brand merek: Apple

  • Pasar Saham Asia Beragam Jelang Rilis Laporan Keuangan Big Tech

    Pasar Saham Asia Beragam Jelang Rilis Laporan Keuangan Big Tech

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar saham Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada Senin (21/4/2025) seusai libur akhir pekan Paskah dan beberapa bursa masih tutup. Di tengah ketidakpastian global, investor menanti laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS) atau big tech yang dijadwalkan dirilis pekan ini.

    Dilansir dari AP, di Jepang, indeks Nikkei 225 pada perdagangan pagi turun 1% ke level 34.368,42 karena belum ada tanda-tanda kemajuan signifikan dalam kesepakatan dagang. Industri otomotif Jepang, khususnya, menghadapi tarif sebesar 25% untuk ekspor mobil dan suku cadang ke AS.

    Sementara itu, indeks Shanghai Composite naik tipis 0,3% ke 3.244,44. Indeks Kospi di Korea Selatan stagnan di 2.484,23, dan indeks Taiex Taiwan melemah 1,2%.

    Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga belum stabil. Setelah dibuka menguat, IHSG pada pukul 10.06 WIB melemah 0,09% atau 6,82 ke level 6.432,2. 

    Pasar saham di kawasan Asia lainnya, seperti Hong Kong dan Australia masih libur.

    Pekan ini menjadi awal musim laporan keuangan untuk perusahaan-perusahaan teknologi besar AS, atau yang dikenal sebagai “magnificent seven”, yaitu Apple, Microsoft, Nvidia, Amazon, Tesla, Alphabet (Google), dan Meta (Facebook). Sejak masa jabatan Trump dimulai, nilai pasar gabungan ketujuh perusahaan ini telah anjlok sebesar US$ 3,8 triliun atau sekitar 22% hingga 20 April lalu.

    Tarif tinggi yang diberlakukan Trump turut mengganggu rantai pasokan global, termasuk di China, tempat Tesla memproduksi kendaraan listriknya. Tesla dijadwalkan merilis laporan keuangan penuh pada Selasa (22/4/2025) setelah sebelumnya mengumumkan penjualan mobil kuartal pertama mereka turun 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Pada saat pasar saham Asia dibuka beragam, harga minyak mentah acuan AS pada Senin pagi turun US$ 1,20 menjadi US$ 62,81 per barel. Minyak Brent juga turun US$ 1,20 menjadi US$ 66,76 per barel.

  • Trump Ingin Rebut Dominasi Asia di Manufaktur Chip, China-Taiwan Terancam?

    Trump Ingin Rebut Dominasi Asia di Manufaktur Chip, China-Taiwan Terancam?

    Jakarta

    Selama bertahun-tahun, AS dinilai “salah langkah” di sektor manufaktur chip sehingga China dan pusat-pusat teknologi Asia lainnya melaju pesat. Hal ini diutarakan Gina Raimondo, bekas Menteri Perdagangan AS, dalam wawancara pada 2021.

    Empat tahun berselang, chip masih menjadi medan pertempuran dalam persaingan AS-China untuk supremasi teknologi.

    Sekarang, Presiden AS Donald Trump ingin mempercepat proses manufaktur yang sangat rumit dan sensitif. Bahkan negara-negara lain butuh waktu puluhan tahun untuk menyempurnakannya.

    Trump berpendapat bahwa kebijakan tarifnya akan membebaskan ekonomi AS dan membawa lapangan kerja kembali ke dalam negeri.

    Namun kenyataannya, sejumlah perusahaan terbesar menghadapi masalah kurangnya pekerja terampil dan kualitas produk yang kurang memuaskan di pabrik-pabrik AS

    Lantas, langkah berbeda apa yang akan diambil Trump?

    Dan, mengingat Taiwan serta wilayah lain di Asia memiliki keunggulan dalam menciptakan chip berpresisi tinggi, mungkinkah AS juga memproduksinya dalam skala besar?

    Rahasia di balik mikrochip

    Kepingan silikon kecil yang dikenal sebagai chip ini sebenarnya ditemukan di AS. Akan tetapi, produksi chip tercanggih dalam skala besar justru berpusat di Asia.

    Secara teknis, proses pembuatan chip begitu mahal dan sangat kompleks.

    Sebagai contoh, sebuah iPhone boleh saja berisi chip yang dirancang di AS, tetapi produksinya dilakukan di Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan.

    Bahan baku seperti mineral tanah jarang (rare earth) yang digunakan untuk chip juga sebagian besar ditambang di China.

