brand merek: Apple

  • Apple Akan Luncurkan Ponsel Lipat iPhone Foldable Lebih Canggih dari Pendahulunya

    Apple Akan Luncurkan Ponsel Lipat iPhone Foldable Lebih Canggih dari Pendahulunya

  • Bos Google Berharap Gemini Jadi AI di iPhone

    Bos Google Berharap Gemini Jadi AI di iPhone

    Jakarta

    Saat iOS 18.4 Beta diperkenalkan, terungkap kalau Apple menyiapkan Google Gemini akan diintegrasikan ke dalam Apple Intelligence.

    Artinya, Gemini sudah siap menjadi salah AI yang terintegrasi di dalam iOS, menemani ChatGPT yang sebelumnya sudah tersedia, demikian dikutip detikINET dari GSM Arena, Sabtu (3/5/2025).

    Kemudian terungkap dalam dokumen persidangan yang menyatakan CEO Google Sundar Pichai mengaku punya harapan besar akan hal itu. Persidangan yang dimaksud adalah sidang antimonopoli antara Pemerintah Amerika melawan Google yang saat ini sedang berlangsung.

    Ia berharap Gemini bisa menjadi salah satu opsi yang bisa dipilih pengguna untuk AI di dalam iOS pada tahun 2025 ini.

    Pichai mengaku sudah berdiskusi dengan CEO Apple Tim Cook selama tahun 2024 lalu soal fitur tersebut. Pichai berharap perjanjian soal pemakaian Gemini di iOS ini bisa diselesaikan pada pertengahan tahun 2025.

    Pemilihan waktu ini menjadi menarik karena pada pertengahan 2025, tepatnya pada bulan Juni, adalah waktu digelarnya ajang tahunan Worldwide Developer Conference (WWDC) oleh Apple, dan pada WWDC 2025 ini adalah jadwal perilisan iOS 19.

    Jadi bisa diasumsikan kalau Gemini akan diintegrasikan di iOS mulai iOS 19. Namun meski sudah dirilis pada Juni, biasanya iOS terbaru itu baru akan tersedia untuk publik saat iPhone generasi terbaru sudah dirilis — biasanya bulan September setiap tahunnya.

    Sehingga nantinya pengguna iOS bisa memilih antara ChatGPT dan Google sebagai AI bawaan di dalam Apple Intelligence.

    (asj/rns)

  • Apple Tidak Khawatir dengan Perang Tarif Dagang AS dan China, Ini Alasannya

    Apple Tidak Khawatir dengan Perang Tarif Dagang AS dan China, Ini Alasannya

    JAKARTA – Perang tarif dagang antara China dan AS memberikan dampak negatif terhadap Apple. Pasalnya, mayoritas rantai pasokan iPhone dikembangkan di pabrik manufaktur yang berada di China. 

    Meski banyak orang yang khawatir dengan peningkatan harga iPhone, CEO Apple Tim Cook terlihat lebih santai ketika membahas persoalan ini. Cook bahkan mengaku tidak khawatir dengan tarif dagang yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump. 

    Dalam laporan pendapatan kuartal terbarunya, Cook mengatakan bahwa Apple telah mengatasi situasi perang tarif dagang, setidaknya untuk sementara waktu. Perusahaan itu telah memasok setengah iPhone dari India dan setengahnya lagi dari Vietnam. 

    Dua negara ini dipilih karena tarifnya lebih rendah dari yang AS tetapkan untuk China. Meski perusahaan itu menghentikan impor rantai pasokan dari China ke AS, Apple tetap melanjutkan produksi di negara tersebut. 

    Sebagian besar iPhone dan produk lainnya akan dikirim ke pasar Apple selain AS. Penyimpanan stok produk dari India dan Vietnam ini tidak hanya berlaku untuk iPhone, tetapi juga perangkat produktivitas lainnya seperti Mac, iPad, hingga Apple Watch. 

    “Jika Anda melihat AS, lebih dari separuh penjualan iPhone di AS berasal dari India,” kata Cook, dikutip dari CNBC pada Jumat, 2 Mei. “Jika Anda melihat produk lain, Mac dan iPad serta AirPods dan Watch, hampir semua negara asal adalah Vietnam.” 

    Untuk saat ini, Apple berhasil terhindar dari penetapan tarif impor China yang sangat tinggi. Pasalnya, AS mengecualikan tarif dagang untuk ponsel pintar, komputer, dan teknologi lainnya yang lebih banyak dikembangkan di China dibandingkan AS. 

