brand merek: Adidas

  • Cari Kerja Makin Sulit, Profesi Ini Malah Panen Cuan

    Cari Kerja Makin Sulit, Profesi Ini Malah Panen Cuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saat banyak pekerja kehilangan pekerjaan akibat gelombang PHK secara global, profesi influencer justru jadi yang menjanjikan. Dunia digital membuka peluang baru bagi siapa saja untuk tetap cuan di masa sulit.

    Profesi yang dulu kerap dianggap sebelah mata ini kini menjelma jadi primadona baru di dunia pemasaran global.

    Lonjakan ini terjadi berkat kemampuan mereka memengaruhi perilaku konsumen secara langsung lewat konten yang relatable. Bahkan, banyak dari mereka bukan selebritas, melainkan orang biasa yang viral di media sosial.

    Contohnya Ashton Hall, seorang influencer kebugaran yang videonya menjadi viral setelah menunjukkan rutinitas pagi dengan mencelupkan kepala ke dalam air mineral dingin merek Saratoga.

    Meski awalnya tidak bekerja sama dengan brand tersebut, aksi Hall langsung mendongkrak pamor Saratoga. CEO Primo Brands, pemilik Saratoga, bahkan menyampaikan terima kasih dalam panggilan pendapatan perusahaan.

    Fenomena ini bukan kasus satu-satunya. Sejumlah merek global seperti Coach, Dove, hingga Hellmann’s kini menjadikan influencer sebagai ujung tombak pemasaran mereka.

    TikTok menjadi ladang utama promosi, tempat tas Coach dengan hiasan ceri atau pretzel mendadak jadi tren Gen Z hingga mendorong lonjakan penjualan.

    Menurut data Statista, industri pemasaran influencer global diperkirakan tumbuh 36% tahun ini hingga mencapai US$33 miliar (Rp540 triliun).

    Deloitte mencatat, belanja merek terhadap konten kreator naik 49% secara global tahun lalu, dengan seperempat anggaran media sosial dialokasikan khusus untuk para influencer.

    “Ekonomi kreator justru melesat saat brand mulai menahan pengeluaran untuk iklan konvensional,” kata Kenny Gold dari Deloitte Digital, dikutip dari Taipei Times, Selasa (24/6/2025).

    Bahkan, Kate Scott-Dawkins dari WPP menyebut pendapatan iklan dari konten buatan pengguna tahun ini akan melampaui konten profesional, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Unilever pun ikut ke dalam tren ini. CEO Fernando Fernandez mengatakan, perusahaan akan merekrut influencer 20 kali lebih banyak demi strategi pemasaran berbasis media sosial, karena konsumen kini semakin curiga dengan branding korporat. Raksasa produk konsumen itu juga menaikkan porsi anggaran iklan di media sosial hingga 50%.

    “Influencer kini bukan sekadar pelengkap, tapi jadi pusat strategi pemasaran,” ujar Oliver Lewis, CEO agensi The Fifth yang baru diakuisisi Brave Bison.

    Selain lebih hemat daripada memasang iklan TV atau billboard, pendekatan influencer juga dinilai lebih fleksibel. Kampanye bisa diubah cepat, influencer bisa diganti, dan pesan bisa disesuaikan dengan respons audiens.

    Namun, strategi ini bukan berarti bebas risiko. Adidas, misalnya, pernah putus hubungan dengan Kanye West akibat kontroversi yang viral di media sosial.

    Kini, tren baru mulai muncul, yakni influencer buatan AI. Dengan kelebihan bisa dikendalikan penuh tanpa masalah di kemudian hari. Perusahaan kini mulai melirik AI untuk alasan keamanan merek.

    Meski begitu, nilai personal dan keaslian dari influencer manusia masih punya daya tarik kuat.

    “Orang lebih percaya orang daripada merek,” kata Rahul Titus dari Ogilvy.

    Untuk saat ini, pertumbuhan influencer untuk marketing ini masih belum jelas, akan sejauh apa ke depannya.

    “Apa yang dulunya dilihat sebagai sesuatu yang terpisah, kini berada di tengah-tengah,” kata Lewis.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cari Kerja Makin Susah, Profesi Ini Tiba-tiba Naik Daun

    Cari Kerja Makin Susah, Profesi Ini Tiba-tiba Naik Daun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah ketatnya persaingan kerja dan pemangkasan anggaran iklan akibat tekanan ekonomi global, profesi influencer justru melonjak. Bukan hanya artis, kini siapapun yang punya pengaruh di media sosial bisa jadi “mesin uang” bagi brand besar dunia.

