brand merek: Apple

  • Kebijakan Baru Trump: Produk Farmasi-Semikonduktor Bakal Kena Tarif

    Kebijakan Baru Trump: Produk Farmasi-Semikonduktor Bakal Kena Tarif

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan berencana untuk mengenakan tarif khusus untuk impor produk farmasi dan semikonduktor. Padahal sebelumnya, farmasi dan semikonduktor masuk dalam daftar produk yang dikecualikan dari tarif Trump.

    Melansir Bloomberg, Selasa (15/4/2025), pembahasan terkait dengan pengenaan tarif khusus terkait 2 komoditas tersebut tengah dimulai di Departemen Perdagangan AS. 

    Pertimbangan pengenaan tarif khusus untuk impor farmasi dan bahan bakunya serta peralatan semikonduktor telah dimulai pada 1 April dan diperintahkan berdasarkan Undang-Undang Perluasan Perdagangan.

    Sekretaris Perdagangan AS berharap keputusan atas pertimbangan tarif produk-produk tersebut dapat disampaikan dalam waktu 270 hari, tapi Trump dan pejabat lainnya telah mengisyaratkan upaya ini dapat diselesaikan lebih cepat.

    Trump disebut telah lama mengecam produksi obat-obatan dan semikonduktor asing sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan mengancam akan mengenakan tarif impor dalam upaya untuk menghidupkan kembali manufaktur Amerika atas produk-produk tersebut. 

    Di sisi lain, rencana tersebut juga dinilai dapat berisiko mendatangkan malapetaka pada rantai pasokan dan menaikkan biaya bagi konsumen di Amerika.

    Pungutan baru mengancam untuk mengguncang industri semikonduktor yang mencetak lebih dari US$600 miliar dalam penjualan global semikonduktor yang penting untuk produk mulai dari mobil hingga pesawat terbang dan ponsel hingga elektronik konsumen. 

    Adapun, pengumuman tarif baru untuk produk farmasi dan semikonduktor datang beberapa hari setelah AS disebut berencana menunda tarif impor tinggi untuk semikonduktor, ponsel, komputer, dan impor elektronik lainnya.

    Sebelumnya, pembebasan tarif itu dipandang sebagai anugerah bagi raksasa teknologi seperti Apple Inc. dan Nvidia Corp., tetapi Trump dan penasihatnya dengan cepat mengatakan relaksasi itu hanya bersifat sementara dan bahwa tarif khusus akan diterapkan pada produk semikonduktor.

    Rencana pengenaan tarif semikonduktor ini berisiko mempengaruhi kinerja berbagai perusahaan yang telah berinvestasi miliaran dolar AS.

    Pengenaan tarif farmasi juga akan berlaku untuk seluruh produk obat-obatan, baik obat generik dan non-generik jadi, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya. 

    Juru bicara kelompok perdagangan PhRMA, Alex Schriver, mengatakan industri farmasi dapat mendukung tujuan Trump untuk meningkatkan manufaktur AS, tapi industri harus bekerja keras dalam prosesnya. 

    “Obat-obatan secara historis telah dikecualikan dari tarif karena dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi dan kekurangan obat-obatan yang menyelamatkan nyawa,” ujarnya. 

  • Cara Pakai Google Maps sebagai Aplikasi Navigasi Utama di iPhone – Page 3

    Cara Pakai Google Maps sebagai Aplikasi Navigasi Utama di iPhone – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Apple Maps memang jadi aplikasi bawaan iPhone, tapi banyak pengguna lebih memilih Google Maps karena fitur dan cakupan datanya yang lebih luas.

    Tapi sayangnya, Apple belum mengizinkan pengguna mengganti aplikasi navigasi bawaan. Meski begitu, ada cara supaya Google Maps tetap jadi pilihan utama saat membuka tautan peta di iPhone.

    Kenapa Pakai Google Maps?

    Mengutip Android Police, Selasa (15/4/2025), sejak iOS 6, Apple Maps menggantikan Google Maps sebagai aplikasi navigasi bawaan iPhone.

    Tapi, banyak pengguna yang masih mengandalkan Google Maps karena data yang lebih lengkap dibandingkan dengan Apple Maps, navigasi yang lebih akurat, serta fitur seperti multiple stops dan rute kustom.