    Meski mengaku tidak khawatir, peralihan impor dari Vietnam dan India menunjukkan bahwa Apple telah mempersiapkan kondisi terburuk. Mereka berusaha menghindari perang dagang antara China dan AS. 

    Setidaknya, penjelasan Cook mengenai pengambilan produk utama dari India dan Vietnam sedikit menenangkan para investor. Komentar ini juga dibuat untuk menunjukkan bahwa Apple berhasil mengatasi keadaan genting tersebut.

  • Perilisan Apple Intelligence Bakal Mundur dari Perkiraan

    Perilisan Apple Intelligence Bakal Mundur dari Perkiraan

    Perilisan Apple Intelligence Bakal Mundur dari Perkiraan

  • Apple Raup Rp 1.496 Triliun di Q2 2025, iPhone Jadi Penopang

    Apple Raup Rp 1.496 Triliun di Q2 2025, iPhone Jadi Penopang

    Jakarta

    Apple baru saja mengumumkan laporan keuangan untuk kuartal kedua tahun fiskal 2025 (Januari-Maret 2025), mencatatkan pendapatan sebesar USD 95,4 miliar atau sekitar Rp 1.496 triliun (dengan kurs Rp 15.680 per dolar AS). Angka ini naik 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melampaui ekspektasi perusahaan.

    CEO Apple, Tim Cook, dan CFO, Kevan Parekh, memaparkan kinerja kuat di berbagai lini produk dan layanan, meskipun menghadapi tantangan seperti tarif perdagangan dan fluktuasi nilai tukar. “Hari ini, Apple melaporkan hasil kuartalan yang kuat, termasuk pertumbuhan dua digit di sektor Layanan,” ungkap Cook, CEO Apple.

    “Kami senang bisa menyambut iPhone 16e ke dalam rangkaian produk, dan memperkenalkan Mac serta iPad terbaru yang memanfaatkan kapabilitas Apple silicon yang luar biasa. Dan kami dengan bangga mengumumkan bahwa kami telah mengurangi emisi karbon hingga 60 persen selama satu dekade terakhir.” lanjutnya.

    Kinerja Keuangan dan Sorotan Utama

    Pendapatan Apple sebesar USS95,4 miliar didorong oleh pertumbuhan produk seperti iPhone, iPad, dan Mac, serta rekor pendapatan tertinggi dari segmen layanan (Services). Laba per saham (EPS) mencapai USS1,65, naik 8% dari tahun sebelumnya, mencetak rekor baru untuk kuartal Maret. Berikut adalah rincian kinerja per kategori:

    iPhone: Pendapatan USD46,8 miliar (sekitar Rp 733 triliun), naik 2% dari tahun lalu, didorong oleh peluncuran iPhone 16e yang ditenagai chip A18 dan modem C1 hemat energi. iPhone 16 dan 16 Pro juga mendapat sambutan positif berkat fitur Camera Control dan Visual Intelligence berbasis Apple Intelligence.Mac: Pendapatan USD7,9 miliar (sekitar Rp 124 triliun), tumbuh 7%, didukung oleh MacBook Air dengan chip M4 dan Mac Studio dengan M4 Max serta M3 Ultra, yang disebut sebagai “AI powerhouse”.iPad: Pendapatan USD6,4 miliar (sekitar Rp 100 triliun), melonjak 15%, terutama berkat iPad Air dengan chip M3 dan fitur Apple Intelligence seperti Clean Up Tool dan Image Wand.Wearables, Home, and Accessories: Pendapatan USD7,5 miliar (sekitar Rp 117 triliun), turun 5% karena perbandingan sulit dengan peluncuran Apple Vision Pro dan Watch Ultra 2 tahun lalu. Namun, Apple Watch Series 10 dan AirPods 4 dengan noise cancellation tetap diminati.Services: Mencatat rekor pendapatan USD26,6 miliar (sekitar Rp 416 triliun), naik 12%, didorong oleh Apple TV+, Apple Pay, dan App Store. Apple TV+ meraih lebih dari 2.500 nominasi penghargaan dan 560 kemenangan, dengan konten unggulan seperti Severance dan film mendatang F1 yang dibintangi Brad Pitt.
    Inovasi dan Ekspansi Global

    Apple terus berinovasi dengan Apple Intelligence, yang kini tersedia dalam lebih banyak bahasa seperti Prancis, Jerman, Jepang, hingga Inggris lokal untuk Singapura dan India melalui iOS 18.4. Fitur seperti Writing Tools, Genmoji, dan Visual Intelligence meningkatkan pengalaman pengguna di iPhone, iPad, dan Mac. Namun, pengembangan fitur Siri yang lebih personal tertunda karena Apple ingin memastikan kualitas tinggi.