    Selanjutnya, chip tersebut dikirim ke Vietnam untuk pengemasan, kemudian ke China untuk perakitan dan pengujian, sebelum akhirnya dikapalkan ke AS.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Ekosistem ini sangat terintegrasi, dan telah berkembang selama puluhan tahun.

    Di satu sisi, Trump menyatakan dukungannya kepada industri chip. Di sisi lain, dia juga mengancamnya dengan tarif.

    Trump bahkan mengultimatum pemimpin industri, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), bahwa perusahaan harus membayar pajak 100% jika tidak membangun pabrik di AS.

    Dengan ekosistem yang rumit dan persaingan yang ketat, perusahaan perlu merencanakan biaya yang lebih tinggi dan investasi jangka panjangjauh melampaui masa pemerintahan Trump.

    Perubahan kebijakan yang terus-menerus tidak memberikan kepastian. Sejauh ini, sebagian perusahaan menunjukkan kesediaan untuk berinvestasi di AS.

    Subsidi besar yang diberikan China, Taiwan, Jepang, dan Korsel kepada perusahaan swasta pengembang chip adalah alasan utama keberhasilan mereka di sektor ini.

    Hal ini menjadi dasar pemikiran Undang-Undang Chips and Sains AS yang disahkan pada tahun 2022 di bawah Presiden Joe Biden.

    AS adalah penemu mikrochip, tetapi produksi saat ini didominasi oleh negara-negara Asia (Getty Images)

    Undang-undang ini bertujuan untuk memindahkan kembali produksi chip ke dalam negeri dan mendiversifikasi rantai pasokan.

    Hal ini dilakukan dengan mengalokasikan hibah, kredit pajak, dan subsidi untuk mendorong manufaktur domestik.

    Sejumlah perusahaan, seperti produsen chip terbesar dunia TSMC dan pembuat ponsel pintar terbesar Samsung, menjadi penerima manfaat utama dari undang-undang tersebut.

    TSMC menerima hibah dan pinjaman sebesar US$6,6 miliar (sekitar Rp110 triliun) untuk pabrik di Arizona. Adapun Samsung diperkirakan menerima US$6 miliar (sekitar Rp100 triliun) untuk fasilitas di Taylor, Texas.

    TSMC bahkan mengumumkan investasi tambahan sebesar US$100 miliar (sekitar Rp1,6 kuadriliun) di AS bersama Trump, di luar US$65 miliar (sekitar Rp1 triliun) yang telah dijanjikan untuk tiga pabrik.

    Baca juga:

    Diversifikasi produksi chip juga menguntungkan TSMC, mengingat China berulang kali mengancam untuk menguasai Taiwan.

    Namun, baik TSMC maupun Samsung menghadapi tantangan dalam investasi mereka.

    Ini termasuk biaya yang melonjak, kesulitan merekrut tenaga kerja terampil, penundaan konstruksi, dan penolakan dari serikat pekerja lokal.

    “Ini bukan sekadar pabrik tempat Anda membuat kotak,” kata Marc Einstein, direktur riset di perusahaan intelijen pasar Counterpoint.

    “Pabrik yang membuat chip adalah lingkungan steril berteknologi tinggi. Pembangunannya membutuhkan waktu bertahun-tahun.”

    Dan meskipun ada investasi dari AS, TSMC menyatakan bahwa sebagian besar produksinya akan tetap berada di Taiwan, terutama untuk chip komputer tercanggihnya.

    Apakah China berupaya mengungguli Taiwan?

    Saat ini, pabrik TSMC di Arizona menghasilkan chip berkualitas tinggi.

    Namun, Chris Miller, penulis buku Chip War: The Fight for the World’s Most Critical Technology, berpendapat bahwa “teknologi mereka tertinggal satu generasi dari yang terdepan di Taiwan”.

    “Pertanyaan tentang skala produksi bergantung pada besarnya investasi di AS dibandingkan dengan Taiwan,” ujarnya.

    “Saat ini, Taiwan memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar.”

    Kenyataannya, Taiwan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk membangun kapasitas tersebut.

    Meskipun ada ancaman China yang menggelontorkan miliaran dolar untuk mencuri keunggulan Taiwan di sektor ini, industri Taiwan terus berkembang pesat.

    Trump mengancam TSMC dengan pengenaan pajak 100% jika mereka tidak membangun pabrik di Amerika Serikat (Getty Images)

    TSMC adalah pelopor “model foundry”, yaitu ketika pembuat chip mengambil desain dari AS dan memproduksi chip untuk perusahaan lain.

