brand merek: Adidas

  • Bantah Industri Tekstil Masuk Usia Senja, Luhut Beberkan Buktinya!

    Bantah Industri Tekstil Masuk Usia Senja, Luhut Beberkan Buktinya!

    Jakarta

    Industri tekstil dan alas kaki di Indonesia terus menjadi sorotan belakang ini. Kabar penutupan pabrik hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) mewarnai perjalanan industri tekstil di Indonesia. Banyak pihak yang bilang industri ini sudah hampir berada di masa senjakala atau sunset industry.

    Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membantah keras anggapan tersebut. Menurutnya, di tengah tantangan ekonomi global, industri tekstil tetap memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Banyak yang pesimis terhadap industri ini, menganggapnya sebagai industri sunset. Namun, kami di DEN melihatnya sebagai sektor strategis,” tutur Luhut dalam keterangannya, Kamis (27/2/2025).

    Dia pun buka-bukaan buktinya. Sejauh ini sektor industri tekstil telah menyerap 4 juta tenaga kerja. Industri tekstil juga bisa menjadi pendukung sektor usaha kecil dan mikro.

    “Industri ini menyerap hampir 4 juta tenaga kerja, dengan pakaian jadi menyerap 2,9 juta di antaranya. Industri ini juga berperan penting dalam mendukung sektor usaha kecil dan mikro, terutama makanan dan minuman,” papar Luhut.

    Dalam satu tahun terakhir, ungkap Luhut, Indonesia juga telah menjadi target relokasi industri tekstil dan alas kaki, didorong oleh perubahan global seperti perang dagang antara AS dan Tiongkok serta kejenuhan industri di Vietnam.

    Hal ini tercermin dari meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asal luar negeri ke sektor TPT, yang pada 2024 mencapai US$ 903 juta. Angka itu naik hingga 107% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk sektor ini mencapai Rp 7 triliun.

    “Investasi ini menunjukkan dampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hasil kajian DEN mengungkapkan bahwa investasi sebesar US$ 20-30 juta di pabrik pakaian jadi dapat menyerap hingga 9.000 tenaga kerja,” sebut Luhut.

    Potensi Tambahan Pesanan

    Luhut juga buka-bukaan dalam pertemuan DEN dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perwakilan global apparel seperti Adidas dan Nike beberapa waktu lalu, terungkap salah satu merek global akan meningkatkan pesanannya di Indonesia hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan. Hal ini berpotensi menciptakan tambahan 100 ribu lapangan kerja.

    Meski demikian, Luhut mengakui masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi investor di sektor ini, seperti masalah pembebasan lahan, perizinan AMDAL, dan kebijakan upah. Namun, Luhut optimistis bahwa dengan koordinasi yang baik, kendala-kendala tersebut dapat diselesaikan.

    Selain fokus pada industri tekstil dan alas kaki, DEN juga tengah menjajaki peluang Indonesia dalam rantai pasok global industri semikonduktor.

    Salah satu inisiatif yang tengah dikembangkan adalah kerja sama dengan perusahaan semikonduktor asal Singapura, yang mencakup program pelatihan bagi 50-100 tenaga kerja Indonesia di bidang desain chip, perakitan, dan pengemasan semikonduktor.

    “Di tengah situasi global yang tidak menentu, kita tidak boleh pesimis. Indonesia memiliki peluang besar yang bisa dimanfaatkan, asalkan kita bersatu dan bekerja sama untuk mewujudkan potensi tersebut,” pungkas Luhut.

    (kil/kil)

  • Apa Benar Industri TPT dan Alas Kaki Sunset? Luhut Bongkar Faktanya

    Apa Benar Industri TPT dan Alas Kaki Sunset? Luhut Bongkar Faktanya

    Jakarta, Beritasatu.com – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki tetap menjadi sektor strategis bagi ketahanan ekonomi dan sosial Indonesia. Di tengah tantangan global serta isu pemutusan hubungan kerja (PHK), sektor ini justru memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, meskipun banyak pihak pesimis dan menganggap industri TPT sebagai industri sunset atau tenggelam, kenyataannya sektor ini masih menyerap hampir 4 juta tenaga kerja. Dari jumlah tersebut, industri pakaian jadi menyerap sekitar 2,9 juta pekerja.

    “Industri ini juga mendukung sektor usaha kecil dan mikro, terutama di bidang makanan dan minuman,” ujar Luhut, Rabu (26/2/2025).

    Luhut mengungkapkan, dalam satu tahun terakhir, Indonesia menjadi target relokasi industri tekstil dan alas kaki, didorong oleh dinamika global seperti perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok serta kejenuhan industri di Vietnam. Hal ini tercermin dari meningkatnya foreign direct investment (FDI) ke sektor TPT yang mencapai US$ 903 juta pada 2024, atau naik 107% dibandingkan tahun sebelumnya.

    Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) untuk sektor ini mencapai Rp 7 triliun. Investasi ini berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan kajian DEN, investasi sebesar US$ 20-30 juta di pabrik pakaian jadi dapat menyerap hingga 9.000 tenaga kerja.

    Dalam pertemuan DEN dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perwakilan global apparel seperti Adidas dan Nike, terungkap bahwa salah satu merek global berencana meningkatkan pesanan dari Indonesia hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan. Langkah ini berpotensi menciptakan tambahan 100.000 lapangan kerja.

    Meski demikian, Luhut mengakui sektor ini masih menghadapi tantangan, seperti pembebasan lahan, perizinan Amdal, dan kebijakan upah. Namun, ia optimistis kendala tersebut dapat diatasi dengan koordinasi yang baik. Selain itu, perlindungan pasar dalam negeri dari impor ilegal juga menjadi perhatian utama.

    “Kapasitas produksi berlebih di Tiongkok akibat tarif Amerika Serikat telah mendorong mereka mengalihkan ekspor ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini perlu diwaspadai. Namun, impor bahan baku untuk produksi juga tidak boleh terhambat,” tegas Luhut.

    Selain industri TPT dan alas kaki, Luhut mengungkapkan DEN juga menjajaki peluang Indonesia dalam rantai pasok global industri semikonduktor.

  • Luhut Turun Gunung Selamatkan Industri Tekstil-Alas Kaki RI

    Luhut Turun Gunung Selamatkan Industri Tekstil-Alas Kaki RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa industri tekstil, produk tekstil (TPT) dan alas kaki tetap menjadi sektor strategis bagi ketahanan ekonomi dan sosial Indonesia. Di tengah tantangan global dan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK), sektor ini justru memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Banyak yang pesimis terhadap industri ini, menganggapnya sebagai industri sunset. Namun, kami di DEN melihatnya sebagai sektor strategis yang menyerap hampir 4 juta tenaga kerja, dengan pakaian jadi menyerap 2,9 juta di antaranya. Industri ini juga berperan penting dalam mendukung sektor usaha kecil dan mikro, terutama makanan dan minuman,” ujar Luhut dalam forum Retreat Kepala Daerah yang berlangsung di Magelang, Rabu (26/2/2025).

    Dalam satu tahun terakhir, ungkap Luhut, Indonesia telah menjadi target relokasi industri tekstil dan alas kaki, didorong oleh perubahan global seperti perang dagang antara AS dan Tiongkok serta kejenuhan industri di Vietnam.

    Hal ini tercermin dari meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) ke sektor TPT, yang pada 2024 mencapai US$ 903 juta-naik 107% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk sektor ini mencapai Rp 7 triliun.

    Investasi ini menunjukkan dampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hasil kajian DEN mengungkapkan bahwa investasi sebesar US$ 20-30 juta di pabrik pakaian jadi dapat menyerap hingga 9.000 tenaga kerja.

    Selain itu, dalam pertemuan DEN dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perwakilan global apparel seperti Adidas dan Nike beberapa waktu Lalu, terungkap bahwa salah satu merek global akan meningkatkan ordernya di Indonesia hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan, yang berpotensi menciptakan tambahan 100.000 lapangan kerja.

    Foto: Sejumlah pekerja menyelesaikan kaos pesanan di konveksi Sinergi Adv kawasan Serengseng Sawah, Jakarta, Kamis, (4/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
    Sejumlah pekerja menyelesaikan kaos pesanan di konveksi Sinergi Adv kawasan Serengseng Sawah, Jakarta, Kamis, (4/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

    Meski demikian, Luhut mengakui bahwa masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi investor di sektor ini, seperti masalah pembebasan lahan, perizinan amdal, dan kebijakan upah. Namun, ia optimistis bahwa dengan koordinasi yang baik, kendala-kendala tersebut dapat diselesaikan. Di sisi lain, perlindungan pasar dalam negeri dari impor ilegal juga menjadi perhatian utama.

    “Kapasitas produksi berlebih di Tiongkok akibat tarif AS telah mendorong mereka mengalihkan ekspor ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini perlu diwaspadai. Namun, jangan sampai kemudian impor bahan baku atau material yang dipakai untuk produksi juga malah ikut terhambat,” tegas Luhut.

    Selain fokus pada industri tekstil dan alas kaki, DEN juga tengah menjajaki peluang Indonesia dalam rantai pasok global industri semikonduktor. Salah satu inisiatif yang tengah dikembangkan adalah kerja sama dengan perusahaan semikonduktor asal Singapura, yang mencakup program pelatihan bagi 50-100 tenaga kerja Indonesia di bidang desain chip, perakitan, dan pengemasan semikonduktor.

    “Di tengah situasi global yang tidak menentu, kita tidak boleh pesimis. Indonesia memiliki peluang besar yang bisa dimanfaatkan, asalkan kita bersatu dan bekerja sama untuk mewujudkan potensi tersebut,” pungkas Luhut.