    Contohnya Ashton Hall, seorang influencer kebugaran yang videonya menjadi viral setelah menunjukkan rutinitas pagi dengan mencelupkan kepala ke dalam air mineral dingin merek Saratoga.

    Meski awalnya tidak bekerja sama dengan brand tersebut, aksi Hall langsung mendongkrak pamor Saratoga. CEO Primo Brands, pemilik Saratoga, bahkan menyampaikan terima kasih dalam panggilan pendapatan perusahaan.

    Fenomena ini bukan kasus satu-satunya. Sejumlah merek global seperti Coach, Dove, hingga Hellmann’s kini menjadikan influencer sebagai ujung tombak pemasaran mereka.

    TikTok menjadi ladang utama promosi, di mana tas Coach dengan hiasan ceri atau pretzel mendadak jadi tren Gen Z hingga mendorong lonjakan penjualan.

    Menurut data Statista, industri pemasaran influencer global diperkirakan tumbuh 36% tahun ini hingga mencapai US$33 miliar (Rp540 triliun).

    Deloitte mencatat, belanja merek terhadap konten kreator naik 49% secara global tahun lalu, dengan seperempat anggaran media sosial dialokasikan khusus untuk para influencer.

    “Ekonomi kreator justru melesat saat brand mulai menahan pengeluaran untuk iklan konvensional,” kata Kenny Gold dari Deloitte Digital, dikutip dari Taipei Times, Kamis (19/6/2025).

    Bahkan, Kate Scott-Dawkins dari WPP menyebut pendapatan iklan dari konten buatan pengguna tahun ini akan melampaui konten profesional, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Unilever pun ikut ke dalam tren ini. CEO Fernando Fernandez mengatakan, perusahaan akan merekrut influencer 20 kali lebih banyak demi strategi pemasaran berbasis media sosial, karena konsumen kini semakin curiga dengan branding korporat. Raksasa produk konsumen itu juga menaikkan porsi anggaran iklan di media sosial hingga 50%.

    “Influencer kini bukan sekadar pelengkap, tapi jadi pusat strategi pemasaran,” ujar Oliver Lewis, CEO agensi The Fifth yang baru diakuisisi Brave Bison.

    Selain lebih hemat daripada memasang iklan TV atau billboard, pendekatan influencer juga dinilai lebih fleksibel. Kampanye bisa diubah cepat, influencer bisa diganti, dan pesan bisa disesuaikan dengan respons audiens.

    Namun, strategi ini bukan berarti bebas risiko. Adidas, misalnya, pernah putus hubungan dengan Kanye West akibat kontroversi yang viral di media sosial.

    Kini, tren baru mulai muncul, yakni influencer buatan AI. Dengan kelebihan bisa dikendalikan penuh tanpa masalah di kemudian hari. Perusahaan kini mulai melirik AI untuk alasan keamanan merek.

    Meski begitu, nilai personal dan keaslian dari influencer manusia masih punya daya tarik kuat.

    “Orang lebih percaya orang daripada merek,” kata Rahul Titus dari Ogilvy.

    Untuk saat ini, pertumbuhan influencer untuk marketing ini masih belum jelas, akan sejauh apa ke depannya.

    “Apa yang dulunya dilihat sebagai sesuatu yang terpisah, kini berada di tengah-tengah,” kata Lewis.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apple Store di Los Angeles Dijarah di Tengah Demo Kebijakan Trump

    Apple Store di Los Angeles Dijarah di Tengah Demo Kebijakan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Apple store yang terletak di Downtown Los Angeles menjadi sasaran penjarahan dan vandalisme pada Senin malam (10/6/2025 waktu setempat. 

    Aksi tersebut terjadi di tengah demonstrasi terkait peningkatan razia imigrasi oleh pemerintahan Donald Trump sejak Jumat lalu.

    Mengutip laman Financial Express pada Kamis (12/6/2025) aksi yang semula digelar untuk menentang kebijakan penegakan imigrasi tersebut berubah menjadi kekacauan begitu malam tiba. 