    Memanfaatkan momentum perusahaan rintisan Silicon Valley seperti Apple, Qualcomm, dan Intel, TSMC mampu bersaing dengan raksasa AS dan Jepang.

    Ini karena TSMC punya insinyur terbaik, tenaga kerja sangat terampil, dan pertukaran pengetahuan.

    “Bisakah AS membuat chip dan menciptakan lapangan kerja?” tanya Einstein.

    “Tentu saja, tapi apakah mereka akan mampu membuat chip dengan ukuran nanometer? Kemungkinan tidak.”

    Baca juga:

    Salah satu alasannya adalah kebijakan imigrasi Trump yang berpotensi membatasi kedatangan talenta terampil dari China dan India.

    “Bahkan Elon Musk pun punya masalah imigrasi terkait insinyur Tesla,” kata Einstein.

    Dia merujuk ke dukungan Musk terhadap program visa H-1B AS yang membawa pekerja terampil ke AS.

    “Itu adalah hambatan. Satu-satunya yang mereka bisa lakukan adalah mengubah pendirian mereka tentang imigrasi secara keseluruhan. Anda tidak bisa tiba-tiba memunculkan lulusan PhD.”

    Dampak berantai global

    Meski begitu, Trump malah semakin gencar memberlakukan tarif.

    Dia bahkan memerintahkan investigasi perdagangan atas alasan keamanan nasional terhadap sektor semikonduktor.

    “Ini ibarat batu sandungan besar,” ujar Einstein.

    “Jepang, misalnya, mendasarkan pemulihan ekonominya pada semikonduktor. Yang namanya tarif jelas tidak ada dalam rencana bisnis negara itu.”

    Menurut Miller, dampak jangka panjang bagi industri ini adalah fokus baru pada manufaktur dalam negeri di berbagai wilayah ekonomi kuat dunia: China, Eropa, dan AS.

    Sejumlah perusahaan mungkin mencari pasar baru.

    Getty ImagesTSMC telah berinvestasi dalam manufaktur chip di Amerika

    Raksasa teknologi China, Huawei, contohnya, memperluas bisnisnya ke Eropa dan pasar berkembang termasuk Thailand, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Malaysia, dan banyak negara di Afrika.

    Hal ini mereka lakukan dalam rangka menghadapi kontrol ekspor dan tarif, meskipun margin keuntungan di negara berkembang kecil.

    “Pada akhirnya, China ingin menangmereka harus berinovasi dan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan. Lihat saja apa yang mereka lakukan dengan Deepseek,” kata Einstein.

    “Jika mereka membuat chip yang lebih baik, semua orang akan beralih ke mereka. Efisiensi biaya adalah sesuatu yang bisa mereka lakukan sekarang. Langkah ke depannya adalah mengembangkan produksi [chip] dengan teknologi super canggih.”

    Baca juga:

    Sementara itu, pusat-pusat manufaktur chip baru mungkin akan bermunculan.

    India, misalnya, dinilai sangat menjanjikan oleh para ahli.

    Mereka berpendapat, India punya peluang lebih besar untuk terintegrasi ke dalam rantai pasokan chip dibandingkan AS.

    Letak lebih strategis, biaya tenaga kerja murah, dan kualitas pendidikan baik.

    India telah menunjukkan kesediaannya untuk menerima manufaktur chip. Namun, mereka menghadapi sejumlah tantangan, seperti pembebasan lahan untuk pabrik dan ketersediaan air.

    Produksi chip membutuhkan air dengan kualitas terbaik dan jumlah yang sangat besar.

    Kartu truf dalam negosiasi

    Getty ImagesJensen Huang, CEO Nvidia, meminta Trump untuk menghapus larangan penjualan chip ke China

    Perusahaan-perusahaan chip sebetulnya tidak sepenuhnya terpojok akibat tarif AS.

    Ketergantungan dan permintaan yang besar akan chip dari perusahaan-perusahaan besar AS seperti Microsoft, Apple, dan Cisco berpotensi menekan Trump untuk mencabut pungutan apa pun pada sektor chip.

    Sejumlah sumber internal meyakini lobi intensif dari CEO Apple Tim Cook berhasil mengamankan pengecualian tarif untuk ponsel pintar, laptop, dan produk elektronik.

    Trump juga dilaporkan mencabut larangan penjualan chip Nvidia ke China sebagai hasil dari lobi.

    Ketika ditanya secara spesifik tentang produk Apple pada hari Senin (14/04) di Oval Office, Trump mengatakan: “Saya orang yang sangat fleksibel.”

