brand merek: Apple

  • Apple Siapkan Pesaing Galaxy Z Flip, Kapan Rilis?

    Apple Siapkan Pesaing Galaxy Z Flip, Kapan Rilis?

    Jakarta

    Apple kabarnya akan meluncurkan tiga model iPhone dengan form factor baru tiap tahunnya selama beberapa tahun ke depan. Salah satunya adalah ponsel layar lipat model clamshell ala Samsung Galaxy Z Flip.

    Informasi ini dibagikan oleh akun yeux1122 dalam postingan blog di platform Naver, yang mengutip tren domestik dan perusahaan riset komponen. Beberapa model sudah dibocorkan sebelumnya dan laporan ini menguatkan tersebut.

    Model pertama yang dimaksud adalah iPhone layar lipat dengan desain seperti buku ala Samsung Galaxy Z Fold. Ponsel ini kabarnya akan diluncurkan tahun depan dengan layar utama menggunakan panel LTPO+ OLED seukuran iPad mini.

    Apple kabarnya akan menggunakan mid-frame dari kaca untuk meminimalisir lipatan di layar, serta sejumlah teknologi polarizer untuk meningkatkan kejernihan warna dan transmisi cahaya di layar. Perangkat ini kemungkinan akan debut dengan teknologi kamera depan dan Face ID bawah layar.

    Pada tahun 2027, Apple akan meluncurkan ponsel khusus untuk memperingati ulang tahun iPhone ke-20. Ponsel ini akan memiliki layar tanpa bezel dengan panel OLED yang melengkung di keempat sisi.

    Apple kabarnya akan menggunakan teknologi khusus di display iPhone ini untuk memastikan kecerahannya merata di seluruh area. Ponsel ini akan mengadopsi Under-Display Integrated Recognition yang artinya sistem kamera depan, Face ID, dan sensor lainnya akan dibenamkan di bawah layar.

    Pada tahun 2028, Apple berencana merilis ponsel layar lipat model clamshell ala Galaxy Z Flip dengan desain compact dan ringan. Perangkat foldable ini akan memiliki desain melengkung di sekitar engsel sehingga lipatan di layar terlihat menyatu dengan bodi ponsel, sehingga tidak terlalu kelihatan.

    Sama seperti ponsel flip pada umumnya, iPhone lipat ini akan memiliki layar eksternal kecil untuk menampilkan notifikasi, Shortcuts berbasis AI, dan informasi sederhana lainnya, seperti dikutip dari MacRumors, Kamis (23/10/2025).

    Apple kabarnya akan menggunakan display dengan teknologi Clear Organic Cathode yang dipasangkan dengan Color Filter-On-Encapsulation yang memungkinkan panel menghasilkan warna lebih jernih dan memiliki transparansi lebih tinggi.

    Setelah meluncurkan iPhone Air tahun ini, Apple sepertinya ingin menyegarkan lini iPhone dengan form factor baru untuk tiga tahun ke depan. Sebelumnya rumor yang dibagikan di Weibo pada Mei lalu mengklaim Apple menyiapkan iPhone baru dengan perubahan desain signifikan untuk tiga generasi berikutnya.

    (vmp/vmp)

  • iPad Lipat 18 Inci Tertunda hingga 2029, Ini Alasan Apple – Page 3

    iPad Lipat 18 Inci Tertunda hingga 2029, Ini Alasan Apple – Page 3

    Apple  baru saja memperkenalkan  iPad Pro  generasi terbaru yang didukung dengan chip baru perusahaan, yakni  M5 .

    Perusahaan menjelaskan, tablet ini mengusung peningkatan besar-besaran di sisi kecerdasan buatan (AI), performa grafis, hingga konektivitas nirkabel.

    Dibandingkan dengan iPad Pro M4, performa AI di iPad Pro M5 3,5 kali lebih cepat. Sementara jika diadu dengan versi M1, tablet anyar Apple ini memiliki performa 5,6 kali lebih cepat.

    “Didukung oleh Apple Silicon generasi selanjutnya, iPad Pro baru menghadirkan pengalaman iPad paling canggih dan serbaguna yang pernah ada,” ujar John Ternus, Senior VP of Hardware Engineering  Apple , dalam keterangannya, Jumat (17/10/2025).

    Desain Super Tipis, Layar Ultra Retina XDR

    iPad Pro M5 hadir dalam dua pilihan ukuran layar, 11 inci dan 13 inci, dengan ketebalan bodi tablet hanya 5,3 mm dan 5,1 mm, menjadikan perangkat tertipis yang pernah dibuat Apple.

    Raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu juga sudah menyematkan teknologi Ultra Retina XDR OLED, diklaim menawarkan tingkat kecerahan hingga 1600 nit dan dukungan ProMotion 120Hz.

    Konsumen juga diberikan kesempatan untuk memilih varian iPad Pro M5 dengan layar nano-texture yang berfungsi untuk mengurangi pantulan.

    Kinerja M5 Ngebut untuk AI dan Rendering 3D

    Menggunakan arsitektur GPU baru dengan Neural Accelerator di setiap core, raksasa teknologi mengklaim tablet baru Apple ini memiliki kemampuan rendering 3D 6,7x lebih cepat di Octane X dibandingkan M1.

    Selain itu, M5 juga mampu melakukan transcoding video 6x lebih cepat di Final Cut Pro, proses gambar AI 4x lebih cepat di Draw Things, dan perbesaran video AI 3.7x lebih cepat di DaVinci Resolve.

    Apple juga membuat Neural Engine 16-core jauh lebih hemat daya, menjadikan iPad ini ideal untuk AI pada perangkat seperti fitur Apple Intelligence di iPadOS 26

  • Bajak Karyawan Gaji Selangit, Sekarang Malah PHK Besar-besaran

    Bajak Karyawan Gaji Selangit, Sekarang Malah PHK Besar-besaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saat lalu, Meta dilaporkan tengah giat membajak karyawan dari perusahaan kompetitor untuk memperkuat tim Superintelligence Labs yang fokus mengembangkan inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI).