    (wur/wur)

  • 10 Rekomendasi Sepatu Golf Terbaik dan Harganya

    10 Rekomendasi Sepatu Golf Terbaik dan Harganya

    1. Hazely Sepatu Golf Marva

    Hazely Sepatu Golf Marva merupakan pilihan tepat bagi Anda yang mencari sepatu golf dengan harga terjangkau namun tetap memiliki kualitas baik. Sepatu ini dibanderol dengan harga sekitar Rp300 ribu, yang membuatnya sangat ramah di kantong. 

    Dengan desain sporty yang menggabungkan warna putih dan orange, sepatu ini menggunakan bahan kulit yang ringan namun kuat. Selain itu, bahan ini juga memiliki sirkulasi udara yang baik, yang memastikan kaki tetap kering dan nyaman selama permainan. 

    Keunggulan lainnya adalah sepatu ini waterproof, sehingga aman digunakan meskipun lapangan sedang basah. Midsole-nya empuk, dan solnya anti selip dengan desain yang bergelombang untuk meningkatkan cengkeraman di lapangan.

    2. Adidas S2G Spikeless Golf Mens

    Adidas S2G Spikeless Golf Mens adalah pilihan premium bagi mereka yang mencari sepatu golf berkualitas tinggi dengan desain elegan. Dibanderol dengan harga sekitar Rp2 juta, sepatu ini menggunakan bahan daur ulang yang ramah lingkungan, serta fitur waterproof untuk melindungi kaki dari air hujan atau percikan air.

    Sepatu ini memiliki desain spikeless, yang membuatnya tampil lebih mewah dan mudah dipadupadankan dengan berbagai outfit. Midsole-nya sangat empuk dan memberikan bantalan yang maksimal, ditambah dengan tali BOA yang memudahkan penyesuaian sepatu dengan kaki Anda. Sol sepatu yang bergerigi memberikan fleksibilitas dan cengkeraman yang baik di berbagai medan.

    3. Nike Air Zoom Infinity Tour

    Nike, sebagai salah satu merek sepatu olahraga terkemuka di dunia, tidak ketinggalan dalam merilis sepatu golf yang mengedepankan performa dan kenyamanan. Nike Air Zoom Infinity Tour adalah pilihan tepat bagi para pemain golf yang menginginkan sepatu dengan bobot ringan namun tetap stabil.

    Menggunakan bahan tekstil berkualitas tinggi, sepatu ini memiliki sol karet yang memberikan cengkeraman yang baik di lapangan. Teknologi Zoom Air di bagian depan sepatu meningkatkan kontrol saat berayun. 

    Desainnya yang breathable menjaga kaki tetap kering dan nyaman sepanjang permainan. Dengan harga sekitar Rp1,8 juta, sepatu ini memberikan kombinasi kenyamanan dan performa tinggi.

    Puma menghadirkan sepatu golf GS One 19540504 dengan desain stylish dan bahan yang nyaman. Sepatu ini terbuat dari kulit sintetis berkualitas dengan lapisan dalam EVA foam yang memberikan kenyamanan ekstra selama pemakaian. 

    Solnya yang stabil cocok untuk pemain yang ingin memastikan kaki tetap aman dan nyaman saat berjalan di lapangan. Sepatu ini hadir dalam tiga warna yaitu hitam, putih, dan merah, memberikan banyak pilihan untuk berbagai selera. Dengan harga sekitar Rp1,6 juta, Puma GS One menawarkan kualitas dan kenyamanan tanpa mengorbankan penampilan.

    5. Under Armour Hovr Fade 2 Golf

    Under Armour Hovr Fade 2 Golf adalah sepatu golf yang dirancang dengan material mikrofiber yang breathable, memungkinkan kaki tetap kering meskipun bermain di lapangan basah. Sol sepatu menggunakan Champ Zarma Tour spikes yang dapat mengurangi risiko tergelincir saat melakukan ayunan. 

    Desainnya trendy dan nyaman, cocok digunakan oleh pemula maupun profesional. Sepatu ini dibanderol dengan harga sekitar Rp2 juta, memberikan kualitas dan kenyamanan optimal di lapangan.

    FootJoy Flex adalah pilihan sempurna bagi mereka yang menginginkan sepatu golf yang nyaman namun tetap stylish. Dengan bahan yang ringan dan breathable, sepatu ini dapat digunakan dalam waktu lama tanpa membuat kaki terasa pegal. 

    Desainnya yang simpel dan elegan membuat sepatu ini cocok digunakan baik di lapangan golf maupun untuk aktivitas kasual di luar lapangan. Harga sepasang sepatu ini sekitar Rp1,5 juta, menjadikannya pilihan yang terjangkau dengan kualitas tinggi.