    Apple Maps memang terus berkembang, terutama dengan fokus pada privasi pengguna. Namun, bagi yang lebih terbiasa dengan ekosistem Google, Google Maps tetap jadi pilihan utama.

    Cara Pakai Google Maps sebagai Navigasi Utama

    Walaupun tidak bisa mengganti aplikasi navigasi default secara langsung, ada trik yang bisa kamu gunakan dengan memanfaatkan Gmail atau Google Chrome:

    1. Menggunakan Gmail

    Unduh dan instal aplikasi Gmail dari App Store.
    Buka Settings > Gmail.
    Pilih Default Mail App, lalu setel ke Gmail.
    Buka aplikasi Gmail dan masuk ke akun Google.
    Masuk ke Menu > Settings > General > Default apps.
    Pada bagian Maps, pilih Google Maps.

    Aktifkan opsi Ask me which app to use every time jika ingin memilih antara Apple Maps dan Google Maps setiap kali membuka tautan peta.

  • Meta Terancam Bencana Jika Kehilangan Instagram dan WhatsApp

    Meta Terancam Bencana Jika Kehilangan Instagram dan WhatsApp

    Jakarta

    Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat atau Federal Trade Comission (FTC), berpendapat akuisisi Meta terhadap Instagram dan WhatsApp lebih dari satu dekade lalu dilakukan untuk menyingkirkan pesaing yang dapat mengancam Facebook sebagai media sosial utama. FTC versus Meta pun mulai disidangkan.

    Jika Meta kalah dan harus melepas Instagram dan WhatsApp, akibatnya bisa jadi bencana. Kasus tersebut menimbulkan ancaman eksistensial bagi Meta, yang menurut beberapa perkiraan memperoleh sekitar setengah dari pendapatan iklannya di Amerika Serikat dari Instagram.

    Untuk memperkuat bukti, FTC menunjuk ke email di mana Zuckerberg mengusulkan untuk mengakuisisi Instagram sebagai cara menetralkan pesaing potensial Facebook dan menyatakan kekhawatiran bahwa WhatsApp dapat tumbuh menjadi jejaring sosial.

    Adapun Meta berpendapat pembelian terhadap Instagram pada tahun 2012 dan WhatsApp pada tahun 2014 telah menguntungkan pengguna. Menurut mereka, dikutip detikINET dari CNN, pernyataan Zuckerberg di masa lalu tidak lagi relevan di tengah persaingan ketat dari TikTok, YouTube, sampai aplikasi perpesanan milik Apple.

    Meta akan menunjukkan peningkatan trafik ke Instagram dan Facebook selama penutupan singkat TikTok di Amerika Serikat pada bulan Januari sebagai bukti adanya persaingan. Namun demikian masalahnya, FTC belum menilai TikTok adalah pesaing Meta.

    Persidangan dapat berlangsung hingga bulan Juli mendatang. Jika FTC menang, FTC harus membuktikan secara terpisah bahwa tindakan seperti memaksa Meta untuk menjual Instagram atau WhatsApp akan memulihkan persaingan yang sehat.

    Kehilangan Instagram khususnya dapat merusak laba bersih Meta. Meski Meta tak merilis angka pendapatan aplikasi, firma riset periklanan Emarketer memperkirakan bulan Desember bahwa Instagram akan menghasilkan USD 37,13 miliar tahun ini, sekitar setengah pendapatan iklan Meta di AS.

    Instagram juga menghasilkan lebih banyak pendapatan per pengguna daripada platform sosial lainnya, termasuk Facebook.

    Adapun WhatsApp hingga saat ini, meski penggunanya sangat banyak, hanya memberikan kontribusi kecil terhadap total pendapatan Meta. Namun demikian, WhatsApp juga berpotensi menjadi mesin uang bagi Meta di masa mendatang dengan eksekusi yang tepat.

    (fyk/fyk)

  • Raja HP Terbaru 2025 Bukan Samsung-Oppo-Xiaomi, Ternyata Merek Ini

    Raja HP Terbaru 2025 Bukan Samsung-Oppo-Xiaomi, Ternyata Merek Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar smartphone global mencatat pertumbuhan 3% pada kuartal-I (Q1) 2025 secara tahun-ke-tahun (YoY) menurut firma riset Counterpoint. Beberapa negara berkembang memang menunjukkan penurunan kinerja penjualan.