    Beberapa karyawan dari OpenAI dan Apple dilaporkan pindah ke Meta yang menawarkan gaji selangit. Paket kompensasi yang diberikan katanya tembus US$100 juta atau setara Rp1,6 triliun.

    Namun, pembajakan karyawan gila-gilaan ternyata tak menjamin perusahaan bebas PHK. Meta dilaporkan memangkas sekitar 600 posisi di tim Superintelligence Labs.

    Perusahaan berdalih perampingan dilakukan untuk membuat unit AI lebih fleksibel dan responsif, dikutip dari Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Lebih spesifik, PHK kali ini akan berdampak pada unit Facebook Artificial Intelligence Research (FAIR), serta tim yang fokus pada produk dan infrastruktur terkait AI.

    Tim TBD Lab yang baru dibentuk tak akan terdampak pemangkasan terbaru Meta. TBD Lab berisi puluhan peneliti dan engineer yang mengembangkan model dasar AI generasi berikutnya untuk Meta.

    Informasi soal PHK massal terbaru di unit AI Meta pertama kali dilaporkan oleh Axiao, berdasarkan memo internal perusahaan.

    Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang mengatakan tim yang lebih kecil akan mempercepat alur pengambilan keputusan, meningkatkan tanggung jawab, cakupan, dan efektivitas masing-masing orang.

    Perusahaan mengusulkan bagi para karyawan yang kena PHK untuk melamar ke tim dan pekerjaan lain di Meta.

    Sebagai informasi, Superintelligence Labs dibentuk pada Juni lalu, sebagai bagian dari reorganisasi perusahaan dalam mengembangkan AI. Unit ini didirikan setelah staf senior mengundurkan diri, serta penerimaan buruk terkait model terbuka (open-source) Llama 4 yang dirilis perusahaan.

    CEO Meta Mark Zuckerberg turun langsung dalam merekrut gila-gilaa para talenta AI untuk mengisi posisi-posisi di Superintelligence Labs. Di dalam unit ini ada tim FAIR, TBD Lab, serta tim produk lainnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mampu Jalankan Model AI Canggih, Ini 3 Pilihan Superkomputer Dekstop Kecerdasan Buatan di Rumah

    Mampu Jalankan Model AI Canggih, Ini 3 Pilihan Superkomputer Dekstop Kecerdasan Buatan di Rumah

    YOGYAKARTA – Perkembangan teknologi semakin pesat, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI). Kini, hadir sebuah inovasi yang menarik perhatian dunia: superkomputer desktop kecerdasan buatan di rumah. Perangkat ini memungkinkan siapa pun, bahkan pengguna rumahan, untuk memiliki kekuatan komputasi tingkat tinggi.

    Bayangkan, tugas-tugas berat seperti pemrosesan data, pelatihan model AI, hingga rendering grafis 3D kini bisa dilakukan langsung dari meja kerja Anda. Superkomputer desktop berbasis AI ini menjadi simbol kemajuan era digital, di mana batas antara profesional dan pengguna biasa semakin menipis.

    Mengenal Superkomputer Desktop Kecerdasan Buatan

    Superkomputer desktop kecerdasan buatan merujuk pada superkomputer berbasis AI yang ukurannya dipadatkan menjadi seukuran desktop (komputer pribadi). Perangkat ini dirancang untuk memperluas akses terhadap komputasi AI berdaya tinggi.

    Berbeda dengan komputer biasa, perangkat ini dibekali dengan prosesor multi-core, GPU bertenaga besar, serta sistem pendingin khusus untuk menjaga stabilitas performa.

    Dengan komponen tersebut, superkomputer berbasis AI bisa menangani beban kerja yang biasanya hanya bisa dilakukan oleh server besar atau pusat data.

    Selain itu, teknologi AI yang terintegrasi di dalamnya memungkinkan pengguna melakukan analisis data kompleks, pelatihan model machine learning, hingga simulasi ilmiah tanpa harus menyewa layanan cloud mahal.

    Superkomputer Desktop Kecerdasan Buatan di Rumah

    Saat ini ada banyak superkomputer seukuran desktop yang bisa dijadikan pilihan oleh pengguna rumahan untuk menjalankan mode AI canggih langsung dari meja kerja, tanpa perlu menyewa server cloud, beberapa di antaranya, yakni:

    DGX Sparks

    DGX Sparks merupakan superkomputer berbasis AI yang diluncurkan Nvidia, perusahaan semikonduktor raksasa asal Amerika Serikat. Perangkat ini dirilis pada 14 oktober 2025 dan diklaim sebagai superkomputer terkecil di dunia.

    Dikutip dari laman resmi NVIDIA, DGX Sparks dibangun dengan ukuran 15 x 15 x 5 cm dan memiliki bobot sekitar 1,2 kilogram (mirip Apple Mac Mini yang berukuran 12,7 x 12,7 x 5 cm).

    Meski berukuran kecil, DGX Sparks bisa menjalankan model AI besar hingga 200 miliar parameter. Jumlah ini biasanya hanya bisa dikerjakan oleh infrastruktur server di pusat data berskala besar.

    Dengan kemampuannya itu, tidak berlebihan jika DGX Sparks disebut sebagai “AI workstation pribadi”, sebuah superkomputer berukuran kecil untuk para peneliti, pengembang, dan mahasiswa yang ingin bereksperimen dengan kecerdasan buatan tingkat lanjut tanpa harus memiliki akses ke pusar data mahal.

    DGX Sparks dijejali dengan  Grace Blackwel superchip GB10, prosesor gabungan CPU dn GPU terbaru buatan Nvidia yang buat khusus untuk kecerdasan buatan.

    Dengan dukungan itu, DGX Spark dapat melakukan hingga 1 petaflop komputasi atau sekitar 1.000 triliun operasi per detik. Sebelum teknologi berkembang seperti sekarang, angka ini hanya bisa dicapai superkomputer berskala besar di pusat riset.