    Decathlon INESIS menawarkan sepatu golf dengan kombinasi bahan yang ringan namun tetap kokoh, seperti karet, EVA, dan TPU pada solnya. Sepatu ini sangat nyaman digunakan dalam waktu lama, memberikan kenyamanan maksimal pada kaki.

    Dengan harga sekitar Rp1,5 juta, sepatu ini sangat terjangkau dan cocok bagi Anda yang mencari sepatu golf dengan performa baik tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

    8. Hazely Riley 2.0 Series

    Hazely Riley 2.0 Series adalah sepatu golf lokal yang menggunakan bahan kulit asli yang kuat dan ringan. Dengan fitur waterproof, sepatu ini sangat cocok digunakan di lapangan yang sering terkena hujan atau memiliki banyak debu.

    Desainnya yang simpel namun elegan membuatnya cocok untuk digunakan oleh pria maupun wanita. Sepatu ini tersedia dengan harga mulai Rp699 ribu, menawarkan nilai yang sangat baik untuk harganya.

    FootJoy Tour Alpha adalah sepatu golf premium dengan sistem stabilitas yang sangat baik. Dengan Optimized Performance Stabilizer system, sepatu ini dapat memberikan kestabilan maksimal saat Anda melakukan ayunan. 

    Bahan chromoskin leather yang digunakan sangat tahan lama dan waterproof, menjaga kaki tetap kering bahkan dalam cuaca buruk. Dengan harga sekitar Rp3,5 juta, sepatu ini adalah pilihan terbaik bagi pemain golf yang serius menginginkan performa maksimal.

    10. Skechers Arch Fit GO GOLF Max 2

    Skechers Arch Fit GO GOLF Max 2 adalah sepatu golf yang didesain khusus untuk memberikan kenyamanan maksimal dengan teknologi Arch Fit yang membantu sepatu lebih pas di kaki. Solnya yang bisa dilepas memungkinkan Anda menyesuaikan sepatu dengan bentuk kaki, serta memberikan kenyamanan dan stabilitas ekstra. 

    Sepatu ini hadir dengan garansi waterproof protection selama satu tahun, dan dibanderol dengan harga mulai Rp1,5 juta, menjadikannya pilihan tepat untuk Anda yang mencari kenyamanan di setiap langkah.

    Dengan berbagai pilihan sepatu golf terbaik yang telah disebutkan di atas, Anda dapat menyesuaikan pilihan sepatu dengan kebutuhan dan anggaran Anda. Jangan lupa untuk mempertimbangkan kenyamanan dan kestabilan saat memilih sepatu, karena ini akan berdampak langsung pada performa Anda di lapangan.

  • 10 Rekomendasi Topi Golf Terbaik 2025

    10 Rekomendasi Topi Golf Terbaik 2025

    Berikut ini adalah 10 rekomendasi topi golf terbaik yang dapat menjadi referensi Anda dalam memilih perlengkapan penunjang untuk bermain golf:

    Topi Puma Love Golf Cap dikenal dengan desain sporty dan motif menarik di bagian depan, yakni ilustrasi tongkat golf dan birdie yang menjadi simbol favorit para golfer. Terbuat dari 100 persen poliester, topi ini dirancang untuk kenyamanan optimal dengan kemampuan menyerap kelembapan, sehingga kepala tetap kering meskipun permainan berlangsung lama. Cocok untuk mereka yang ingin tampil gaya sekaligus nyaman di lapangan.

    2. Adidas Hydrophobic Tour Hat

    Topi ini menjadi pilihan tepat untuk menghadapi cuaca yang tak menentu. Adidas Hydrophobic Tour Hat terbuat dari 87 persen poliester daur ulang dan 13 persen dobby elastana, menawarkan perlindungan dari hujan ringan karena sifat kainnya yang anti air. Dilengkapi penutup snapback yang dapat disesuaikan, ventilasi di sisi dan bagian belakang, serta kantong penyimpanan tersembunyi di bawah mahkota, topi ini ramah lingkungan dan multifungsi.

    3. Rhoback Good Boy Golf Hat

    Rhoback Good Boy Golf Hat menjadi tren di kalangan pecinta topi tali. Terbuat dari 100 persen poliester berkualitas tinggi, topi ini ringan dan mampu menyerap keringat dengan baik. Desain snapback yang dapat diatur, serta detail tali berwarna biru tua atau putih menambah kesan modern. Logo anjing bersulam di bagian depan menjadi ciri khas yang memberikan sentuhan gaya.

    4. Under Armour – Men’s UA Jordan Spieth Tour Adjustable Hat

    Bagi penggemar Jordan Spieth, topi ini menjadi pilihan sempurna. Under Armour menghadirkan topi ini dengan teknologi ArmourVent untuk sirkulasi udara optimal. Dilengkapi pita penahan keringat Iso-Chill yang memberikan efek sejuk, topi ini juga cepat kering dan fleksibel. Terbuat dari 100 persen poliester, topi ini memiliki desain Classic Fit dengan pelindung mata melengkung untuk tampilan yang pas dan modern.