    Kendati demikian, kinerja global didorong oleh pertumbuhan signifikan di China berkat subsidi yang digelontorkan Presiden Xi Jinping. Selain itu, beberapa pasar juga menunjukkan tren pemulihan, seperti Amerika Latin, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

    Senior Research Analyst Ankit Malhotra mengatakan pertumbuhan pasar smartphone di Januari 2025 didorong momentum peluncuran seri Samsung Galaxy S25 dan iPhone 16e. Namun, penjualan langsung merosot menjelang akhir Q1 2025 karena ketidakpastian ekonomi dan perang dagang.

    “Kami terus menganalisa perubahan kebijakan dan saat ini kami memprediksi pasar smartphone akan menurun sepanjang 2025, meski Q1 menunjukkan pertumbuhan,” kata dia, dikutip dari laman resmi Counterpoint, Selasa (15/4/2025).

    Apple berhasil menempati urutan pertama sebagai raja HP global, meski mengalami tantangan besar di China sebagai pasar HP terbesar di dunia. Counterpoint mengatakan pertumbuhan Apple dipicu peluncuran ponsel murah iPhone 16e di awal tahun, serta ekspansi di pasar-pasar non-inti.

    Penjualan iPhone di negara-negara kunci Apple seperti AS, Eropa, dan China menunjukkan stagnansi atau penurunan. Akan tetapi, Apple mencatat pertumbuhan double-digit di Jepang, India, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Alhasil, Apple berhasil tumbuh 4% YoY secara global dengan meraup pangsa pasar 19%.

    Samsung tergeser dari posisi pertama pada Q1 2024 menjadi urutan ke-2 di Q1 2025 dengan pangsa pasar 18%. Hal tersebut menunjukkan penurunan 5% YoY.

    Penjualan HP Samsung memang lesu di awal tahun karena keterlambatan peluncuran seri Galaxy S25. Kendati demikian, Samsung menunjukkan pertumbuhan double-digit pada Maret 2025 karena peluncuran seri Galaxy S25 dan seri mid-range Galaxy A. Penjualan varian Ultra yang paling premium di Galaxy S25 juga menunjukkan peningkatan.

    Di posisi ke-3 dan ke-4 masing-masing diduduki Xiaomi dan Vivo yang secara berurutan meraup pangsa pasar 14% dan 8%. Xiaomi mencatat pertumbuhan 5% YoY dan Vivo 6% YoY.

    Penguatan kinerja Xiaomi merupakan hasil kerja keras pabrikan China itu untuk mengekspansi produknya di beberapa pasar baru. Selain itu, Xiaomi mencatat pertumbuhan signifikan di pasar domestik dengan peralihan ke segmen premium.

    Terakhir, di posisi ke-5 ada Oppo dengan pangsa pasar serupa dengan Vivo yakni 8%. Kendati demikian, kinerjanya menurun tipis 1% YoY. Kinerja Oppo menunjukkan pertumbuhan di India, Amerika Latin, dan Eropa.

    Di luar jejeran ‘Top 5’, Honor, Huawei, dan Motorola merupakan beberapa merek yang tumbuh pesat dan menciptakan kompetisi yang kian sengit di pasar global.

    Huawei merupakan vendor terbesar di China pada Q1 2025. Sementara Honor dan Motorola menunjukkan pertumbuhan tinggi di beberapa negara.

    Setelah penurunan pasar smartphone di 2023, saat ini industri kembali menunjukkan pertumbuhan yang konstan. Kendati demikian, ketidakpastian ekonomi yang disebabkan perang tarif Trump dapat memicu masyarakat menunda pembelian ponsel sepanjang 2025.

    Perkembangan teknologi baru seperti GenAI dan HP lipat diprediksi akan terus berlanjut. Namun, vendor harus hati-hati mengawasi permintaan pasar di masa depan.

    Meski secara jangka panjang pasar smartphone masih cenderung stabil, Counterpoint meramalkan sepanjang 2025 pasar smartphone akan kembali mencatat penurunan YoY.