    Dia menambahkan, “Mungkin ada hal-hal baru yang akan terjadi. Saya sudah bicara dengan Tim Cook. Baru-baru ini saya membantunya.”

    Trump mengeklaim kebijakan tarifnya akan memulihkan ekonomi AS dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. (Getty Images)

    Menurut Einstein, pada akhirnya Trump hanya ingin membuat kesepakatan.

    Trump dan pemerintahannya paham: membangun pabrik chip yang lebih besar saja tidak menyelesaikan masalah.

    “Menurut saya, pemerintahan Trump melakukan langkah yang sama seperti kepada pemilik TikTok, Bytedance. Mereka ibarat berkata: Anda tidak bisa beroperasi di AS lagi kecuali memberikan sebagian saham ke Oracle atau perusahaan AS lain,” jelas Einstein.

    “TSMC tidak akan pergi ke mana pun, jadi AS ingin memaksa mereka membuat kesepakatan dengan Intel lalu mendapatkan bagian dari keuntungan.

    Namun, model ekosistem semikonduktor Asia memberikan pelajaran berharga: tidak ada satu negara pun yang bisa mengoperasikan industri chip sendirian.

    Dibutuhkan waktu untuk membuat semikonduktor canggih secara efisien dan dalam skala besar.

    Trump mencoba menciptakan industri chip melalui proteksionisme dan isolasi.

    Padahal, yang memungkinkan industri chip berkembang di seluruh Asia adalah kebalikan dari yang dia lakukan: kolaborasi dalam ekonomi global.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menguak Sejarah iPhone Dibuat di China

    Menguak Sejarah iPhone Dibuat di China

    Jakarta

    Setiap iPhone dilengkapi label yang memberi tahu bahwa iPhone tersebut dirancang di California. Meski dirancang di Amerika Serikat, iPhone kemungkinan besar dibuat di China, negara yang paling terpukul oleh tarif Presiden AS Donald Trump, yang kini naik menjadi 245% untuk beberapa impor.

    Apple menjual lebih dari 220 juta iPhone per tahun dan menurut perkiraan, sembilan dari 10 iPhone dibuat di China. Dari layar hingga baterai, di sini banyak komponen dalam produk Apple dibuat dan dirakit menjadi iPhone, iPad, atau Macbook. Sebagian besar dikirim ke AS, pasar terbesar Apple.

    Beruntung Trump tiba-tiba membebaskan smartphone, komputer, dan beberapa perangkat elektronik lain dari tarif minggu lalu. Namun itu mungkin tidak bertahan lama karena Trump mengisyaratkan bahwa tarif lebih tinggi akan diberlakukan nantinya untuk perangkat elektronik.

    Menilik sejarah, Apple memasuki China tahun 1990-an untuk menjual komputer melalui pihak ketiga. Sekitar tahun 1997, ketika hampir bangkrut karena sulit bersaing, Apple menemukan jalan keluar di China. Ekonomi China yang masih muda mulai terbuka bagi perusahaan asing untuk meningkatkan produksi dan menciptakan lapangan kerja.

    Namun, baru pada tahun 2001 Apple resmi hadir di China dan mulai membuat produk di negara tersebut. Dikutip detikINET dari BBC, Apple bermitra dengan Foxconn, produsen elektronik Taiwan, untuk membuat iPod, lalu iMac, dan selanjutnya iPhone.

    Saat itu, sebenarnya China belum siap untuk membuat iPhone. Namun, Apple memilih pemasoknya sendiri dan membantu mereka tumbuh menjadi manufaktur terkemuka.

    Apple kemudian membuka Apple Store pertamanya di negara itu di Beijing tahun 2008, tahun ketika kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade dan hubungan China dengan Barat mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Jumlah ini segera membengkak menjadi 50 toko.

    Foxconn lalu mengoperasikan pabrik iPhone terbesar di dunia di Zhengzhou, yang sejak itu disebut sebagai Kota iPhone. Saat ini, sebagian besar iPhone diproduksi oleh Foxconn.

    Adapun chip canggih yang jadi otaknya dibuat di Taiwan oleh produsen chip terbesar di dunia, TSMC. Pembuatannya juga membutuhkan unsur tanah jarang yang digunakan dalam aplikasi audio dan kamera.

    Sekitar 150 dari 187 pemasok utama Apple pada tahun 2024 memiliki pabrik di China. “Tidak ada rantai pasokan di dunia yang lebih penting bagi kami daripada China,” kata CEO Apple Tim Cook dalam sebuah wawancara tahun lalu.