    Secara global, Apple mencatat rekor pendapatan kuartalan di sejumlah negara seperti Inggris, Spanyol, Brasil, India, dan Filipina. Perusahaan juga memperluas kehadiran ritel dengan membuka dua toko baru pada kuartal ini dan berencana membuka toko di Uni Emirat Arab serta toko online di Arab Saudi.

    Investasi dan Keberlanjutan

    Apple mengumumkan rencana investasi USD500 miliar (sekitar Rp 7.840 triliun) di Amerika Serikat selama empat tahun ke depan, termasuk pembukaan pabrik server canggih di Texas dan ekspansi fasilitas di sembilan negara bagian. Perusahaan juga akan mengambil lebih dari 19 miliar chip dari 12 negara bagian AS pada 2025, termasuk jutaan chip canggih dari Arizona.

    Dari sisi keberlanjutan, Apple berhasil memangkas emisi karbon sebesar 60% sejak 2015 dan menggunakan lebih banyak energi terbarukan serta material daur ulang. Apple menargetkan netralitas karbon di seluruh rantai pasok dan siklus hidup produk pada 2030.

    Dampak Tarif

    Tarif perdagangan global memberikan dampak terbatas pada kuartal Maret berkat optimalisasi rantai pasok. Namun, untuk kuartal Juni, Apple memperkirakan tambahan biaya USD900 juta akibat tarif, terutama dari tarif IEEPA 20% untuk produk asal China yang diimpor ke AS. Apple mengalihkan produksi iPhone untuk pasar AS ke India dan Vietnam, dengan mayoritas iPhone yang dijual di AS pada kuartal Juni berasal dari India.

    Apple memproyeksikan pertumbuhan pendapatan kuartal Juni di kisaran satu digit rendah hingga menengah, dengan margin kotor antara 45,5% dan 46,5%. Biaya operasional diperkirakan mencapai US$15,3 miliar hingga US$15,5 miliar, dengan tingkat pajak sekitar 16%.

    Pembagian Deviden

    Apple tetap berkomitmen mengembalikan nilai kepada pemegang saham. Pada kuartal ini, perusahaan mengembalikan USD29 miliar, termasuk USD3,8 miliar dalam dividen dan US$25 miliar melalui pembelian kembali 108 juta saham. Dewan direksi mengesahkan tambahan program pembelian kembali saham senilai US$100 miliar dan menaikkan dividen sebesar 4% menjadi US$0,26 per saham, yang akan dibayarkan pada 15 Mei 2025.

    “Performa bisnis kuartal Maret kami mendorong pertumbuhan EPS sebesar 8 persen dan 24 miliar dolar AS dalam arus keuangan operasional, memungkinkan kami untuk mengembalikan 29 miliar dolar AS kepada para pemegang saham,” ujar Kevan Parekh.

    “Dan berkat loyalitas serta kepuasan pelanggan yang tinggi, basis perangkat aktif yang kami pasang, sekali lagi mencapai titik tertinggi sepanjang masa di seluruh kategori produk dan segmen geografis.” imbuhnya.

    Meskipun menghadapi ketidakpastian akibat tarif dan investigasi perdagangan seperti Section 232, Apple optimistis dengan kemampuan inovasinya. Tim Cook menegaskan fokus perusahaan pada pengembangan produk dan layanan terbaik, termasuk pengumuman menarik yang akan diungkap pada Worldwide Developers Conference (WWDC) mendatang.

    Dengan basis perangkat aktif yang mencapai rekor tertinggi dan kepuasan pelanggan di atas 95% di AS, Apple terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin teknologi global. Kinerja kuartal ini menunjukkan ketahanan Apple di tengah dinamika pasar, dengan iPhone dan layanan sebagai pendorong utama pertumbuhan.

    (afr/afr)

  • CEO Apple Blak-blakan Lagi Susah Gara-gara Teror Tarif Trump

    CEO Apple Blak-blakan Lagi Susah Gara-gara Teror Tarif Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang dagang presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat Apple rugi besar. Pembuat iPhone mengumumkan memangkas program pembelian saham kembali hingga US$10 miliar atau sekitar Rp 164,3 triliun.