    (fab/fab)

  • Apple Kuasai Pasar HP Global Q1 2025, Ungguli Samsung dan Xiaomi

    Apple Kuasai Pasar HP Global Q1 2025, Ungguli Samsung dan Xiaomi

    Jakarta

    Untuk pertama kalinya, Apple menjadi produsen smartphone nomor satu dunia berdasarkan pengiriman di kuartal pertama 2025 (Januari-Maret), menurut laporan Counterpoint Research.

    Kesuksesan ini didorong oleh peluncuran iPhone 16e serta pertumbuhan dua digit di Jepang, India, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara, meski penjualan di AS, Eropa, dan China stagnan atau menurun.

    Apple menguasai pangsa pasar 19% dengan pengiriman naik 4% dibandingkan tahun lalu.

    Sementara itu Samsung menempati posisi kedua dengan pangsa pasar 18%, namun pengiriman turun 5% karena start yang lambat. Meski begitu, seri Galaxy S25, khususnya S25 Ultra, berhasil meningkatkan pengiriman di bulan Maret.

    Xiaomi di posisi ketiga dengan pangsa 14% dan pertumbuhan 5%, didukung pasar China dan ekspansi ke wilayah baru. Vivo mencatat pertumbuhan tercepat (6%) dengan pangsa 8%, setara Oppo yang justru turun 1%, meski tumbuh di India, Amerika Latin, dan Eropa.

    Hasil riset Counterpoint Q1 2025 Foto: Counterpoint

    Huawei mendominasi di China, sementara Honor dan Motorola tumbuh pesat namun belum masuk lima besar. Secara keseluruhan, pasar smartphone global tumbuh 3% di Q1. Namun, Counterpoint memprediksi penurunan pasar sepanjang 2025 akibat ketidakpastian ekonomi dan tarif AS.

    “Ketidakpastian ekonomi dan risiko perang dagang mulai meningkat, terutama menjelang akhir kuartal. Kami terus menganalisis perubahan kebijakan dan saat ini memproyeksikan pasar akan menurun YoY pada tahun 2025, meskipun ada pertumbuhan di Q1,” kata Ankit Malhotra, Analis Riset Senior Counterpoint.

    (afr/afr)

  • Trump Longgarkan Tarif Ponsel dan Chip China, tapi Apa Benar Bebas Pungutan? – Halaman all

    Trump Longgarkan Tarif Ponsel dan Chip China, tapi Apa Benar Bebas Pungutan? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali memicu kebingungan soal tarif perdagangan dengan Tiongkok.

    Tiga hari setelah pemerintahannya mengumumkan pengecualian terhadap sejumlah barang elektronik dari tarif, Trump justru mengancam akan mengenakan bea baru.

    Telepon pintar, laptop, flash drive, dan beberapa produk teknologi lainnya dikecualikan dari tarif yang diberlakukan sejak Rabu (2/4/2025).

    Pengecualian ini memberikan napas lega bagi perusahaan teknologi AS, seperti Apple dan Nvidia yang sangat bergantung pada manufaktur China.

    Saham keduanya langsung naik setelah pemberitahuan resmi dirilis oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada Jumat (11/4/2025).

    Namun, pengumuman lanjutan pada Senin (14/4/2025) justru memicu kritik terhadap Trump.

    Para pengamat dan lawan politiknya menuduhnya tidak konsisten dan mencabut banyak tarif tinggi yang sebelumnya diberlakukan terhadap Tiongkok.

    Padahal, tarif yang dicabut itu hanyalah sebagian dari serangkaian bea masuk yang dikenakan dalam perang dagang antara AS dan China.

    Perang tarif ini sudah dimulai sejak masa jabatan pertama Trump dan berlanjut saat Presiden Joe Biden menjabat, dengan tarif tambahan terhadap barang-barang dari China.

    Lalu, apakah benar barang elektronik China kini bebas dari tarif AS?

    Barang Apa Saja yang Dikecualikan?

    Pada Jumat (11/4/2025), pemerintahan Trump mengeluarkan daftar produk yang dikecualikan dari tarif.

    Produk tersebut termasuk komputer, laptop, disk drive, peralatan pemrosesan data otomatis, ponsel pintar, kartu memori, modem, router, layar panel datar, dan perangkat semikonduktor.