    5. The Callaway Tour Authentic Performance Pro Hat

    Topi Callaway ini dikenal dengan desain profesional dan profil tinggi. Bahan penyerap kelembapan serta pita penahan keringat yang sejuk menjaga kepala tetap nyaman dan kering. Perlindungan UV 30+ menjadi fitur tambahan untuk melindungi dari paparan sinar matahari. Dengan penutup tali yang dapat disesuaikan, topi ini menjadi pilihan favorit di kalangan pemain golf profesional.

    6. Ping Men’s Boonie Bucket Hat

    Ping Men’s Boonie Bucket Hat dirancang untuk perlindungan maksimal terhadap sinar matahari. Dengan pinggiran lebar dan tali serut yang dapat diatur, topi ini sangat stabil bahkan di cuaca berangin. Terbuat dari campuran poliester dan spandeks, topi ini ringan dan nyaman digunakan seharian. Ventilasi tambahan melalui lubang jala membuat sirkulasi udara lebih baik.

    7. Titleist Tour Performance Golf Hat

    Topi ini menawarkan perlindungan UV UPF 50+ dan pita penahan keringat antimikroba yang mampu mengurangi bau. Penutup gesper elastis memberikan kesesuaian yang pas. Dengan bahan ringan yang mampu menyerap kelembapan, topi ini memberikan kenyamanan sepanjang permainan, sehingga tidak mengherankan jika topi ini kerap terlihat digunakan di lapangan maupun siaran televisi.

    8. Nike Dri Fit Tiger Woods Legacy 91

    Topi dari Nike ini menjadi favorit penggemar Tiger Woods. Dengan teknologi Dri-FIT, topi ini mempercepat penguapan keringat dan menjaga kepala tetap kering. Bahan kain melar dengan ventilasi di bagian samping dan belakang memastikan sirkulasi udara yang baik. Logo Tiger Woods menambahkan nilai estetika bagi para pemakainya.

    9. Vimhue X-Boyfriend Hat

    Dirancang khusus untuk wanita, Vimhue X-Boyfriend Hat memiliki bagian belakang yang unik untuk penataan rambut yang fleksibel. Bahan satin yang lembut serta perlindungan UV UPF 50+ menjadi nilai tambah. Panel yang meruncing di bagian atas telinga serta tali pengikat velcro memastikan kenyamanan sekaligus tampilan modis.

    10. TravisMathew Presidential Suite Snapback Hat

    Terinspirasi dari film klasik Caddyshack, topi ini menawarkan gaya kasual dengan desain snapback berbahan jala untuk ventilasi optimal. Patch logo Bushwood Champion memberikan sentuhan prestisius. Campuran poliester dan katun memastikan kenyamanan, menjadikan topi ini cocok untuk melengkapi gaya sporty Anda.

  • Adidas Tiba-Tiba Umumkan Bakal PHK 500 Karyawan, Mengapa?

    Adidas Tiba-Tiba Umumkan Bakal PHK 500 Karyawan, Mengapa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen pakaian olahraga terbesar kedua di dunia, Adidas, berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap para pekerjanya di kantor pusat Herzogenaurach, Jerman.

    Reuters dalam laporannya seperti dikutip Selasa (28/1/2025) menyebut, CEO Bjoern Gulden berencana memangkas hingga 500 pekerjanya. Informasi tersebut diperoleh dari seorang sumber yang ikut serta dalam pertemuan di mana angka tersebut diumumkan.

    Adidas tercatat mempekerjakan sekitar 5.800 orang di kota Bavaria. Rencana PHK terhadap karyawan Adidas pertama kali diberitakan oleh majalah Manager Jerman. 

    Kendati begitu, seorang juru bicara Adidas enggan untuk mengonfirmasi jumlah tersebut. Dia mengatakan, struktur perusahaan itu terlalu rumit dalam dunia yang terus berubah.

    Sementara itu, CNBC melaporkan bahwa Adidas akan memutuskan jumlah akhir karyawan yang akan kena PHK usai perusahaan melakukan sejumlah proses lebih lanjut. 

    Karyawan Adidas sendiri mengetahui pemangkasan tersebut pada Rabu pekan lalu, hanya satu hari usai perusahaan mengumumkan laba awal untuk kuartal liburannya dan pertumbuhan penjualan sebesar 19%. 

    Perusahaan tersebut mengharapkan penjualan tumbuh menjadi 5,97 miliar euro, lebih tinggi dari 5,68 miliar euro yang diperkirakan analis sebelum pengumuman, menurut LSEG.

    Alasan Adidas PHK

    Dalam sebuah pernyataan kepada CNBC, seorang juru bicara mengatakan model operasi Adidas saat ini telah menjadi “terlalu rumit” dan pemangkasan tersebut dirancang untuk menyederhanakan operasi.

