia. Layanan internet berbasis satelit itu baru saja diresmikan CEO SpaceX Elon Musk di Bali pada (19/5) dan menjadi polemik akhir-akhir ini.

    Hal itu ia ungkapkan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Gedung DPR Jakarta, Selasa (11/6/2024).

    “Soal Starlink Elon Musk, ya. Saya boleh jujur ya di ruangan ini, saya tidak meng-handle langsung ini Starlink. Saya tidak pernah, tim saya juga tidak pernah untuk melakukan pembahasan teknis terkait dengan Starlink,” ungkap Bahlil.

    Setelah itu ia pun mengungkapkan jumlah investasi Starlink yang selama ini tidak diketahui publik. Sebagai diketahui, Starlink memperluas cakupan bisnisnya dari melayani segmen korporasi menjadi ke ritel.

    “Starlink ini investasinya menurut data OSS (Online Single Submission), supaya tidak ada dusta di antara kita, Starlink itu investasinya Rp 30 miliar. Ini menurut data OSS, ya,” kata Bahlil.

    Jika dibandingkan dengan raksasa teknologi lainnya yang sudah mengumumkan investasi di Indonesia, dana yang dikucurkan Elon Musk kalah jauh dari Apple dan Microsoft.

    Sebagai informasi, CEO Apple Tim Cook datang ke Indonesia pada Rabu (17/4) dan mengucurkan investasi total Rp 1,6 triliun untuk pengembangan Apple Developer Academy di Indonesia.

    Sedangkan, CEO Microsoft Satya Nadella saat menyambangi Indonesia pada Selasa (30/4) mengumumkan investasi sebesar USD 1,7 miliar atau setara Rp 27,6 triliun.

    Kemudian, Bahlil juga mengungkapkan jumlah tenaga kerja Starlink hanya bisa dihitung jari. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebelumnya mengatakan perusahaan Elon Musk itu telah membentuk badan usaha dengan nama PT Starlink Services Indonesia.

    “Tenaga kerjanya tiga orang yang terdaftar. Selain dari data yang kami punya, saya tidak bisa memberikan penjelasan karena saya takut memberikan penjelasan yang pada akhirnya melahirkan multi interpretasi,” kata Bahlil.

    Kendati begitu, lanjut Bahlil, mengingat itu nilai investasi yang merupakan tanggung jawab Kementerian Investasi, ia pun memberikan penjelasan kepada Komisi VI DPR RI.

    “Prinsipnya adalah selama tidak menyalahi aturan dan itu dibuka sesuai dengan aturan, maka kami akan melakukan proses. Tapi, kalau ditanya kenapa dan bagaimana, itu posisi kami kalau jujur kami tidak pernah membahas hal ini secara teknis. Jadi, kami tidak tahu, kami tidak terlibat,” pungkasnya.

    (agt/fay)