    Kebanyakan dari barang-barang ini tidak diproduksi di dalam negeri, melainkan di Tiongkok.

    Tarif yang dikenakan sebelumnya dinaikkan secara bertahap: dari 20 persen pada 2 April, menjadi 54 persen, lalu 104 persen pada 3 April, hingga mencapai 145 persen pada 4 April.

    Menurut analisis firma keuangan Capital Economics, pengecualian ini mencakup 23 persen dari total impor AS dari China.

    Firma tersebut menyebut langkah itu sebagai “bantuan yang baik” bagi CEO Apple, Tim Cook.

    Apa Kata Trump?

    Pada Minggu (13/4/2025), Trump membantah bahwa ia telah meringankan beban tarif untuk China.

    “TIDAK ADA SEORANG PUN yang ‘lepas dari tanggung jawab’ atas Neraca Perdagangan yang tidak adil,” tulisnya di platform media sosial Truth.

    Trump menuduh Tiongkok sebagai negara yang “memperlakukan kita dengan paling buruk”.

    Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan bahwa pengecualian tarif ini bersifat sementara.

    Menurutnya, barang elektronik China memang dibebaskan dari tarif awal 2 April, tapi akan tetap menghadapi bea masuk baru yang sedang dipersiapkan.

    “Barang elektronik dikecualikan dari tarif timbal balik, tetapi masih termasuk dalam tarif semikonduktor yang akan diberlakukan satu atau dua bulan lagi,” kata Lutnick kepada ABC News.

    Trump bahkan mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif baru terhadap semikonduktor dari China pada hari Senin.

    Apakah Barang Elektronik China Benar-Benar Bebas Tarif?

    Tidak.

    Pengecualian yang diumumkan hanya berlaku untuk tarif tambahan yang diberlakukan sejak 2 April.

    Barang-barang seperti iPhone dan laptop masih menghadapi tarif dasar sebesar 20 persen.

    Tarif itu diberlakukan Trump secara bertahap sejak 20 Januari, saat ia menjabat kembali, hingga 2 April.

    Tarif atas semikonduktor yang diumumkan pada Jumat juga bukan pembebasan total.

    Faktanya, tarif 50 persen terhadap semikonduktor dari China yang diberlakukan oleh Presiden Biden pada 1 Januari masih berlaku.

    Trump belum mencabut tarif itu.

    Sebagian besar perangkat elektronik menggunakan semikonduktor ini, sehingga tetap terdampak.

    Selain itu, sanksi era Biden terhadap perusahaan semikonduktor China juga masih berlaku, membatasi akses mereka terhadap chip kelas atas.

    Langkah Trump Selanjutnya

    Trump menyatakan akan meluncurkan “Investigasi Tarif Keamanan Nasional” terhadap rantai pasokan semikonduktor.

    Ia menuding China terlalu dominan dalam rantai pasokan global.

    Pada 2023–2024, China mengekspor chip senilai $647 juta ke AS, menurut Observatory of Economic Complexity.

    Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, menyatakan AS akan meninjau apakah impor semikonduktor membahayakan keamanan nasional.

    “Semikonduktor adalah bagian penting dari banyak peralatan pertahanan,” kata Hassett kepada CNN.

    Ia merujuk pada Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan AS, yang memberi presiden kewenangan membatasi impor untuk alasan keamanan nasional.

    Bagaimana Kondisi Perang Dagang Saat Ini?

    Tarif terhadap barang elektronik dan semikonduktor hanyalah bagian dari perang dagang AS-China yang semakin memanas sejak 2 April.

    China membalas dengan mengenakan tarif 125 persen terhadap barang-barang AS.

    Sementara itu, ekspor China ke AS kini dikenakan tarif sebesar 145 persen, kecuali untuk produk yang dikecualikan.

    Negara-negara lain telah bernegosiasi untuk menghindari tarif tinggi AS.

    Namun, China tidak termasuk dalam kesepakatan yang memberikan jeda 90 hari tersebut.

    Trump menyebut gejolak pasar saham sebagai konsekuensi “jangka pendek” dari pengaturan ulang perdagangan global.

    Namun, para analis memperkirakan inflasi akan meningkat.