    Tak hanya itu, perangkat ini juga dibekali memori terpadu sebesar 128 GB yang digunakan bersama antara CPU dan GPU. Tujuannya untuk mempercepat pemrosesan data tanpa hambatan.

    Dari segi kapasitas penyimpanan, DGX Spark dapat menampung data hingga 4 TB. Kapasitas ini cukup besar untuk menampung model bahasa besar atau data pelatihan AI dalam jumlah besar.

    Untuk harganya, Nvidia DGX Spark dibanderol mulai 3.999 dollar AS (sekitar Rp66,3 juta).

    Ascent GX10

    Ascent GX10 adalah superkomputer AI seukuran desktop yang dibuat oleh ASUS. Perangkat ini hadir dalam ukuran kecil, yakni 150 x 150 x 51 mm.

    Ascent GX10 dijejali dengan CPU Nvidia Grace 20-core dan GPU Nvidia Blackwell. Superkomputer ini dapat menghasilkan kinerja AI hingga 1 petaflop untuk proses inferensi dan penyempurnaan model.

    Dengan kapasitas memori terpadu 128 GB, Ascent GX10 dapat mengolah model AI hingga 200 miliar parameter secara langsung di desktop.

    Tak hanya itu, perangkat ini juga didukung oleh software Nvidia AI yang menyedakan berbagai tool penting untuk pembuatan protipe, penyesuaian model, serta inferensi di bidang robotika, computer vision, hingga vision language model (VLM).

    Ascent GX10 diluncurkan ASUS pada mei tahun ini, dengan harga mulai dari 3000 dollar AS atau sekitar 49,7 juta rupiah.  

    AI TOP ATOM

    AI TOP ATOM merupakan superkomputer berbasis AI seukuran desktop yang dirancang GIGABYTE. Perangkat ini dibuat untuk keperluan komputasi AI di meja kerja.

    AI TOP ATOM dibekali dengan GPU Blackwell dengan peforma 1000 TOPS dan memori 128 GB, sehingga cocok untuk pengembangan dan kreator AI.

    Perangkat ini memungkinkan pembuatan mesin pembalajaran tanpa memerlukan PC besar dan bisa dihubungkan dengan perangkat lain lewat berbagai port konektivitas, seperti USB, HDMI, dan LAN.

    Tak hanya itu, perangkat ini dilengkapi prosesor 20-core Arm (10x Cortex-X925 + 10x Cortex-A725), penyimpanan hingga 4TB PCIe Gen5 SSD, dan konektivitas jaringan canggih seperti 10GbE, Wi-Fi 7, dan NVIDIA ConnectX-7 SmartNIC. Desainnya ringkas dengan sasis 1 liter, mendukung model AI hingga 200 miliar parameter.

    Demikian informasi tentang superkomputer desktop kecerdasan buatan di rumah. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.

  • Apple Diadukan ke Komisi Eropa Imbas Aturan dan Biaya App Store

    Apple Diadukan ke Komisi Eropa Imbas Aturan dan Biaya App Store

    Bisnis.com, JAKARTA— Apple kembali tersandung masalah di Uni Eropa. Dua organisasi hak sipil, Article 19 dan Society for Civil Rights asal Jerman, mengadukan perusahaan tersebut ke Komisi Eropa karena dianggap melanggar aturan baru untuk menekan dominasi perusahaan teknologi besar.

    Melansir laman Reuters pada Kamis (23/10/2025), keluhan itu menyoroti aturan dan biaya tinggi di App Store, serta pembatasan terhadap aplikasi dan toko aplikasi pihak ketiga di perangkat iPhone dan iPad. Kedua organisasi menilai kebijakan Apple menghambat persaingan dan merugikan usaha kecil.

    Salah satu yang dipersoalkan adalah syarat stand-by letter of credit (SBLC) sebesar €1 juta atau sekitar Rp16,6 miliar yang wajib disiapkan pengembang aplikasi. Mereka menilai biaya setinggi itu sulit dipenuhi oleh banyak usaha kecil dan menengah.

    Apple membantah tuduhan tersebut. Menurut perusahaan, kebijakan mereka bertujuan menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna serta pengembang.

    “Komisi Eropa memaksa kami mengubah cara menjalankan toko aplikasi dan menerapkan aturan yang membingungkan bagi pengembang,” kata Apple dalam pernyataan tertulis.

    Komisi Eropa telah menerima laporan tersebut dan menyatakan akan meninjau keluhan itu. 

    “Masukan dari pihak ketiga sangat penting untuk memastikan aturan Digital Markets Act [DMA] ditegakkan dengan baik,” kata juru bicara Komisi.

    Sebelumnya, pada April lalu, Apple sudah dikenai denda €500 juta atau sekitar Rp8,3 triliun karena melanggar aturan yang sama. Jika terbukti bersalah kali ini, Apple bisa kembali didenda hingga 10% dari total pendapatan global tahunannya.

  • Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Bisnis.com, JAKARTA — Meta Platforms Inc. berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 600 karyawan di divisi AI Superintelligence Labs pada bulan depan.

    Langkah ini melibatkan tim di Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), divisi produk AI, dan infrastruktur AI, sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengembangan teknologi kecerdasan buatan.

    PHK ini diumumkan melalui memo internal dari Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang, yang baru bergabung pada Juni 2025. Dalam memo tersebut, Wang menjelaskan bahwa pengurangan tim bertujuan untuk mengurangi birokrasi dan meningkatkan tanggung jawab individu.

    “Dengan mengurangi ukuran tim kami, akan ada lebih sedikit diskusi untuk membuat keputusan, dan setiap orang akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar serta dampak yang lebih signifikan,” tulis Wang, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Divisi Superintelligence Labs, yang dibentuk untuk mengejar “superintelligence” atau AI yang melebihi kemampuan manusia, telah mengalami pertumbuhan pesat sejak 2022. Namun, sumber internal menyebut divisi ini menjadi “bloated” atau membengkak, dengan tim-tim sering bersaing untuk sumber daya komputasi.