    “Untuk menyiapkan adidas meraih kesuksesan jangka panjang, kami kini mulai mencermati bagaimana kami menyelaraskan model operasi kami dengan realitas cara kerja kami,” kata juru bicara tersebut.

    Dalam hal ini, juru bicara itu menyebut bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Dewan Pekerja untuk memastikan bahwa setiap perubahan ditangani dengan rasa hormat dan perhatian penuh dari semua karyawan.

    Juru bicara Adidas juga menegaskan, PHK tersebut bukan bagian dari program pemangkasan biaya, tetapi lebih merupakan upaya untuk menyesuaikan bisnisnya dengan perubahan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.

    Adapun, Adidas telah merestrukturisasi bisnisnya dan menutup 2024 dengan catatan tinggi, yakni penjualan dan laba yang lebih tinggi dari perkiraan analis dan perusahaan. 

    Perusahaan ini mengandalkan gaya klasik Samba dan Gazelle untuk mendongkrak penjualan dan juga diuntungkan oleh perlambatan penjualan Nike, pesaing terbesarnya.

  • Adidas Bakal PHK 500 Karyawan Kantor Pusat di Jerman – Page 3

    Adidas Bakal PHK 500 Karyawan Kantor Pusat di Jerman – Page 3

    Meta, perusahaan teknologi raksasa yang menaungi Facebook, Instagram, dan WhatsApp, berencana memangkas atau PHK sekitar 5% dari tenaga kerjanya secara global.

    Langkah ini diambil untuk mempercepat proses pemutusan hubungan kerja (PHK) berbasis kinerja, guna mengantisipasi apa yang disebut CEO Meta, Mark Zuckerberg, sebagai “tahun yang intens.”

    Dalam memo yang dikutip BBC, Rabu (15/1/2025), Zuckerberg menyatakan bahwa PHK ini ditujukan untuk memberhentikan karyawan dengan kinerja kurang memuaskan lebih cepat dari biasanya.

    “Saya ingin memastikan bahwa kami memiliki tim terbaik untuk menghadapi tantangan tahun ini,” ujar Zuckerberg. Ia menambahkan bahwa posisi yang dikosongkan akan diisi kembali pada akhir 2025.

    Meta, yang memiliki sekitar 72.000 karyawan di seluruh dunia, belum merinci bagaimana PHK ini akan diterapkan secara global. Namun, untuk karyawan di Amerika Serikat, keputusan terkait PHK dijadwalkan selesai paling lambat pada 10 Februari 2025.

    PHK berbasis kinerja ini diperkirakan akan memengaruhi sekitar 3.600 karyawan. Zuckerberg mengungkapkan mereka yang terdampak akan menerima pesangon yang signifikan. PHK ini merupakan bagian dari upaya efisiensi yang telah menjadi fokus Meta sejak beberapa tahun terakhir.

    Sebelumnya, Meta melakukan pemangkasan besar-besaran pada 2023, dengan mengurangi sekitar 10.000 posisi. Langkah tersebut menyusul pengurangan 11.000 posisi karyawan pada 2022, sebagai bagian dari strategi efisiensi biaya.

     

  • Produsen Benang Asal AS Tak Terpengaruh Lesunya Bisnis Tekstil di Indonesia – Halaman all

    Produsen Benang Asal AS Tak Terpengaruh Lesunya Bisnis Tekstil di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri tekstil Indonesia saat ini dianggap lesu setelah maraknya pengurangan pegawai seperti yang dialami oleh PT. Alenatex, Bandung, Jawa Barat dan pailitnya Sritex di Solo, Jawa Tengah. 

    Namun, hal itu seakan tak berpengaruh bagi produsen benang, A&E Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat yang sudah berdiri sejak tahun 1891 tersebut bahkan sukses meraih hasil yang positif meskipun baru membuka cabangnya di Indonesia pada tahun 2018.

    Pabrik A&E Indonesia di Sidoarjo, Jawa Timur tersebut diketahui mampu menghasilkan produksi benang 80 ton per hari dengan 200 tenaga kerja. Produk mereka telah dipercaya oleh banyak brand ternama diantaranya Abercrombie & Fitch, GAP, Victoria’s Secret, Jansport, Nike, Adidas dan Hoka.

    “Indonesia adalah pasar yang sudah lama kita nantikan. Kami sudah melakukan banyak kerjasama dan tanam investasi di sini. Kita memang masih baru di Indonesia, namun sudah berhasil meraih pencapaian yang bagus dan tentunya kedepannya bakal lebih baik lagi,” ucap Chris Alt, selaku President of A&E Global LLC dalam pernyataannya, Sabtu(11/1/2025).