    Mereka menilai pengecualian tarif pada Jumat menunjukkan pemerintah mulai menyadari dampak buruk tarif terhadap produsen dan konsumen AS.

    Apple adalah contoh nyata.

    Sekitar 90 persen iPhone dirakit di Tiongkok melalui mitra lokalnya, Foxconn.

    Sebanyak 80 persen produk Apple berasal dari China.

    Kelompok pelobi yang mewakili Intel, Nvidia, dan perusahaan teknologi lainnya terus mendorong Washington untuk mencapai kesepakatan dagang.

    Sektor Lain yang Terdampak

    Pada Maret lalu, Trump memberlakukan tarif 25 persen pada impor baja dan aluminium dari semua negara, termasuk China.

    China adalah produsen baja dan aluminium terbesar di dunia.

    Meskipun ekspor bajanya ke AS hanya 4,1 persen dari total produksi nasional, ekspor aluminium mencapai 16 persen.

    Pada 3 April, AS juga menerapkan tarif 25 persen terhadap mobil impor.

    Ekspor mobil China ke AS hanya 2 persen dari total impor mobil AS, atau sekitar 0,4 persen dari penjualan mobil 2024, menurut S&P.

    Namun, karena produsen mobil China terlibat dalam rantai pasokan global, tarif itu tetap berdampak signifikan.

    Mulai 3 Mei, tarif 25 persen juga berlaku untuk semua suku cadang mobil impor.

    Meski pemerintah Trump menyarankan warga AS membeli mobil buatan dalam negeri, para ahli memperingatkan bahwa tidak ada mobil yang sepenuhnya bebas dari komponen impor.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jika Harga iPhone Naik Tinggi, Fanboy Apple Diprediksi Mundur

    Jika Harga iPhone Naik Tinggi, Fanboy Apple Diprediksi Mundur

    Jakarta

    Apple telah menciptakan basis penggemar setia yang bersedia membayar harga premium untuk produk mereka, seperti iPhone. Bahkan jika harga iPhone naik, kemungkinan akan tetap laris manis dibeli oleh para fanboy Apple.

    Namun demikian, jika lonjakan harga iPhone sangat besar, fans paling loyal sekalipun mungkin akan mundur. Seperti misalnya dalam skenario harga iPhone terbaru di Amerika Serikat bisa mencapai USD 2.300 jika tarif Donald Trump pada China diberlakukan.

    “Jika seseorang menagih Anda USD 7 untuk sepotong pizza, bahkan sepotong pizza terbaik, Anda tidak akan membelinya,” cetus Dan Ives, pengamat dari Wedbush Securities yang dikutip detikINET dari Yahoo Finance.

    Pemerintahan Trump mengumumka bahwa beberapa barang elektronik, seperti telepon pintar, chip, dan komputer, untuk sementara dibebaskan dari tarif impor 145% atas barang-barang dari China. Pembebasan tersebut meringankan perusahaan seperti Apple yang merakit perangkat di China dan mengimpornya.

    Namun, dalam unggahan media sosial, Trump mengindikasikan barang elektronik pun pada saatnya akan tetap kena tarif impor.

    “Jika tarif China 145% mulai berlaku, kami yakin Apple tidak punya pilihan selain mulai mengenakan biaya lebih dari USD 2.000 untuk iPhone Pro setelah tingkat persediaan turun,” tulis para analis.

    Beberapa analis yakin Apple berada dalam posisi beruntung karena margin keuntungan sangat tinggi. “Sebagai perusahaan dengan margin yang menguntungkan, Apple dapat menyerap sebagian kenaikan biaya yang disebabkan tarif tanpa dampak finansial signifikan, setidaknya di jangka pendek,” kata analis utama Forrester Dipanjan Chatterjee.

    Ia juga menilai merek dan popularitas perusahaan yang kuat memungkinkannya membebankan sebagian biaya ke konsumen tanpa banyak reaksi negatif. “Merek itu memiliki loyalitas lebih baik dari pesaing dan tak mungkin kenaikan harga yang dapat dikelola akan membuat pelanggan ini lari ke pelukan pesaing berbasis Android,” cetusnya.

    Namun demikian tetap saja jika kenaikannya terlalu mencekik, konsumen banyak yang tidak akan mampu untuk membayarnya dan beralih ke produk pesaing.