    Apple Store di West 8th Street dan Broadway menjadi salah satu target utama. Video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan puluhan orang bertopeng mengenakan hoodie gelap, memecahkan kaca toko, dan menyerbu masuk untuk mengambil berbagai perangkat elektronik dan barang dagangan lainnya.

    Selain merampas barang, para pelaku juga mencorat-coret bagian luar toko dengan grafiti, yang mencerminkan ketegangan sosial yang menyertai aksi demonstrasi tersebut.

    Namun, Apple Store bukan satu-satunya yang menjadi korban. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa beberapa bisnis lain di kawasan pusat kota, seperti toko Adidas, apotek, dan toko perhiasan juga mengalami penjarahan.

    Kerusuhan ini telah memasuki hari keempat berturut-turut. Sementara pada siang hari aksi massa berlangsung cukup tertib, situasi berubah drastis setelah malam tiba.

    Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, melalui media sosial mengatakan tindakan merusak kawasan pusat kota atau menjarah toko-toko tidak mencerminkan kepedulian terhadap komunitas imigran. Dia juga menambahkan para pelaku akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya. 

    “Siapapun yang merusak Pusat Kota atau menjarah toko-toko tidak peduli dengan komunitas imigran kita. Anda akan dimintai pertanggungjawaban,” katanya. 

    Departemen Kepolisian Los Angeles (LAPD) telah menangkap beberapa orang terkait kekerasan yang terjadi semalam. Seorang perempuan ditangkap atas dugaan pembobolan Apple Store, sementara dua orang lainnya ditangkap atas tuduhan penjarahan.

    Pihak berwenang menyatakan  investigasi masih berlangsung dan lebih banyak penangkapan kemungkinan besar akan dilakukan seiring pengumpulan bukti-bukti dari rekaman video dan laporan saksi mata.

  • Potret Terbaru Rusuh Los Angeles Makin Ngeri, Adidas-Apple Dijarah

    Potret Terbaru Rusuh Los Angeles Makin Ngeri, Adidas-Apple Dijarah

    Produk tergeletak di lantai toko Adidas setelah dijarah menyusul protes selama berhari-hari terhadap operasi imigrasi federal dan pengerahan Garda Nasional California dan Marinir AS, di pusat kota Los Angeles, California, AS, Selasa (10/6/2025) malam. (REUTERS/David Ryder)

  • Adidas Peringatkan ada Peretasan Data Pribadi Konsumen – Page 3

    Adidas Peringatkan ada Peretasan Data Pribadi Konsumen – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Produsen pakaian olahraga terkemuka asal Jerman, Adidas, belum lama ini mengumumkan ada pihak eksternal yang memperoleh data konsumen secara tidak sah.

    Peretas ini mendapatkan data pribadi konsumen melalui penyedia layanan pelanggan pihak ketiga. Meski begitu, diungkap Adidas, data yang berhasil diambil alih bukanlah kata sandi maupun data kartu kredit.

    “Kami segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi peretasan dan meluncurkan penyelidikan komprehensif, bekerja sama dengan para ahli keamanan informasi terkemuka,” kata Adidas, dikutip dari Reuters, Senin (26/5/2025).

    Adapun data yang diretas sebagian besar terdiri dari informasi kontak terkait konsumen yang pernah menghubungi kanal bantuan layanan pelanggan Adidas.

    “Adidas dalam proses menginformasikan kepada konsumen yang terdampak,” kata pihak Adidas berbicara tentang peretasan Adidas.

    Jenis Data yang Diretas

    Sementara itu, Hurriye Daily News dalam pemberitaannya menyebutkan, dalam email yang dikirimkan kepada sejumlah pelanggan di Turki mengungkapkan, detail seperti nama lengkap, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, hingga jenis kelamin merupakan data-data yang mungkin telah diretas.

    Ponsel bos Amazon Jeff Bezos diretas diduga melalui video berisi spyware yang dikirim ke WhatsApp.

  • Nike-Adidas Cs Minta Trump Bebaskan Industri Alas Kaki dari Tarif Resiprokal

    Nike-Adidas Cs Minta Trump Bebaskan Industri Alas Kaki dari Tarif Resiprokal

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi perdagangan distributor dan peritel sepatu AS atau Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA) yang mencakup pemilik merek-merek seperti Nike dan Adidas, meminta Presiden AS Donald Trump untuk mempertimbangkan pembebasan tarif timbal balik atau tarif resiprokal terhadap industri alas kaki.