    (fyk/afr)

  • Segara Klaim! Update Kode Redeem FF Hari Ini Senin 21 April 2025

    Segara Klaim! Update Kode Redeem FF Hari Ini Senin 21 April 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Cek di bawah ini untuk mengetahui update kode redeem FF hari ini, Senin 21 April 2025, yang bisa Anda tukar.

    Kode redeem menjadi salah satu yang ditunggu oleh pemain game Free Fire alias FF.

    Kode redeem sendiri merupakan susunan huruf dan angka yang berisi hadiah. Anda hanya perlu menukarkannya ke situs Free Fire untuk mendapatkan hadiah tersebut.

    Meski demikian, Anda harus bergegas untuk menukarkannya, sebab satu kode redeem hanya berlaku satu kali saja.

    Update kode redeem FF hari ini, Senin 21 April 2025

    ENHBVMTGGX8U

    TIMNAS17INDO

    BOSS3HFTRNU5

    THRFFNS

    Cara klaim kode redeem FF

    1. Buka situs https://reward.ff.garena.com/id.

    2. Masuk atau login ke akunmu dengan beberapa alternatif cara, yaitu dari akun facebook, alamat email Google, akun Apple, VK atau Huawei, hingga akun Twitter.

    3. Masukkan salah satu kode redeem FF.

    4. Pada umumnya, kode redeem Garena berjumlah 12 sampai 16 digit. Klik konfirmasi.

    5. Jika kode tersebut masih valid, maka hadiah akan langsung dikirim ke Inbox Anda.

  • iPhone Buatan AS Bakal Kalah dari ‘Made in China’, Ini Alasannya

    iPhone Buatan AS Bakal Kalah dari ‘Made in China’, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar iPhone di Amerika Serikat berpotensi terganggu, imbas kebijakan tarif dagang resiprokal Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara mitra dagang utamanya. Negara-negara yang terdampak kebijakan Trump itu merupakan pusat lini produksi Apple untuk iPhone dan Mac, seperti China, India, Vietnam, dan Thailand.

    Maka, dengan adanya tarif resiprokal tersebut, akan membuat impor produk iPhone dari China lebih mahal, sehingga harga jualnya pun terancam naik di AS. Pengenaan tarif resiprokal itu sebetulnya cara Trump supaya produksi di dalam negerinya meningkat. Pertanyaan besarnya, jika Trump ingin iPhone dan Mac diproduksi di AS, apakah mungkin?

    Penjelasan Pakar

    Menurut Profesor Emeritus Duke University, Gary Gereffi, salah satu cara yang paling realistis buat Trump untuk menggapai cita-citanya itu adalah dengan merekonstruksi rantai pasokan.

    Perusahaan bisa mengalihkan manufaktur komponen utama ke Amerika Utara. Namun, masalah lain yang jadi sorotan adalah soal tenaga kerja. Perakitan di AS bakal membutuhkan lebih banyak tenaga kerja manusia dan juga robot.

    “Kita mengalami kekurangan tenaga kerja yang sangat parah. Dan telah kehilangan seni manufaktur skala besar,” jelas profesor bisnis Universitas Johns Hopkins, Tinglong Dai, dikutip dari Wall Street Journal.

    Pabrikan perakit iPhone di China, Foxconn, memperkerjakan 300 ribu pekerja. Untuk mencapai angka perekrutan itu, akan menjadi masalah besar bagi pabrik-pabrik di AS. Belum lagi soal standar gaji dan biaya lahan yang harus digelontorkan Apple. Perlu banyak biaya membangun iPhone asli AS. Meski harganya murah jika diproduksi AS, namun kualitasnya akan lebih buruk. Setidaknya pada awal pabrikan AS berjalan.

    “AS memiliki kapasitas memproduksi komponen smartphone di sejumlah area, namun bukan yang terbaik,” jelas Dai.

    Mac Pernah Gagal Diproduksi di AS

    Artikel New York Times tahun 2019 mengungkapkan Apple pernah berencana memproduksi Mac Pro di AS. Ini menjadi yang pertama kali perangkat diproduksi di sana. Sayang rencana tersebut sulit terlaksana. Tiga orang sumber yang dikutip dari laporan mengatakan pabrikan di Austin, Texas kesulitan menemukan sekrup yang cukup.