    (fyk/afr)

  • Top 3 Tekno: Alasan Apple Masih Produksi iPhone di China Bikin Penasaran – Page 3

    Top 3 Tekno: Alasan Apple Masih Produksi iPhone di China Bikin Penasaran – Page 3

    Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) akhirnya menghadirkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital mengenai pemanfaatan eSIM. Lewat peraturan ini, Komdigi mendorong percepatan migrasi eSIM.

    Menurut Menkomdigi (Menteri Komunikasi dan Digital) Meutya Hafid, penggunaan eSIM bisa membantu menghindarkan pengguna dari spam, phishing, hingga judi online.

    Kendati demikian, menurut pakar keamanan siber Alfons Tanujaya, akar masalah penipuan digital bukan terletak pada jenis kartu SIM, melainkan lemahnya prosedur pendaftaran.

    Alfons menuturkan, meski eSIM menawarkan keamanan tambahan dengan kemampuan penguncian jarak jauh, penetrasi perangkat yang mendukung eSIM di Indonesia, hanya sekitar 15 persen.

    “Dan, sebagian besar adalah perangkat high-end yang cenderung tidak digunakan untuk kejahatan digital,” tutur Alfons dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (14/4/2025).

    Dengan kata lain, Alfons mengatakan, sekalipun sudah menggunakan eSIM, tapi prosedur pendaftaran tidak diperbaiki dan dijalankan dengan baik dan benar, penyalahgunaan layanan seluler untuk aksi kejahatan seperti fraud tetap akan marak.

    Meski ia tidak menampik, eSIM memang membantu pengguna smartphone terutama mereka yang bepergian keluar negeri dan tidak perlu repot membongkar ponsel memasang kartu SIM baru.

    Baca selengkapnya di sini 

  • Apple Kerek Pengiriman IPhone dari China untuk Hindari Tarif Trump

    Apple Kerek Pengiriman IPhone dari China untuk Hindari Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi AS, Apple Inc diketahui telah meningkatkan pengiriman produk iPhone dari China pada kuartal 1/2025, yang disebut sebagai upaya untuk menghindari tarif Trump. Secara tahunan, pengiriman iPhone naik hingga 10%. 

    Dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/4/2025), kabar tersebut datang dari firma pasar teknologi Amerika Serikat (AS), yakni International Data Corporation (IDC) yang melihat upaya Apple mempercepat pengiriman produknya belakangan ini. 

    Menurut IDC, Apple mengirimkan 57,9 juta unit sejak awal Januari–Maret 2025, naik dari 52,6 juta unit yang dikirimkan pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini diyakini bukan karena permintaan yang tiba-tiba melesat. 

    IDC menyebut, peningkatan ini disebabkan oleh upaya penimbunan yang dimaksudkan untuk mengimbangi tarif atas barang-barang yang diekspor dari China ke AS. 

    Laporan dari Bloomberg juga menunjukkan bahwa Apple dan perusahaan teknologi konsumen lainnya telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan untuk tarif terbaru dari pemerintahan Trump, dengan mengisi inventaris saluran AS-nya dengan unit.

    “Lonjakan sisi pasokan ini, yang ditujukan untuk mengurangi potensi kenaikan biaya dan gangguan, secara efektif meningkatkan angka pengiriman Q1 melampaui level yang diantisipasi berdasarkan permintaan konsumen yang mendasar,” bunyi riset dari IDC.

    Perusahaan tidak perlu membayar tarif untuk perangkat yang sudah ada di dalam negeri sebelum pungutan diberlakukan. Pengiriman juga meningkat di wilayah lain yang dikhawatirkan akan terjadi gangguan dan kenaikan harga. 

    Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif untuk barang yang diekspor dari China yang dapat naik hingga 145%, sebelum tarif tersebut diturunkan pada hari Jumat setelah pengecualian terkait elektronik.

    Namun, hal itu juga bisa berlangsung singkat karena Trump mengatakan tarif baru yang secara khusus ditujukan pada produk dengan semikonduktor akan kembali diberlakukan. Pungutan tersebut diperkirakan jauh lebih rendah dari 145% yang berlaku sebelumnya sehingga konsumen terhindar dari potensi kenaikan harga yang besar. 