    PHK tidak akan memengaruhi kelompok baru seperti TBD Lab, yang mencakup rekrutan elite dengan paket kompensasi mencapai ratusan juta dolar AS, termasuk pakar dari OpenAI, Google, dan Microsoft.

    Langkah ini datang di tengah persaingan ketat di industri AI, di mana Meta telah menginvestasikan miliaran dolar untuk infrastruktur dan talenta. Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan kesepakatan senilai US$27 miliar dengan Blue Owl Capital untuk membangun data center Hyperion di Louisiana, yang diharapkan menjadi pusat AI terbesar.

    Sementara itu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, telah menekankan komitmen ini, meskipun perusahaan tetap melakukan PHK untuk menjaga kelincahan.

    Para karyawan yang terdampak akan diberi kesempatan untuk melamar posisi lain di dalam Meta melalui proses perekrutan yang dipercepat. Perusahaan juga menyatakan akan terus merekrut talenta AI berkualitas tinggi.

    “Ini bukan berarti penurunan investasi. Kami tetap antusias dengan model yang sedang kami latih, rencana komputasi ambisius, dan produk yang kami bangun,” tambah Wang dalam memo menurut laporan Business Insider.

    PHK ini menjadi bagian dari tren di industri teknologi, di mana perusahaan seperti Microsoft dan Alphabet juga melakukan pengurangan staf sambil meningkatkan investasi AI. Meta, yang memiliki lebih dari 80.000 karyawan secara global, sebelumnya telah melakukan PHK massal pada 2022 dan 2023 untuk efisiensi operasional.

    Meta Bajak Petinggi Apple

    Keputusan ini diambil saat Meta getol dalam membajak petinggi kompetitor untuk masuk ke tim AI mereka. Belum lama Meta menarik Ke Yang, eksekutif Apple yang memimpin pengembangan pencarian web berbasis AI untuk Siri.

    Diketahui, Apple berencana melakukan pengembangan besar sistem Siri pada 2026. Sejumlah lompatan terbesar dalam sejarah asisten virtual Apple, akan terjadi dengan sejumlah fitur canggih berbasiskan AI generatif yang diklaim lebih kontekstual, personal, dan kompetitif terhadap platform rival seperti ChatGPT atau Google Gemini .

    Namun, di tengah pengembangan tersebut, Apple justru kehilangan para pakar AI-nya, di mana Meta terus agresif merekrut pentolan AI Apple untuk mendominasi teknologi superintelligence.

    Ke Yang baru saja ditunjuk memimpin tim Answers, Knowledge, and Information (AKI) di Apple beberapa minggu lalu, dengan tugas utama meningkatkan kemampuan Siri untuk menarik informasi dari web dan data pribadi pengguna.

  • 11 Browser Internet Pengganti Google Chrome Termasuk Atlas ChatGPT

    11 Browser Internet Pengganti Google Chrome Termasuk Atlas ChatGPT

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Browser mungkin jadi salah satu platform yang sering kita gunakan. Ini jadi tempat untuk berselancar di dunia maya dan mengunjungi berbagai website untuk mencari atau terhubung dengan orang lain.

    Namun hanya segelintir nama browser yang sering kita gunakan. Termasuk Chrome milik Google dan Safari dari Apple.

    Dominasi Chrome dan Safari kini digoncang oleh kemunculan browser internet keluaran OpenAI, perusahaan dibalik chatbot AI ChatGPT. Namanya adalah Atlas.

    Atlas dapat diakses dengan membuka sidebar atau bilah di bagian samping ChatGPT. Browser akan bisa melakukan sejumlah fungsi seperti meringkas konten, membandingkan produk atau melakukan analisa data dari situs mana pun.

    Mode agen milik ChatGPT yang tersedia untuk pengguna berbayar dapat memunculkan situs web atas nama mereka. Termasuk menyelesaikan tugas seperti riset dan belanja untuk perjalanan.

    Sebetulnya ada beberapa pilihan browser lain yang bisa Anda gunakan. Sejumlah browser bahkan telah memasukkan AI untuk menambah pengalaman pengguna saat melakukan pencarian.

    Berikut beberapa daftar browser yang bisa jadi pilihan baru Anda, dikutip dari Tech Crunch, Rabu (22/10/2025):

    Comet Perplexity

    Comet milik startup Perplexity menawarkan produk mesin pencarian berbasis chatbot. Platform ini dapat melakukan meringkas email, menjelajahi laman web, hingga melakukan tugas seperti mengirimkan undangan.

    Anda bisa mengaksesnya dengan berlangganan paket Perplexity Max senilai US$200 per bulan. Selain itu juga bisa masuk ke dalam daftar tunggu untuk mendaftar.

    Dia Browser Company

    Browser Company memperkenalkan Dia yang juga berbasis AI. Tampilannya disebut mirip dengan Google Chrome dengan tambahan chat AI.

    Dia dapat melihat tiap situs yang telah dikunjungi dan diakses pengguna. Jadi bisa membantu menemukan informasi dan melakukan tugas seperti menjawab pertanyaan serta meringkas berkas.

    Platform tersedia dalam versi beta khusus undangan. Anda harus menjadi anggota Arc untuk mendapatkan akses awal.

    Neon Opera

    Opera memperkenalkan Neon yang bisa melakukan tugas seperti riset, belanja, dan menuliskan cuplikan kode. Browser juga bisa diakses saat offline.

    Pengguna bisa bergabung dalam daftar tunggu sambil menunggu ketersediaannya. Layanan disebut akan berbentuk produk berlangganan, namun belum ada harga yang diumumkan.