    Melansir dari Bloomberg, Sabtu (3/5/2025), permintaan ini tertulis dalam surat yang ditandatangani oleh Nike, Adidas America, Puma, hingga Skechers.

    Dalam surat tertanggal 29 April 2025, FDRA menyebut tarif tersebut akan menaikkan biaya sepatu di AS dan menyebabkan bisnis ditutup.

    FDRA mendesak agar Presiden Trump untuk mengecualikan produk alas kaki dari tarif timbal balik, lantaran bisnis ini menghadapi ancaman eksistensial akibat peningkatan biaya yang sangat besar.

    “Kami terdampak sangat berat oleh kebijakan tarif ini, karena pemerintah AS sudah membebankan tarif yang tinggi pada industri kami sebelum tarif baru ditambahkan,” demikian bunyi surat tersebut.

    Di samping itu, FDRA juga menyebut tarif ini tidak akan mendorong manufaktur sepatu kembali ke AS, sebab membutuhkan investasi modal yang besar dan perencanaan bertahun-tahun untuk mengubah sumber produksi.

    “Tarif baru ini justru menghilangkan kepastian bisnis yang dibutuhkan untuk melakukan investasi semacam itu dan menghapus hampir seluruh modal yang diperlukan,” tulisnya.

    Terlebih, FDRA menyampaikan tarif timbal balik juga dikenakan atas mesin dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat alas kaki di AS.

    Untuk itu, FDRA meminta agar Kepala Negara AS menghapus produk alas kaki dari tarif timbal balik.

    “Jika situasi ini terus berlanjut, para pekerja dan konsumen alas kaki Amerika akan menderita. Ini adalah keadaan darurat yang memerlukan tindakan dan perhatian segera,” katanya.

  • Potret ITC Mangga Dua Usai Disorot AS sebagai Sarang Produk Bajakan

    Potret ITC Mangga Dua Usai Disorot AS sebagai Sarang Produk Bajakan

    Bisnis.com, JAKARTA — Mencari barang branded tiruan atau “mirror” di pusat perbelanjaan ITC Mangga Dua, Jakarta Barat bukanlah hal yang sulit. Meski dikenal lama di kalangan konsumen lokal, Mangga Dua ternyata go international usai dituding sebagai ‘sarang’ barang bajakan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). 

    Berdasarkan laporan tahunan 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers, disebutkan bahwa pembajakan hak cipta yang tersebar luas dan pemalsuan merek dagang (termasuk online dan di pasar fisik) di Indonesia menjadi perhatian utama AS. 

    “Pasar Mangga Dua di Jakarta terus terdaftar dalam Tinjauan Pasar Terkenal untuk Pemalsuan dan Pembajakan 2024 [Review of Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy] Daftar Pasar Terkenal [Notorious Markets List]), bersama dengan beberapa pasar online Indonesia,” demikian pernyataan pemerintah AS yang dikutip dari laporan tersebut. 

    Saat Bisnis berkunjung ke ITC Mangga Dua pekan lalu, dari pintu masuk utama saja sudah terlihat beragam produk KW dari merek-merek ternama yang biasanya dijual di mal. Kaos Converse yang sering dipakai oleh anak muda dijual mulai Rp50.000.

    Bukan itu saja, dompet dan tas berlabel rumah mode Perancis Louis Vuitton juga banyak ditemukan. Ada produk LV yang dijual murah untuk cuci gudang seharga Rp50.000 hingga Rp150.000 untuk yang kualitasnya tampak baru. 

    Untuk yang mencari barang tiruan dengan kualitas lebih tinggi, tersedia pula tas-tas premium di Mangga Dua. Salah satu contohnya, yaitu tas terkenal Christian Dior Book Tote versi mirror. Harganya tas Dior yang biasanya dijual di butik puluhan hingga ratusan juta, hanya dibanderol Rp800.000 oleh pedagang di Mangga Dua.

    Kaos-kaos dari brand ternama kekinian seperti Lifework dan MLB Korea juga memenuhi etalase toko di sana. Harganya bervariasi dari Rp200.000 hingga lebih dari Rp500.000 tergantung kemiripan dengan versi asli, baik dari motif dan juga bahan. Padahal, jika beli di toko aslinya, kaos asal negeri K-Pop itu dijual dengan harga jutaan rupiah untuk setiap barangnya. 