    A&E Indonesia diketahui berfokus pada garmen untuk produk ekspor dan sudah bekerjasama dengan baik ke banyak brand ternama dari Amerika serta Eropa. Hal itulah yang membuat mereka berhasil memperoleh raihan positif di tengah kondisi pabrik tekstil yang dinilai sedang layu.

    “Tekstil dan garmen dua hal yang berbeda.  Tekstil banyak sekali saingannya, beda dengan garmen yang sudah punya market sendiri. Kita fokus ekspor ke Amerika dan Eropa, dari tahun 2023 ke 2024 penjualan kami naik 97 persen. Di 2025, kami yakin penjualan bisa naik 3 kali lipat dari sebelumnya,” kata Senior Sales Manager A&E Indonesia, Janat Permana.

    Torehan positif tersebut tentunya tak terlepas dari keberhasilan mereka dalam menghadapi setiap tantangan. Terus berinovasi dan menjalin partnership dengan pasar diyakini telah menjadi kunci dari kesuksesan A&E Indonesia.

    “Tantangan utama di Indonesia mungkin karena kita datang telat di pasar ini tapi kami tetap punya pertumbuhan yang agresif. Saya kira kita punya posisi yang bagus di sini dengan fokus bangun partnership dengan pasar, itu yang kita lakukan selama ini,” kata President Director A&E Indonesia, Sanjay Chandraratna.

    Pada tahun ini, A&E Indonesia optimis bisa memperoleh hasil positif 3 kali lipat dari tahun sebelumnya dengan memperluas kapasitas produksinya dan mencoba industri non-apparel berupa footwear.

    “Pasar footwear di Indonesia itu mencapai 70 juta dolar AS per tahun. Ini angka yang begitu besar. Oleh karena itu, kami akan berfokus juga di industri ini, bahkan kami telah mendirikan divisi khusus untuk pengembangan di industri footwear. Kami jauh-jauh hari sudah melalukan pendekatan. Yang sudah pasti kita develop itu dengan Hoka, yang lainnya tinggal menunggu waktu saja. Kami yakin penjualan bisa naik 3 kali lipat dari hasil di tahun 2024, 30% nya di sumbang dari footwear,” tegas Janat.

  • Pabrik Benang A&E Asal AS di Sidoarjo Incar Penjualan Naik 300% Tahun Ini

    Pabrik Benang A&E Asal AS di Sidoarjo Incar Penjualan Naik 300% Tahun Ini

    Bisnis.com, BANDUNG — American & Efird (A&E), produsen benang asal Amerika Serikat yang memiliki pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur, memasang target ambisius tahun ini dengan peningkatan penjualan hingga 300%. 

    Senior Sales Manager A&E Indonesia Janat Permana mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 300% tahun ini dengan optimisme yang didapat dari capaian signifikan tahun sebelumnya. 

    “Yang jelas, dari 2023 ke 2024 kita 97% peningkatannya. Bisa bayangin penjualan sales kita naik 97%. Jadi hampir 100%,” ujar Janat Permana, saat ditemui usai rapat kerja di Intercontinental Bandung, Jumat (10/1/2025). 

    Di tengah keresahan industri garmen Indonesia saat ini yang bertumbangan, produsen benang tersebut masih bertahan lantaran bisnisnya berorientasi pada pasar ekspor sepenuhnya. 

    Janat juga mengungkap bahwa pihaknya masih selektif dalam menjaring mitra industri garmen lokal. Pasalnya, pabrik benang A&E Indonesia baru hadir 6 tahun lalu, cukup sulit bersaing dengan kompetitor lokal. 

    Oleh karena itu, pihaknya fokus ke pasar ekspor sembari mencari produsen domestik yang mau menjalin kerja sama. Hingga saat ini, beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Jepang, dan negara Asia lainnya. 

    “Kita berbeda dengan tekstil, kita main di garmen yang punya market ha sendiri dan kita ekspor. Berbeda dengan tekstil yang mereka sulit bersaing dengan impor dari China,” tuturnya. 

    Lebih lanjut, Janat menerangkan sejumlah strategi yang dipersiapkan untuk mencapai target pertumbuhan penjualan 300% tahun ini. 

    Untuk mencapai target ini, A&E Indonesia melakukan rebranding nama brand, mengandalkan peningkatan kapasitas produksi, memperluas pasar dan lini produk yang dijalani. 

    Janat menyebutkan bahwa perusahaan akan memperkenalkan brand A&E di Indonesia pada tahun ini, yang sebelumnya memakai nama PT Benang Amefird Indonesia (BAI). 

    Lebih lanjut, Janat menekankan bahwa pasar Indonesia sangat potensial, tetapi perusahaan harus selektif dalam memilih target pasar yang tepat. 

    “Permintaan kualitas itu dengan produk yang kita tawarkan di market ini masih di range ekspor untuk kualitas. Bukan berarti produk lokal ini tidak bagus, bukan. Cuma ada beberapa produk sekarang Indonesia ini lebih picky, selektif untuk memilih,” jelasnya.