    Atlas OpenAI

    OpenAI pembuat ChatGPT juga merilis Atlas. Browser berbasis AI dapat digunakan untuk menjelajahi situs web dalam chatbot populer itu tanpa perlu berpindah ke link eksternal.

    Atlas juga menyediakan mode agen, untuk ChatGPT bisa menyelesaikan tugas atas nama mereka. Platform diluncurkan pada Juli dan tersedia di macoS bulan Oktober ini, berikutnya baru akan bisa diakses untuk pengguna Windows, iOS, dan Android.

    Brave

    Brave dikenal sebagai salah satu browser yang mengutamakan privasi, karena memiliki kemampuan pemblokiran iklan dan pelacak bawaannya. Terdapat pendekatan gamifikasi untuk penjelajahan dan menghadiahkan mata uang kripto bernama Basic Attention Token (BAT).

    Pengguna akan mendapatkan bagian dari pendapatan iklan saat memilih menonton iklan dan mendukung situs web favorit. Fitur lainnya termasuk layanan VPN, asisten AI dan fitur panggilan video.

    DuckDuckGo

    Platform ini berusia cukup tua karena diluncurkan sejak 2008. Selain memperkenalkan fitur AI generatif, DuckDuckGo juga dikenal karena mementingkan privasi pengguna.

    Salah satunya meningkatkan pemblokiran penipuan. Termasuk dapat mendeteksi berbagai jenis penipuan seperti bursa mata uang kripto palsu, taktik scareware, dan situs e-commerce palsu.

    Ladybird

    Ladybird didirikan dengan tujuan menjadi peramban sumber terbuka dari awal. Jadi tidak akan bergantung pada kode yang sudah ada, seperti sebagian besar platform lain dari proyek sumber terbuka Chromium milik Google.

    Platform ini menawarkan fitur untuk menimalkan pengumpulan data seperti pemblokir iklan bawaan. Ladybird baru akan dirilis untuk pengguna awal di Linux dan macOS pada 2026 mendatang.

    Vivaldi

    Salah satu keunggulannya adalah antarmuka pengguna dapat disesuaikan. Jadi pengguna dapat mengubah tampilan dan mengaktifkan atau mematikan fitur tertentu.

    Warna jendela browser juga bisa berubah warna bergantung dari situs web yang dilihat. Selain itu juga terdapat fitur pemblokiran iklan, pengelola password, tanpa melacak data pengguna dan alat produktivitas.

    Opera Air

    Opera meluncurkan Air yang bertema mindfullness pada bulan Februari. Fitur-fiturnya dirancang mendukung kualitas hidup, misalnya pengingat waktu istirahat dan latihan pernapasan.

    Ada juga Boosts, ini adalah pilihan binaural beats atau ketukan untuk meningkatkan fokus dan relaksasi.

    SigmaOS

    SigmaOS dari Mac menampulkan antarmuka seperti ruang kerja. Tab-tabnya berbasis vertikal seperti daftar tugas.

    Browser ini juga memiliki sejumlah fitur AI termasuk meringkas laman web dan asisten AI untuk melakukan sejumlah tugas seperti menjawab pertanyaan dan menulis ulang konten.

    Zen Browser

    Zen merupakan peramban sumber terbuka dengan tujuan menciptakan internet yang lebih tenang. Salah satu kemampuannya mengatur tab dalam Workspace dan Split View untuk melihat dua tab berdampingan.

    Pengguna dapat melakukan plugin dan tema buatan komunitas seperti mode untuk tab latar belakang transparan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apple Rombak Tampilan Liquid Glass di iOS 26.1, Bisa Pilih Transparan atau Buram – Page 3

    Apple Rombak Tampilan Liquid Glass di iOS 26.1, Bisa Pilih Transparan atau Buram – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Apple baru saja mengulirkan pembaruan sistem operasi terbarunya, iOS 26.1, iPadOS 26.1, hingga macOS 26.1. Versi beta keempat ini memperkenalkan pengaturan baru di desain antarmuka Liquid Glass, di mana pengguna bisa menyesuaikan transparasi sesuai selera.

    Dilansir Phone Arena, Kamis (23/10/2025), pengguna dapat memilih antara dua gaya tampilan, clear (transparan) dan tinted (berwarna atau buram).

    Sebelumnya, raksasa teknologi berbasis di Cupertino hanya menyediakan tampilan clear dengan efek tembus pandang di bilah, tombol, dan menu di seluruh sistem.

    Namun kini, Apple menambahkan opsi tinted setelah menerima banyak masukan dari pengguna iPhone, iPad, dan Mac selama uji beta. Sebagian pengguna merasa, tampilan transparan Liquid Glass membuat mereka sulit membedakan elemen-elemen sistem dari latar belakang.

    Di update iOS 26.1 dan kawan-kawan, perusahaan menambahkan opsi baru untuk meningkatkan opasitas dan kontras, membuat interface terasa lebih jelas di mata.

    Bagi pengguna iPhone dan iPad, pengaturan baru ini bisa ditemukan di menu Pengaturan > Tampilan dan Kecerahan. Sedangkan di Mac, opsi serupa tersedia di Pengaturan Sistem > Tampilan.

    Begitu diaktifkan, perubahan ini akan berlaku di seluruh siste, termasuk notifikasi dan aplikasi di lockscreen (Layar Kunci).

    Selain Liquid Glass, iOS 26.1 juga membawa beberapa pembaruan menarik lainnya. Salah satunya adalah fitur geser (slide) untuk menghentikan alarm dan timer di layar kunci.

    Di sebelumnya, pengguna harus mengetuk layar untuk menghentikan. Pengguna bisa menunda alarm dengan mengetuk, tapi untuk mematikannya perlu menggunakan gestur geser.

  • Si Compact yang Makin Jago Multitasking

    Si Compact yang Makin Jago Multitasking

    Jakarta

    iPad Air M3 2025 diluncurkan di Indonesia pada akhir Mei lalu dengan membawa peningkatan yang minor. Tapi beberapa bulan kemudian, tablet ini menawarkan pengalaman yang berbeda berkat iPadOS 26.