    Beberapa pedagang di ITC Mangga Dua yang ditemui Bisnis menuturkan sebagian besar barang mirror seperti tas dan pakaian buatan dari China.

    Sementara untuk sepatu, ada yang berasal dari Vietnam. Sepatu Adidas Samba versi mirror, misalnya, dijual sekitar Rp350.000 per pasang. Padahal harga aslinya mencapai Rp2,5 juta per pasang. Selain itu, ada pula sepatu olah raga merek yang sedang hits saat ini, yaitu On Cloud dan Puma Palermo yang barang KW-nya dijual seharga Rp700.000-Rp850.000 saja. 

    Namun, tak semua kios di ITC Mangga Dua menjual barang palsu dari merek-merek ternama. Banyak juga dari mereka yang menjual berbagai pakaian tanpa logo atau polosan. 

    Pedagang Mangga Dua Was-was 

    Cap negatif sebagai “pusat barang bajakan” dari pemerintah AS memunculkan kekhawatiran di kalangan pedagang. Urip (49) dan Rina (51), pasangan suami istri yang sudah 17 tahun berjualan di Mangga Dua, mengaku was-was. Mereka khawatir pemberitaan yang masif di media maasa akan membuat kawasan Mangga Dua semakin sepi pengunjung.

    Meski mereka tidak menjual barang mirror, Rina memahami mengapa produk KW itu sangat diminati konsumen. Menurutnya, para pembeli juga kian mencari lantaran tidak terlalu mengetahui soal merek atau keaslian produk. Para pedagang juga menghadirkan barang tersebut lantaran juga diminati oleh pembeli. 

    “Kecuali kalau memang orang yang menengah ke atas, pasti mereka [tahu] oh ini KW (kualitas tiruan), ini super, ini premium. Tapi kalau kita orang awam, yang penting beli ini, Rp50 ribu murah, ambil. Kalau beli yang tidak mahalan, bedanya sedikit, kenapa enggak?” Tutur Rina kepada Bisnis, Senin (21/4/2025). 

    Dia berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam menyusun kebijakan, terutama di tengah tekanan ekonomi yang kian berat dan mahalnya harga kebutuhan pokok. Menurutnya, masyarakat kini lebih memprioritaskan belanja makan ketimbang pakaian.

    Rina juga mengungkapkan bahwa omzet dagangannya turun hingga 70% dibandingkan masa sebelum pandemi Covid-19. Dia masih ingat betul saat Mangga Dua begitu ramai, bahkan sulit untuk berjalan karena padatnya pengunjung. 

    Sayangnya, kondisi tersebut seperti berubah 180 derajat setelah pandemi bahkan belum pulih hingga saat ini. Bukan lagi pembeli yang menunggu pedagang, melainkan pedagang yang harus bersabar menanti pembeli. Bahkan momentum Lebaran tahun ini pun tak membawa lonjakan penjualan yang signifikan.

    Menanggapi hal itu, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) juga mengakui bahwa ada beberapa pedagang yang menjual barang bajakan alias barang tiruan (KW) di Mangga Dua, Jakarta. Namun, jumlahnya hanya segelintir. 

    Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri memperkirakan hanya ada sekitar 5–7% dari 1.000 pedagang yang menjual barang bajakan di ITC Mangga Dua. 

    Terlebih, dia juga mengakui barang bajakan yang dijual para pedagang di Mangga Dua sudah lama terjadi atau puluhan tahun.

    Menanti Langkah Pemerintah

    Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Kemendag Ronald Jenri Silalahi mengatakan pihaknya bakal berkoordinasi dengan kementerian/lembaga seiring adanya isu yang disorot AS terkait barang bajakan di Mangga Dua. 

    “Kementerian perdagangan selalu bersinergi dengan kementerian/lembaga terkait untuk melakukan pengawasan barang yang beredar yang tidak ketentuan sesuai dengan tugas dan fungsi kewenangannya,” kata Ronald kepada Bisnis. 

    Ronald menuturkan bahwa koordinasi ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa (Permendag 69/2018). 