    CEO Tim Cook juga mengatakan bisa ada tambahan pengeluaran US$900 juta (Rp 14.7 triliun) pada kuartal selanjutnya. Rencana ini dibuat jika tidak ada perubahan apapun pada kebijakan AS.

    “Dengan asumsi tarif global sekarang, kebijakan, dan aplikasi tidak berubah untuk saldo kuartal ini, dan tidak ada tarif baru, kami memperkirakan dampaknya menambah pengeluaran US$900 juta,” jelas Cook dikutip dari Reuters, Jumat (2/5/2025).

    Selain itu, Apple berencana mengeluarkan US$500 miliar. Uang itu digunakan untuk mengembangkan perusahaan di AS seperti membangun server dan pabrik chip dengan mitra manufakturnya.

    Analis menilai langkah Apple sebagai ketidakyakinan atas nasib perusahaan di masa depan. Cara ini dinilai sebagai upaya Tim Cook punya cadangan dana saat masa sulit.

    “Kami mengharapkan lebih banyak pembelian kembali. Mengetahui perusahaan, indikasinya Tim Cook menyimpan uang tunai untuk masa sulit,” kata analis senior Investing.com, Thomas Monteiro.

    Meski begitu, Cook menyebut perang dagang belum menjadi masalah untuk perusahaan. Menurutnya masyarakat belum menyimpan produk keluaran Apple.

    Apple tak menutup akses pabrikan China pada produknya. Cook mengatakan sebagian besar produknya di luar AS masih berasal dari sana.

    Namun sebagian besar iPhone yang dijual di AS berasal dari India. Sementara kebanyakan iPad, Mac dan Apple Watches dari Vietnam.

    (fab/fab)

  • Harga iPhone Bakal Naik Karena Tarif? Ini Kata CEO Apple

    Harga iPhone Bakal Naik Karena Tarif? Ini Kata CEO Apple

    Jakarta

    CEO Apple Tim Cook akhirnya berkomentar soal dampak tarif impor baru yang dikenakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dialami perusahaannya. Ia juga merespons pertanyaan publik tentang kemungkinan harga iPhone naik karena tarif.

    Untuk kuartal saat ini yang berakhir pada bulan Juni, Apple memprediksi akan mengeluarkan biaya tambahan sebesar USD 900 juta untuk tarif tersebut. Saat ini, Apple akan menanggung biaya tersebut daripada membebankannya ke konsumen.

    Meski begitu, Cook tidak menutup kemungkinan harga iPhone dan produk Apple lainnya akan naik di masa depan.

    “Tentu saja kami sangat terlibat dalam diskusi tentang tarif. Kami percaya pada keterlibatan dan akan terus terlibat,” kata Cook, seperti dikutip dari 9to5Mac, Jumat (2/5/2025).

    “Mengenai harga, kami tidak ada informasi yang dapat diumumkan saat ini. Saya hanya akan mengatakan bahwa tim operasional telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam mengoptimalkan rantai pasokan inventaris, dan kami tentu akan terus melakukan hal-hal tersebut sejauh yang kami bisa,” sambungnya.

    Cook mengatakan sebagian besar produk Apple saat ini tidak dikenakan tarif resiprokal Trump. Tapi pria berkacamata ini mengaku ia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi setelah bulan Juni.

    “Saya tidak ingin memprediksi masa depan karena saya tidak yakin tentang apa yang akan terjadi dengan tarif,” kata Cook.

    Apple terus melakukan diversifikasi manufaktur dengan memindahkan sebagian produksi dari China. Dalam wawancara dengan CNBC, Cook mengatakan lebih dari setengah iPhone yang dijual di AS datang dari India, dan sebagian besar produk lainnya seperti iPad dan Watch datang dari Vietnam.

    Cook menambahkan iPhone menggunakan banyak chip buatan dalam negeri. Tahun ini saja Apple membeli 19 miliar chip buatan AS.

    “Untuk iPhone, Anda benar-benar harus melihat ke bawah dan melihat bagian-bagian individual dan asal-usulnya,” ucap Cook kepada CNBC.

    (vmp/vmp)

  • Jutaan Aplikasi HP Android Tiba-tiba Hilang, Ada Apa?

    Jutaan Aplikasi HP Android Tiba-tiba Hilang, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jutaan aplikasi di Google Play Store tiba-tiba menghilang. Akibatnya jumlah aplikasi Android berkurang hampir setengahnya.