    Laporan itu mengatakan Apple sulit melakukan produksi karena kontraktor hanya bisa memproduksi paling banyak 1.000 sekrup dalam sehari. Pada akhirnya bisa menunda penjualan perangkat selama berbulan-bulan. Masalah ini bisa terselesaikan dengan mudah di China. Apple bisa mengandalkan pabrik yang bisa memproduksi sekrup khusus dalam jumlah besar dengan waktu singkat.

    New York Times menuliskan masalah ini menggambarkan tantangan Apple jika ingin memindahkan produksi ke luar China. Apple menemukan segalanya di China, dari skala, keterampilan, infrastruktur dan biaya untuk memproduksi perangkatnya.

    (arj/haa)

  • Apple Rilis iOS 18.4.1 Atasi Celah Keamanan Berbahaya, Pengguna iPhone Wajib Update – Page 3

    Apple Rilis iOS 18.4.1 Atasi Celah Keamanan Berbahaya, Pengguna iPhone Wajib Update – Page 3

    Sementara itu di sisi lain, belum lama ini, YouTuber Jon Prosser membagikan sebuah video di mana ia mengklaim telah melihat desain baru versi internal dari iOS 19.

    Dalam video tersebut, ia memberikan gambaran singkat mengenai kemungkinan desain baru pada iOS generasi mendatang.

    Kini, Prosser kembali dengan lebih banyak visual yang diduga berasal dari bocoran versi internal iOS 19, termasuk tampilan ikon baru, floating bar, dan berbagai elemen lainnya.

    Bocoran Terbaru iOS 19

    Mengutip 9to5Mac, Rabu (9/4/2025), menurut Jon Prosser, tampilan ikon aplikasi pada iOS 19 akan mengalami perubahan bentuk yang lebih membulat dari sebelumnya, namun tidak sepenuhnya menyerupai lingkaran seperti pada visionOS atau watchOS.

    Karena Apple dikabarkan ingin membuat tampilan iOS lebih mendekati visionOS, pengguna bisa mengharapkan desain ulang pada menu, dengan efek bayangan dan kedalaman yang lebih nyata.

    Beberapa elemen antarmuka juga disebut akan memiliki efek berkilau saat perangkat digerakkan.

    Tampilan tab sistem, yang oleh Apple disebut sebagai tab dalam aplikasi, akan menyerupai tampilan di visionOS dan aplikasi Photos di iOS 18.

    Di aplikasi seperti Musik dan App Store, bar menu akan terlihat melayang di layar, dan tab Pencarian akan mendapatkan tampilan baru. Sementara itu, di aplikasi Pesan iPhone, kolom pencarian kini akan ditempatkan di bagian bawah layar.

  • 5 Rekomendasi Aplikasi Investasi untuk Beli Saham Google, Apple, Microsoft Dkk – Page 3

    5 Rekomendasi Aplikasi Investasi untuk Beli Saham Google, Apple, Microsoft Dkk – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Di tengah gejolak ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah yang terus berlanjut, investor ritel di Indonesia kini mengalihkan perhatian pada strategi investasi baru untuk melindungi aset mereka.

    Salah satu langkah yang kian diminati adalah berinvestasi di pasar saham luar negeri, terutama saham-saham yang diperdagangkan di Amerika Serikat (AS).

    Diversifikasi portofolio ke pasar saham AS dipandang sebagai peluang strategis untuk mengakses kekuatan ekonomi terbesar dunia, yang menawarkan potensi pertumbuhan investasi dalam jangka panjang.

    Indeks utama pasar saham AS, S&P 500, saat ini berada pada level yang relatif menarik. Bahkan, indeks tersebut sempat menyentuh angka 4.495,12, setara dengan posisi pada Desember 2021.

    Sebagai informasi, S&P 500 merupakan barometer utama kinerja pasar saham AS secara keseluruhan, serupa dengan peran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan indeks ini adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, yang memicu kekhawatiran terhadap stabilitas perdagangan global.

    Kendati demikian, sejumlah perusahaan raksasa di AS masih menunjukkan kinerja keuangan yang solid. Data historis mencatat bahwa S&P 500 mampu memberikan imbal hasil rata-rata sekitar 10% per tahun.

    Jika potensi penguatan nilai tukar Dolar AS (USD) terhadap rupiah sebesar 2–3% turut diperhitungkan, total potensi keuntungan investasi di saham AS dapat mencapai hingga 13% per tahun. Kondisi ini menjadikan pasar saham AS tetap menjadi opsi investasi global yang relevan, termasuk bagi para investor di Indonesia.

    Lebih lanjut, di dalam konstituen S&P 500, beberapa saham sektor teknologi terkemuka seperti Google (dengan kode saham GOOG) bahkan mencatatkan imbal hasil tahunan yang melampaui angka 13%.