    Di sisi lain, salah satu strategi utama untuk meraih target tersebut adalah dengan memasuki sektor industri sepatu, yang dikenal sebagai footwear. 

    Sebelumnya, A&E Indonesia lebih fokus pada produk apparel (pakaian) dan aksesoris. Namun, mulai 2025, perusahaan akan merambah pasar sepatu olahraga, seperti Nike, Hoka, Adidas, Converse, dan New Balance.

    Terlebih, pasar benang untuk industri sepatu di Indonesia cukup besar, mencapai US$70 juta per tahun. 

    “Jadi kita akan share kontribusinya itu dari footwear, kita nggak muluk-muluk dulu, 30% kontribusinya. Dan kita berani bilang itu, kenapa? Karena kita sudah melakukan development sebelumnya,” tegasnya.

    A&E Indonesia sudah memulai pengembangan produk footwear sejak kuartal keempat 2024, dengan berbagai merek besar, salah satunya melakukan penawaran dengan pabrik baru Hoka di Kawasan Industri Terpadu Batang. 

    Dengan rencana ekspansi ke sektor footwear, peningkatan kapasitas produksi, dan penguatan brand A&E di Indonesia, perusahaan optimistis dapat mencapai target penjualan yang sangat ambisius tersebut. 

    “Kapasitas kita akan tingkatkan. Kita nggak mungkin bicara 3 kali lipat kalau kapasitas gitu-gitu aja,” ucapnya. 

    Adapun, kapasitas produksi yang saat ini mencapai 80 ton per hari atau sekitar 30.000 ton per tahun akan ditingkatkan 2 kali lipat. Begitupun dengan tenaga kerja yang saat ini menyerap 200 pekerja. 

  • 6 Badai Bencana Manchester United Jika Degradasi dari Premier League – Page 3

    6 Badai Bencana Manchester United Jika Degradasi dari Premier League – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Manchester United, salah satu klub sepak bola terbesar di dunia, kini menghadapi ancaman nyata degradasi dari Premier League. Jika skenario buruk ini terjadi, Manchester United tidak hanya akan kehilangan statusnya sebagai raksasa sepak bola Inggris, tetapi juga harus menghadapi sederet masalah besar yang berpotensi mengguncang fondasi finansial dan operasional klub.

    Dikutip dari Telegraph [James Ducker], Rabu (8/1/205), berikut daftar sederet masalah yang mengancam MU jika benar-benar terdegradasi

    1. Pemutusan Kontrak dengan Adidas

    Kontrak kit senilai Rp17 triliun dengan Adidas bisa berakhir lebih cepat jika United terdegradasi Premier League. Adidas memiliki klausul yang memungkinkan penghentian kontrak senilai Rp1,7 triliun per tahun dengan pemberitahuan satu musim penuh. Alternatifnya, Adidas dapat memangkas pembayaran hingga 50%, menjadi hanya Rp850 miliar per tahun.

    2. Penurunan Pendapatan Komersial

    Degradasi berarti hilangnya pendapatan besar dari hak siar Premier League, yang menjadi salah satu sumber utama pemasukan klub. Selain itu, penurunan performa di liga bawah akan berdampak pada penjualan tiket, merchandise, dan sponsor. Dukungan sponsor besar lainnya, seperti Chevrolet atau TeamViewer, juga dapat berkurang drastis.

    3. Kehilangan Talenta Pemain dan Staf

    Degradasi hampir pasti akan membuat Manchester United kehilangan sejumlah pemain bintang. Dengan tidak adanya Liga Champions atau Liga Europa, pemain kelas dunia kemungkinan besar akan hengkang untuk mencari klub yang bermain di level tertinggi. Staf pelatih juga bisa terpengaruh, karena klub mungkin tidak lagi mampu menawarkan gaji besar.

    4. Tekanan dari Pemegang Saham dan Pendukung

    Sebagai klub yang terdaftar di bursa saham, degradasi dapat menurunkan nilai saham Manchester United secara signifikan. Pendukung setia klub juga akan memberikan tekanan besar kepada manajemen untuk segera memperbaiki situasi, termasuk potensi protes besar-besaran.

    5. Risiko Jangka Panjang pada Reputasi Klub

    Degradasi akan mencoreng reputasi global Manchester United sebagai klub elit dunia. Kemampuan klub untuk menarik sponsor, menjual hak siar, dan membangun kembali merek yang kuat di panggung internasional bisa terhambat selama bertahun-tahun.

    6. Dampak pada Akademi dan Regenerasi

    Sistem akademi yang menjadi kebanggaan United mungkin juga terkena imbas. Tanpa liga utama, daya tarik akademi MU untuk menarik talenta muda terbaik akan berkurang, yang dapat memengaruhi regenerasi pemain dalam jangka panjang.