    Dari segi spesifikasi iPad Air M3 sebenarnya membawa peningkatan yang cukup minor seperti chip M3 dan Magic Keyboard baru. Desain dan ukuran yang ditawarkan juga masih sama seperti iPad Air generasi sebelumnya.

    detikINET berkesempatan menjajal iPad Air M3 ukuran 11 inch yang menjalankan iPadOS 18 lalu di-upgrade ke iPadOS 26 yang menawarkan fitur multitasking ala Mac. Apakah iPad Air M3 bisa menjadi laptop dengan upgrade ini? Simak ulasannya berikut ini.

    Desain

    iPad Air M3 hadir dalam empat pilihan warna dan varian yang mengunjungi redaksi detikINET adalah Space Gray. Warna abu-abu gelap dengan finish matte menyelimuti bagian belakang dan keempat sisi tablet, menghadirkan nuansa elegan tanpa khawatir akan kotor atau lecet.

    Desain eksteriornya masih sama seperti iPad Air, di mana bagian belakangnya dihiasi logo Apple, satu kamera tanpa flash, dan Smart Connector untuk menghubungkan perangkat ke aksesoris seperti Magic Keyboard.

    Di sisi kiri tablet (dalam posisi horizontal) terdapat tombol power dengan sensor sidik jari dan dua speaker. Di bagian atas terdapat tombol volume dan konektor magnet untuk stylus Apple Pencil. Di sisi kanan terdapat dua speaker dan port USB-C untuk mengisi daya, transfer data, atau mirroring konten.

    Bodinya sendiri menggunakan material aluminium unibody yang diklaim Apple sepenuhnya hasil daur ulang. Alhasil bodi tablet ini terasa kokoh dan mantap digenggam, namun tetap ringan sesuai filosofi desain lini ‘Air’.

    Bobot iPad Air M3 sendiri sekitar 460 gram, dua gram lebih ringan dibandingkan pendahulunya, dengan ketebalan hanya 6,1mm. Memegang tablet dengan satu tangan, misalnya saat membaca eBook, berlama-lama jadi tidak mudah pegal karena bodinya yang ringan.

    iPad Air M3 Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    iPad Air M3 kompatibel dengan Magic Keyboard baru dengan trackpad lebih besar dan baris tombol fungsi di bagian atas. Keyboard ini menggunakan engsel aluminium yang kokoh dan dilengkapi port USB-C untuk mengisi daya, jadi port USB yang ada di tablet bisa dipakai untuk hal lainnya.

    iPad bisa dipasangkan ke keyboard menggunakan magnet yang sangat kuat, jadi tidak akan mudah lepas kecuali digoyang dengan penuh tenaga. Ketika dilipat, iPad Air M3 yang dipasangkan dengan Magic Keyboard tetap terasa tipis dan ringkas di genggaman, dengan ketebalan sekitar 1,3cm.

    Tapi, material yang digunakan membuat Magic Keyboard terasa berat, bahkan lebih berat dari unit iPad Air M3. Berat total iPad Air M3 dengan Magic Keyboard hampir menyamai MacBook Air, jadi kalau benar-benar butuh tablet yang ringan mungkin bisa dipakai tanpa keyboard atau menggunakan keyboard third party.

    Layar dan performa

    Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Layar

    iPad Air M3 mengusung layar IPS berukuran 11 inch, cukup untuk membuka dua aplikasi secara bersamaan tanpa mengorbankan readability. Tablet ini juga tersedia dalam ukuran 13 inch, varian yang pertama kali diperkenalkan di iPad Air M2.

    Layar ini memiliki resolusi 2360 x 1640 pixel dengan tingkat kecerahan hingga 500 nits dan lapisan anti-reflektif. Kombinasi ini berhasil menjaga visibilitas layar dalam berbagai kondisi, termasuk saat dipakai mengetik di bawah sinar matahari.

    Menonton film dan streaming video menggunakan iPad Air M3 11 inch sebenarnya memuaskan karena warnanya yang cerah tapi tetap akurat, tapi bagi saya ukurannya agak sempit. Ukurannya ini lebih cocok untuk penggunaan seperti membaca eBook, browsing, rapat online, atau coret-coret ilustrasi.

    Sayangnya, display iPad Air M3 hanya mendukung refresh rate 60Hz, sama seperti iPhone 16, iPhone 16 Plus, dan iPhone 16. Bagi yang sudah terbiasa menggunakan layar 120Hz mungkin agak kaget karena scrolling di media sosial atau website terasa kurang mulus.

    Fitur ProMotion 120Hz masih terbatas hanya untuk iPad Pro, tapi setelah Apple membawa layar 120Hz ke iPhone 17 reguler mungkin fitur ini juga akan tersedia di iPad Air masa depan.

    iPad Air M3 Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Layar iPad Air M3 dikelilingi bezel yang ukurannya cukup pas, tidak terlalu tebal tapi masih ada ruang untuk mengistirahatkan jari saat memegang tablet. Layarnya dihiasi kamera depan 12 MP yang ditempatkan di bagian atas dalam posisi landscape.

    Kamera depan ini mendukung Center Stage yang dapat mengikuti pengguna ketika mereka bergerak, sangat membantu saat video call atau rapat online. Sayangnya iPad Air M3 belum mendukung Face ID, jadi pengguna harus mengandalkan Touch ID di sisi kiri tablet untuk membuka kunci.

    Di bagian belakang terdapat kamera utama 12 MP yang mampu merekam video 4K dan mendukung HDR 4 untuk foto. Kualitas fotonya sebenarnya cukup baik, hanya saja tablet bukan perangkat yang ideal untuk mengambil foto.