    Penting untuk diingat bahwa pemilihan aplikasi investasi sangat subjektif dan bergantung pada preferensi masing-masing investor. Oleh karena itu, pertimbangkan dengan cermat fitur-fitur yang ditawarkan sebelum memutuskan untuk menggunakan aplikasi tertentu.

    Sebelum memulai investasi, pastikan kamu telah memahami risiko yang terkait. Selalu lakukan riset dan pertimbangkan risiko investasi sebelum memulai. Ingat, investasi saham memiliki potensi keuntungan dan kerugian, jadi bijaklah dalam mengambil keputusan investasi. 

    Bagi para investor yang berminat untuk memulai investasi di pasar saham AS (Google, Apple, Microsoft dkk), berikut adalah lima aplikasi terkemuka yang tersedia di Indonesia.

    Perlu diketahui, aplikasi saham di bawah ini juga sudah diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan/atau BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), tergantung produk investasi yang ditawarkan.

  • Spesifikasi iPhone Fold Terungkap, Berapa Perkiraan Harga Ponsel Layar Lipat Pertama Apple? – Page 3

    Spesifikasi iPhone Fold Terungkap, Berapa Perkiraan Harga Ponsel Layar Lipat Pertama Apple? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Rumor soal kehadiran iPhone layar lipat pertama Apple semakin menguat. Kali ini, bocoran spesifikasi dari perangkat diduga bernama iPhone Fold muncul di internet dan langsung jadi sorotan.

    Mengutip GSM Arena, Minggu (20/4/2025), bocoran spesifikasi iPhone Fold ini diunggah oleh leaker yeux1122 melalui platform Naver.

    Dalam unggahannya di Naver, iPhone Fold bakal hadir dengan layar utama berukuran 7,76 inci beresolusi 2.713 x 1.920 piksel–ukuran sama seperti tablet mini saat dibuka.

    Menariknya, layar HP baru Apple ini disebut bakal menggunakan teknologi kamera di bawah layar (under-display camera), mirip dengan seri Galaxy Z Fold milik Samsung.

    Tidak hanya itu, Apple dikabarkan bakal mengusung desain tanpa lipatan. Hingga saat ini, masih banyak vendor mendapati tantangan untuk menghadirkan ponsel lipat tanpa tanda di layar ini.

    Kamera Selfie di Layar Kedua, Tidak Pakai Face ID?

    Sementara itu, panel layar sekunder iPhone Fold–alias layar depan ponsel saat dalam posisi tertutup–memiliki ukuran 5,49 inci dengan resolusi 2.088 x 1.422 piksel.

    Raksasa teknologi berbasis di Cupertino tersebut juga memasang kamera selfie terletak di dalam punch hole layar depan ponsel.

    Kabar ini diperkuat oleh leaker terkenal Digital Chat Station, yang sebelumnya sempat membocorkan spesifikasi serupa.

    Hal mengejutkan lainnya, menurut analis Ming-Chi Kuo, iPhone Fold tidak akan menyertakan fitur Face ID. Sebagai gantinya, Apple bakal menggunakan sensor Touch ID terintegrasi di tombol power.

  • Ini Aplikasi Saingan WhatsApp di 2025, Pengguna Mulai Pindah

    Ini Aplikasi Saingan WhatsApp di 2025, Pengguna Mulai Pindah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telegram, sebagai salah satu aplikasi pesan singkat yang serupa dengan Whatsapp mengalami peningkatan pengguna pada 2025. Bahkan, perusahaan itu terus meraup keuntungan.

    Pendiri Telegram Pavel Durov mengatakan, pengguna aktif layanannya telah mencapai 1 miliar per Maret 2025. Bersamaan dengan itu, profit perusahaan telah mencapai US$547 juta sepanjang tahun lalu.

    Sebagai perbandingan, pengguna aktif WhatsApp saat ini masih lebih tinggi. Jumlahnya lebih dari 2 miliar dan diprediksi akan mencapai 3 miliar pada akhir 2025.

    “Di atas kami ada WhatsApp, layanan murah yang meniru Telegram. Selama bertahun-tahun, WhatsApp berupaya mengikuti inovasi kami sembari membakar uang miliaran dolar AS untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat pertumbuhan kami,” kata Pavel Durov, dikutip dari TechCrunch, Minggu (16/4/2025).

    “Mereka [WhatsApp] gagal. Telegram bertumbuh, meraup keuntungan, dan mempertahankan kemandirian kami,” ia menambahkan.