    Berdasarkan analisis terbaru dari Appfigures, sejak awal 2024 hingga saat ini, jumlah aplikasi di Google Play menyusut dari sekitar 3,4 juta menjadi hanya 1,8 juta aplikasi secara global. Artinya, lebih dari 47% aplikasi telah dihapus dari platform Android tersebut.

    Hilangnya aplikasi ini bukan tanpa alasan. Google diketahui tengah melakukan “bersih-bersih” terhadap aplikasi berkualitas rendah, termasuk yang mengandung spam, penipuan, hingga aplikasi yang tak menawarkan fungsi berarti bagi pengguna, demikian dikutip dari laporan TechCrunch, Jumat (2/5/2025).

    Sejak Juli 2024, raksasa teknologi itu memperketat standar kualitas minimum aplikasi, tak lagi hanya memblokir aplikasi rusak, tetapi juga aplikasi dengan fungsi dan konten terbatas.

    Aplikasi-aplikasi yang hanya menampilkan teks, file PDF, atau wallpaper tunggal termasuk yang terdampak kebijakan ini. Begitu juga dengan aplikasi tanpa fungsi jelas atau hasil eksperimen pengembang yang ditinggalkan.

    Google pun mengonfirmasi bahwa kebijakan baru ini menjadi salah satu faktor utama di balik penghapusan jutaan aplikasi.

    Langkah ini juga diperkuat dengan syarat verifikasi yang lebih ketat untuk akun pengembang baru, pengujian aplikasi yang lebih intensif, serta peningkatan peran peninjau manusia untuk mendeteksi aplikasi yang berpotensi menipu atau membahayakan pengguna.

    Selain itu, Google menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi ancaman, memperkuat kebijakan privasi, serta memperbarui alat bantu pengembang.

    Hasilnya, sepanjang 2024, perusahaan berhasil mencegah 2,36 juta aplikasi yang melanggar kebijakan agar tidak dipublikasikan, dan menangguhkan lebih dari 158 ribu akun pengembang yang mencoba menyebarkan aplikasi berbahaya.

    Namun, satu hal yang tidak disebutkan Google adalah aturan baru dari Uni Eropa terkait status pedagang.

    Mulai Februari lalu, pengembang diwajibkan mencantumkan nama dan alamat di halaman aplikasi. Pengembang yang tidak memenuhi ketentuan tersebut akan kehilangan akses ke pasar aplikasi di wilayah Eropa. Menariknya, Apple yang menerapkan kebijakan serupa tidak mengalami penurunan jumlah aplikasi.

    Appfigures juga mencatat bahwa penurunan jumlah aplikasi di Google Play sudah terlihat bahkan sebelum pembersihan resmi dimulai pertengahan tahun lalu.

    Meski begitu, pada sisi lain, perilisan aplikasi baru tercatat naik 7,1% secara tahunan per April 2025, dengan lebih dari 10.400 aplikasi baru telah diluncurkan.

    (fab/fab)

  • Sebagian Besar iPhone yang Dijual di AS Akan Berasal dari India

    Sebagian Besar iPhone yang Dijual di AS Akan Berasal dari India

    Jakarta

    Pada hari Kamis (01/04), CEO Apple, Tim Cook mengatakan bahwa India akan memainkan peran utama dalam pembuatan iPhone untuk pasar AS.

    “Mayoritas iPhone yang dijual di AS akan berasal dari India,” kata Cook saat mengumumkan hasil kuartalan terbaru perusahaan berlogo buah apel tersebut.

    Sementara itu, Cook menambahkan bahwa Vietnam akan menjadi negara asal untuk hampir semua produk Apple lainnya yang dijual di Amerika Serikat, seperti iPad, Mac, Apple Watch, dan AirPods.

    Pernyataan tersebut muncul setelah raksasa teknologi tersebut mengkaji cara untuk mengurangi dampak serangan tarif Presiden AS, Donald Trump, terhadap rantai pasokan produk Apple serta penjualan dan margin laba.

    Tarif Trump menyulitkan situasi Apple

    Selama bertahun-tahun, Apple mengandalkan pabrik-pabrik di Cina untuk produksi iPhone-nya.

    Namun, bea masuk fantastis yang diberlakukan Trump atas impor ke AS, terutama pertukaran tarif dengan Cina, menempatkan perusahaan itu dalam posisi sulit.

    Trump sejak saat itu telah memberikan penangguhan sementara untuk produk-produk teknologi, termasuk smartphone dan bahan semikonduktor, tetapi Washington telah mengisyaratkan bahwa beberapa pungutan atas tarif tersebut dapat diberlakukan segera dalam beberapa minggu mendatang.