    Performa dan baterai

    Upgrade terbesar yang dibawa iPad Air M3 tentu chipset M3 yang digunakannya. Chip ini memiliki CPU 8-core dan GPU 9-core dengan 16-core Neural Engine untuk mentenagai Apple Intelligence dan fitur AI di aplikasi pihak ketiga seperti Goodnotes dan Final Cut Pro.

    Entah mengapa Apple tidak sekalian menggunakan chip M4 di iPad Air terbaru agar sama seperti iPad Pro, mungkin karena chip M3 sudah dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

    Apple mengklaim iPad Air M3 membawa peningkatan performa hampir dua kali lipat dibandingkan iPad Air M1. Perlu dicatat bahwa iPad Air M1 merupakan tablet keluaran tahun 2022 jadi lompatan performanya tidak sebesar klaim Apple.

    Meski begitu, iPad Air M3 tetap memberikan performa yang solid dan kencang. Membuka empat aplikasi sekaligus dan berpindah-pindah antar aplikasi bisa dilakukan dengan lancar. Mengedit foto menggunakan aplikasi Affinity Photo berjalan tanpa masalah.

    Berikut ini hasil benchmark iPad Air M3 menggunakan aplikasi AnTuTu, Geekbench, dan 3D Mark.

    Hasil benchmark iPad Air M3 Foto: Screenshot

    Peningkatan lainnya yang diusung iPad Air M3 adalah kehadiran hardware ray-tracing untuk main game high-end. detikINET menguji performa gaming iPad Air M3 dengan game Resident Evil Village yang mampu dimainkan dengan lancar bahkan di resolusi grafis tertinggi.

    Game mobile yang cukup berat seperti Genshin Impact juga mampu dimainkan dengan kualitas grafis tertinggi sebagai pilihan default. Game ini memang bisa dimainkan dengan lancar, tapi setelah satu jam bermain punggung tablet mulai terasa hangat.

    Seperti produk Apple pada umumnya, kapasitas baterai iPad Air M3 tidak dicantumkan di daftar spesifikasi. Apple hanya mengatakan baterai tablet ini dapat bertahan hingga 10 jam ketika dipakai menjelajahi internet dengan Wi-Fi atau menonton video.

    Saat diuji oleh detikINET, baterai iPad Air M3 bisa bertahan seharian dengan penggunaan normal seperti mengetik artikel, browsing, berkirim WhatsApp, scrolling media sosial, dan mendengarkan lagu.

    Berbeda dengan iPhone, Apple masih menyediakan charger 20W di kemasan penjualan iPad Air M3. Menggunakan charger bawaannya, baterai tablet ini bisa terisi penuh dalam waktu dua jam lebih, cukup lama dibandingkan tablet Android dengan teknologi pengisian cepat.

    Fitur produktivitas

    Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Produktivitas dan iPadOS 26

    Produktivitas di iPad Air M3 hampir menyamai Mac berkat update iPadOS 26. iPad sudah mendukung split screen dan Stage Manager yang memungkinkan pengguna membuka beberapa aplikasi secara bersamaan, namun kini multitasking jadi lebih efisien berkat kehadiran sistem ‘windowing’.

    Setelah menginstal iPadOS 26, ada tiga pilihan menampilkan aplikasi yaitu Full Screen, Windowed, dan Stage Manager. Mode Full Screen akan membuka aplikasi dalam layar penuh secara default, dan untuk berpindah aplikasi bisa swipe ke kanan atau kiri. Mode ini juga memungkinkan mengambil screenshot atau membuat catatan baru dengan swipe dari sudut bawah layar.

    Lalu ada Stage Manager, yang tidak berubah dari iPadOS 18. Mode ini memungkinkan pengguna mengelompokkan beberapa aplikasi sekaligus dalam satu grup dengan preview aplikasi di sisi kiri layar untuk multitasking yang lebih cepat. Perlu diingat update iPadOS 26 menghilangkan tombol Stage Manager di Control Center.

    Terakhir adalah mode Windowed yang memungkinkan pengguna membuka beberapa aplikasi sekaligus serta menyesuaikan ukuran dan posisi masing-masing jendela aplikasi sesuai keinginan. Mode ini yang jadi fitur unggulan di iPadOS 26.

    Untuk mengubah ukuran dan posisi jendela aplikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun memang butuh waktu cukup lama untuk belajar dan mengubah kebiasaan yang sudah dipelajari dari iPadOS versi sebelumnya.

    Ukuran dan posisi jendela aplikasi bisa disesuaikan dengan menekan bagian atas jendela dan menggesernya ke sudut yang diinginkan. Bisa juga dengan menekan tombol lampu lalu lintas di sudut kiri atas lalu pilih posisi dan ukuran yang diinginkan.

    Kalau kalian menggunakan iPad bersama keyboard, bisa menekan tombol shortcut dengan mempelajari kombinasi yang ada di tab ‘Window’ lalu pilih ‘Move and Resize’. Opsi ini menurut saya yang paling mudah karena bisa dilakukan sambil mengetik.

    iPadOS 26 Foto: Screenshot

    Tapi, hal ini juga yang membuat beberapa pengguna setia iPad protes karena sistem windowing ini dianggap mengutamakan pengguna yang mengandalkan keyboard. Pengguna yang biasa memakai iPad sebagai tablet mengeluhkan sistem ini kurang intuitif untuk multitasking di layar sentuh, apalagi fitur Slide Over saat ini sudah dihilangkan.

    Selain lewat multitasking, iPadOS 26 juga mendukung produktivitas lewat Apple Intelligence. Buat yang sering menulis ada fitur Writing Tools yang dapat mengoreksi tata bahasa, menulis ulang, merangkum, membuat bullet point, dan lain-lain.

    Ada juga fitur Live Translation untuk panggilan suara dan pesan teks yang dapat menerjemahkan percakapan ke bahasa yang diinginkan, serta Image Playground yang kini terintegrasi dengan ChatGPT. Perlu diingat Apple Intelligence saat ini belum mendukung bahasa Indonesia, jadi pastikan pakai bahasa yang didukung.