    Dikutip dari DemandSage, 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium. India menjadi negara yang paling banyak menggunakan Telegram dengan porsi 45% dari total pengguna. Sementara itu, hanya 9% pengguna Telegram yang datang dari AS.

    Sebanyak 53,2% pengguna Telegram berasal dari kelompok usia 25-44 tahun. Lebih banyak pria daripada perempuan yang menggunakan Telegram, dengan proporsi 58% berbanding 42%.

    Secara rata-rata, pengguna Telegram menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan untuk mejajal aplikasi tersebut. Memang durasi tersebut masih jauh di bawah WhatsApp yang rata-rata diakses 17 jam 6 menit per bulan, menurut laporan DemandSage.

    Saat melaporkan pengguna aktif Telegram sebanyak 900 juta pada 2024 lalu, Durov mengatakan perusahaan menghadapi tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.

    Bahkan, Durov sempat ditahan di Prancis pada Agustus 2024 atas tuduhan keterlibatan dalam mendistribusikan pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan perangkat lunak peretasan pada aplikasi pesan singkat Telegram.

    Tak sampai sepekan pasca ditangkap, Durov dibebaskan bersyarat. Ia juga diminta membayar uang jaminan senilai 5 juta euro. Sejak saat itu, Telegram mulai melakukan penyesuaian dengan meningkatkan moderasi konten di dalam platform.

    Kendati demikian, Durov menekankan netralitas platformnya dari konflik geopolitik. Saat Rusia menginvasi Ukraina pada 2022 lalu, Telegram menjadi salah satu sumber informasi yang tak menyaring konten-konten di dalamnya.

    Meski dinilai transparan, tetapi banyak juga konten bermuatan disinformasi yang tersebar di platform tersebut. Durov menjamin sistem enkripsi pada Telegram akan membuat pertukaran informasi di dalamnya benar-benar terlindungi dan bebas intervensi pemerintah.

    “Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya pada 2024 sebelum ditangkap.

    Menurutnya, ada berbagai cara yang dilancarkan pemerintah untuk mengelabui enkripsi Telegram. Salah satunya datang dari FBI.

    Ia mengatakan FBI pernah mencoba merekrut engineer Telegram untuk membobol backdoor platformnya. FBI tak berkomentar soal tuduhan ini.

    Namun, ia mengatakan tekanan untuk menjunjung kebebasan perbendapat dan berekspresi sebenarnya tak hanya datang dari pemerintah. Tantangan itu justru lebih banyak datang dari rivalnya seperti Apple dan Alphabet.

    “Dua platform tersebut benar-benar bisa menyensor apa saja yang Anda baca, serta mengakses semua yang ada di smartphone Anda,” kata dia.

    (npb/haa)

  • iOS 18.5 Public Beta Boyong Pembaruan Minor pada Aplikasi Mail – Page 3

    iOS 18.5 Public Beta Boyong Pembaruan Minor pada Aplikasi Mail – Page 3

    Sebelumnya, Apple diam-diam sedang menyiapkan update iOS 18.4.1 untuk iPhone. Padahal sudah banyak yang mengira update sistem operasi berikutnya adalah iOS 18.5.

    Kendati begitu, kehadiran update versi minor ini mengisyaratkan adanya perbaikan penting yang tidak bisa menunggu update besar selanjutnya.

    Untuk diketahui, sejumlah karyawan Apple sudah mulai menguji iOS 18.4.1. Jika mengikuti pola sebelumnya, update ini diprediksi bakal meluncur dalam satu atau dua minggu ke depan.

    Karena hanya membawa perubahan minor, iOS 18.4.1, dikutip dari Forbes, Jumat (11/4/2025), kemungkinan lebih fokus pada perbaikan bug ketimbang fitur baru. 

    Beberapa masalah di iOS 18.4 yang ramai dilaporkan pengguna antara lain aplikasi yang tiba-tiba muncul kembali setelah dihapus hingga gangguan pada CarPlay yang menyebabkan koneksi terputus.

    Kapan iOS 18.4.1 Dirilis?

    Apple biasanya merilis update iOS pada hari Senin atau Selasa. Berdasarkan prediksi, iOS 18.4.1 bisa saja meluncur pada Senin, 14 April, Selasa, 15 April, atau Selasa, 22 April. 

    Namun, tanggal 21 April yang bertepatan dengan Easter Monday tampaknya bukan pilihan. Kendati belum ada pengumuman resmi, kehadiran update iOS 18.4.1 jelas menarik perhatian.