    Meskipun terjadi peningkatan secara keseluruhan, pengiriman ke China menurun. IDC menyatakan, hal ini terjadi karena program subsidi pemerintah China pada perangkat tidak menyertakan model iPhone Pro Apple.

    Apple dikabarkan bakal memberikan gambaran yang lebih baik tentang penjualan aktualnya selama periode ketika mengumumkan hasil kuartal kedua pada tanggal 1 Mei 2025

    Lebih lanjut, IDC melaporkan industri telepon pintar lainnya mengalami pengiriman yang sebagian besar tetap stagnan, dengan pemenang terbesar kedua adalah Xiaomi Corp., yang unitnya meningkat 2,5%. Oppo mengalami penurunan terbesar, dengan penurunan unit sekitar 7%. 

    Secara keseluruhan, pasar meningkat sebesar 1,5% menjadi 305 juta. Samsung Electronics Co. menjadi pemimpin total dengan sekitar 61 juta pengiriman dan pangsa pasar 20%, dibandingkan dengan Apple sebesar 19%.

    Konsumen bulan ini berbondong-bondong mendatangi toko Apple untuk mengamankan iPhone sebelum potensi kenaikan harga yang masih terus berubah, mengingat kebijakan Gedung Putih yang dinamis. 

    Selain menimbun barang sebelum tarif diberlakukan, strategi Apple untuk mengimbangi dampak tarif adalah dengan menggunakan kembali manufaktur di India untuk distribusi AS. India sekarang dapat memproduksi 20% dari semua iPhone, yang dapat memenuhi sebagian besar permintaan AS.

  • TSMC Bangun Infrastruktur AI di AS Rp8.391 Triliun, Efek Tarif Trump

    TSMC Bangun Infrastruktur AI di AS Rp8.391 Triliun, Efek Tarif Trump

     Bisnis.com, JAKARTA — Nvidia, perusahaan teknologi yang berfokus pada kecerdasan buatan (AI), dikabarkan menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi Taiwan, TSMC, membangun infrastruktur AI di Amerika Serikat. Keduanya menggelontorkan investasi sebesar US$500 miliar atau setara dengan Rp8.391 triliun (kurs: Rp16.790) untuk membangun infratruktur tersebut selama empat tahun ke depan. 

    Dilansir dari Reuters, Selasa (15/4/2025), Pengumuman muncul di tengah dorongan yang makin kuat untuk membawa manufaktur dan rantai pasokan teknologi ke dalam batas wilayah AS seiring dengan pemberlakuan tarif tinggi pada impor dari sejumlah negara. 

    Selain itu, strategi ini juga bagian dari upaya dari Nvidia yang selama ini produksi semikonduktornya dilakukan di Taiwan. Sementara itu, langkah TSMC kemungkinan besar akan diikuti oleh perusahaan manufaktur teknologi lainnya. 

    analis DA Davidson Gil Luria mengatakan bahwa keputusan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump mengambil andil besar dalam keputusan Nvidia-TSMC berinvestasi besar di AS. 

    “Mustahil Nvidia ingin memindahkan produksi apa pun ke AS jika bukan karena tekanan dari pemerintahan Trump. Angka setengah triliun itu mungkin hiperbola, sama seperti Apple membuat janji setengah triliun,” tutur David. 

    Pengumuman Nvidia muncul beberapa jam setelah AS membebaskan barang elektronik seperti telepon pintar dan chip dari tarif timbal baliknya terhadap China, tetapi mengatakan akan mengumumkan tarif untuk chip impor selama minggu depan.

    Sebelumnya, serangan tarif terbaru Presiden Donald Trump mulai berlaku bahkan lebih kuat dari yang direncanakan. Tarif pada semua mitra dagang dinaikkan seperti perkiraan sebelumnya. Namun, yang paling mencolok adalah tarif tambahan terhadap China menjadi 145% dari 34% akibat aksi retaliasi yang meningkat.

    Namun, dalam riset terbaru Bloomberg Intelligence yang diterbitkan pada Rabu (9/4/2025), China diprediksi dapat menghadapi dengan baik guncangan tarif Trump karena ketergantungan ekonominya terhadap Amerika Serikat tidak lebih dari 3%.