    Bekerja menggunakan iPad Air M3 juga makin sat-set berkat dukungan Magic Keyboard terbaru serta stylus Apple Pencil Pro dan Apple Pencil USB-C. Sayangnya unit review iPad Air M3 yang diterima detikINET tidak mendapatkan Apple Pencil.

    Opini detikINET

    Walau hanya membawa peningkatan minor, iPad Air M3 tetap mampu memberikan performa yang solid dan sangat memuaskan yang dikemas dalam perangkat tipis dan ringan. Kehadiran iPadOS 26 juga menawarkan kemampuan multitasking yang lebih mantap setara Mac.

    Tablet ini rasanya cocok untuk pengguna iPad atau iPad mini yang ingin upgrade ke perangkat lebih kencang dengan chip M-series dan layar yang lebih besar, asal tidak keberatan dengan layarnya yang masih 60Hz.

    Dengan dua opsi ukuran layar, 11 dan 13 inch, iPad Air M3 bisa menjadi alternatif laptop yang lebih ramping dan ringan. Namun biaya untuk mewujudkan iPad Air M3 ala laptop, lengkap dengan Magic Keyboard dan Apple Pencil, cukup mahal. Pengguna mungkin bisa berkompromi dengan menunggu harga diskon atau menggunakan aksesoris pihak ketiga.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Review Jujur Motorola Moto Pad 60 Pro: Worth It Nggak, Sih?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (vmp/vmp)

  • Samsung Rilis Galaxy XR, Pesaing Apple Vision Pro Harganya Rp 30 Juta

    Samsung Rilis Galaxy XR, Pesaing Apple Vision Pro Harganya Rp 30 Juta

    Jakarta

    Samsung akhirnya meluncurkan headset extended reality Galaxy XR setelah beberapa kali dipamerkan lewat teaser. Perangkat ini hadir sebagai penantang langsung Apple Vision Pro tapi dengan harga yang lebih murah.

    Headset yang sebelumnya dikenal dengan nama Project Moohan ini merupakan perangkat pertama yang menjalankan sistem operasi Android XR. Perangkat ini diotaki chipset Snapdragon XR2+ Gen 2 yang dikembangkan Qualcomm bersama Samsung dan Google.

    Galaxy XR mengusung display micro OLED yang memiliki 29 juta pixel dengan resolusi 3552 x 3840 pixel dengan gamut warna DCI-P3 96%. Display-nya memiliki refresh rate 90Hz, lebih rendah dibandingkan 120Hz di Vision Pro.

    Dengan layar ini, pengguna bisa menikmati video dan film dalam resolusi 4K lewat mode teater virtual. Pengguna juga bisa mengakses konten VR 180 derajat dan 360 derajat serta konten 3D lewat tab ‘Spatial’. Pengguna yang mengenakan kacamata juga bisa menyematkan lensa tambahan jika diperlukan.

    Sama seperti Vision Pro, Galaxy XR juga mendukung passthrough yang memungkinkan pengguna melihat area di sekitarnya dibantu dengan dua kamera high-res. Perangkat ini juga dilengkapi enam kamera eksternal untuk melacak posisi benda-benda di sekitar dan dua sensor pelacak mata.

    Pengguna bisa mengontrol Galaxy XR dengan hand tracking dan gestur, tapi headset ini juga bisa dikendalikan menggunakan kontroler fisik. Headset ini juga bisa dihubungkan dengan keyboard dan mouse atau dipasangkan ke PC untuk mengakses desktop secara virtual.

    Samsung Galaxy XR Foto: Samsung

    Samsung mengklaim Galaxy XR dirancang untuk mengedepankan kenyamanan pengguna. Perangkat ini memiliki bobot 545 gram, jauh lebih ringan dibandingkan Vision Pro yang beratnya 750 gram. Ada baterai eksternal untuk Galaxy XR yang bobotnya 302 gram.

    “Rangka headset yang ergonomis dan seimbang mendistribusikan tekanan di sekitar dahi dan bagian belakang kepala, meminimalisir ketidaknyamanan di wajah sekaligus memberikan dukungan yang stabil,” kata Samsung dalam keterangan persnya, seperti dikutip dari Engadget, Rabu (22/10/2025).

    Karena menggunakan Android XR, pengguna Galaxy XR bisa mengunduh semua aplikasi dan game yang ada di Google Play Store. Pengguna bisa menggunakan Gemini untuk berkeliling Google Maps dan meminta rekomendasi sambil menikmati visual 3D.

    Google Photos bisa membuat foto dan video 2D terlihat lebih hidup dengan auto spatialization. Sama seperti di Vision Pro, pengguna Galaxy XR bisa mengambil foto dan video 3D menggunakan headset ini. Google juga menyediakan fitur Circle to Search dan versi baru aplikasi Google TV, Chrome, dan Meet yang dirancang khusus untuk Android XR.

    Galaxy XR dilengkapi dua speaker yang mendukung Dolby Atmos dan enam mikrofon. Konektivitasnya menggunakan Wi-Fi 7 dan Bluetooth 5.4. Baterainya dapat bertahan dipakai menonton video hingga 2,5 jam dalam sekali pengisian.

    Samsung Galaxy XR sudah dapat dibeli di Amerika Serikat dan Korea Selatan dengan harga USD 1.800 atau sekitar Rp 30 juta. Sebagai perbandingan, Apple Vision Pro dijual dengan harga USD 3.499 atau sekitar Rp 58 jutaan.

    Samsung juga menyediakan aksesoris berupa Galaxy XR Travel Case dan Galaxy XR Controller yang dijual terpisah dengan harga USD 250. Setiap pembelian Galaxy XR hingga akhir tahun ini akan mendapatkan bonus berupa langganan Google AI Pro, YouTube Premium, dan Google Play Pass selama 12 bulan, serta bundle aplikasi NFL Pro Era, Project Pulsar, Calm, dan Asteroid.

    (vmp/vmp)