    “Kami tidak dapat memperkirakan dampak tarif ini secara tepat, karena kami tidak yakin dengan tindakan potensial di masa mendatang sebelum akhir kuartal,” kata Cook. “Dengan asumsi tarif global saat ini, bila kebijakan dan penerapannya tidak berubah selama sisa kuartal ini dan tidak ada tarif baru yang ditambahkan, kami memperkirakan dampaknya akan menambah biaya kami sebesar $900 juta (Rp14,58 triliun).”

    Meskipun beralih ke India, Cina tetap menjadi ‘kunci’ Apple

    Ancaman tarif tersebut telah memaksa Apple untuk memikirkan kembali strategi perusahaannya.

    Sebelumnya, Apple telah meningkatkan produksi iPhone di India dalam beberapa bulan terakhir, dengan perkiraan 20% produksi iPhone saat ini dibuat di negara Asia Selatan tersebut.

    Meskipun strategi perusahaan yang terbaru akan mengalihkan sebagian produksi iPhone ke India, sebagian besar iPhone akan masih terus diproduksi di Cina. Cook menegaskan pada hari Kamis (01/04) bahwa Cina akan terus menjadi tempat sebagian besar produk Apple dibuat untuk dijual di luar Amerika Serikat.

    Namun, penjualan Apple di Cina turun 2,3% menjadi $16 miliar, atau Rp265,94 triliun, pada kuartal Maret.

    Perusahaan tersebut menghadapi persaingan ketat di pasar Cina, di mana produsen dalam negeri, seperti Huawei, Xiaomi, dan Oppo telah mendapatkan pangsa pasar lokal.

    Apple juga disebut terlambat dalam meluncurkan fitur kecerdasan buatan.

    Laba dan pendapatan keseluruhan tetap naik

    Meskipun demikian, kawasan lain, termasuk Amerika, Eropa, dan negara Asia lainnya mengalami peningkatan penjualan.

    Secara keseluruhan, laba Apple untuk periode Januari hingga Maret 2025 mencapai $24,78 miliar, naik 4,8% dari $23,64 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan naik 5,1% menjadi $95,36 miliar di tengah permintaan iPhone yang terus tinggi.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Pratama Indra

    Editor: Yuniman Farid


    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • CEO Apple Andalkan Vietnam Pasok Gadget untuk Pasar AS

    CEO Apple Andalkan Vietnam Pasok Gadget untuk Pasar AS

    San Francisco

    Apple memastikan iPhone dan gadget lain yang dijual di Amerika Serikat, tidak lagi diproduksi di China. Ini karena China dikenai tarif impor yang sangat besar oleh pemerintahan Donald Trump. Meski ada pengecualian untuk produk elektronik, situasi masih bisa terus berubah di masa depan.

    India dan negara tetangga Indonesia yaitu Vietnam, menjadi alternatif China. Mayoritas iPhone yang dijual di AS pada bulan-bulan mendatang akan dibuat di India. Adapun Vietnam akan menjadi pusat produksi gadget Apple yang lain.

    “Kami memperkirakan bahwa mayoritas iPhone yang dijual di AS negara asalnya adalah dari India,” cetus CEO Apple, Tim Cook. Ia lalu menambahkan bahwa Vietnam akan menjadi pusat manufaktur untuk hampir semua iPad, komputer Mac, Apple Watch dan AirPod yang dipasarkan di Negeri Paman Sam.

    Adapun China akan tetap menjadi pusat produksi gadget Apple untuk pasar di luar AS. Pengamat menilai peralihan produksi iPhone dari China ke India membuktikan Apple semakin matang dalam hal rantai suplai.

    “Ini merupakan perubahan dari apa yang dikatakan Tim Cook beberapa tahun silam ketika dia mengatakan bahwa hanya China yang bisa membuat iPhone,” cetus Patrick Moorhead, pengamat dari Moor Insight & Strategy.

    “Masih banyak hal yang harus ditunjukkan Apple, namun hal ini adalah awal yang baik,” tambahnya seperti dikutip detikINET dari BBC.

    Untuk saat ini, gejolak perdagangan ataupun tarif belum memengaruhi penjualan Apple. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu mengatakan pendapatan untuk tiga bulan pertama tahun 2025 ini naik 5% dari periode yang sama tahun lalu, menjadi USD 95,4 miliar.

    (fyk/rns)