    Berdasarkan Permendag 69/2018, Ronald mengatakan bahwa ruang lingkup pengawasan meliputi standar, label, petunjuk penggunaan, jaminan layanan purna jual, cara menjual, pengiklanan, dan klausul baku.

    Selain itu, Ronald menambahkan Kemendag juga akan bekerja sama dengan kementerian terkait dalam menangani permasalahan yang menyangkut hak cipta. 

    “Kementerian Perdagangan juga akan berkoordinasi dengan kementerian terkait mengenai Pelanggaran Hak Cipta sebagaimana diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2024 tentang Hak Cipta,” ujarnya.

  • Apakah Aplikasi OMC Penghasil Uang Terbukti Membayar?

    Apakah Aplikasi OMC Penghasil Uang Terbukti Membayar?

    JABAR EKSPRES – Belakangan ini, aplikasi OMC menjadi sorotan karena diklaim sebagai aplikasi penghasil uang yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, benarkah aplikasi ini terbukti membayar atau justru hanyalah investasi bodong berkedok teknologi? Mari kita ulas fakta-faktanya secara lengkap dan objektif.

    OMC adalah platform yang mengaku memberikan penghasilan kepada penggunanya hanya dengan menyelesaikan tugas-tugas sederhana seperti memberikan rating pada tokoh-tokoh tertentu yang disebut telah bekerja sama dengan mereka. Selain itu, aplikasi ini juga menjanjikan komisi tambahan melalui sistem referal dan tingkatan jabatan mulai dari asisten magang hingga manajer kota.

    Salah satu pengguna yang telah mencoba aplikasi OMC menyebutkan bahwa akunnya langsung dibekukan setelah mendaftar. Ia diminta untuk menghubungi “manajer” tanpa penjelasan yang jelas. Kejadian seperti ini menjadi sinyal merah, apalagi ketika akun diblokir hanya karena tidak melakukan deposit.

    Baca juga : Apakah Benar Aplikasi ADF Penghasil Uang atau Penipuan? ini Faktanya

    Bayangkan jika seseorang sudah menyetor uang dalam jumlah besar, seperti Rp10 juta atau bahkan Rp100 juta, dan tiba-tiba akunnya dibekukan. Risiko kehilangan dana menjadi sangat besar.

    Aplikasi OMC menunjukkan banyak tanda-tanda khas dari skema Ponzi atau investasi bodong, di antaranya:

    Mengharuskan kode undangan untuk mendaftar: Sistem ini membatasi akses hanya untuk mereka yang sudah direkrut, ciri umum dari sistem referal yang menekankan perekrutan member baru.Pendapatan berasal dari deposit member lain: Tidak ada sumber pendapatan nyata selain dari uang yang disetor oleh anggota baru.Klaim bermitra dengan merek besar yang tidak masuk akal: OMC menyebutkan nama-nama brand ternama seperti Adidas, Dior, hingga Aston Martin, namun tidak ada bukti nyata kemitraan tersebut.Tugas tidak masuk akal: Hanya dengan memberi rating, pengguna bisa mendapatkan uang. Ini tentu tidak logis dan sangat mencurigakan.

    Beberapa pengguna memang mengaku sempat menerima bayaran dari aplikasi ini. Namun, perlu diingat: skema Ponzi memang dirancang untuk “membayar” di awal agar tampak meyakinkan dan mendorong lebih banyak orang untuk bergabung dan menyetor uang.

  • Soal Tudingan Barang Bajakan, Ini Beda Harco vs ITC Mangga Dua
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 April 2025

    Soal Tudingan Barang Bajakan, Ini Beda Harco vs ITC Mangga Dua Megapolitan 23 April 2025

    Soal Tudingan Barang Bajakan, Ini Beda Harco vs ITC Mangga Dua
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Mangga Dua
    baru-baru ini mendapat sorotan dari Presiden Amerika Serikat
    Donald Trump
    . Mangga Dua disebut pusatnya barang palsu atau bajakan.
    Namun, ternyata tidak semua barang di Mangga Dua benar-benar menjual
    barang bajakan
    seperti yang dikatakan Trump.
    Terdapat beberapa kawasan perbelanjaan di wilayah Mangga Dua, Jakarta Pusat. Di antaranya
    ITC Mangga Dua
    untuk produk pakaian,
    Harco Mangga Dua
    untuk produk elektronik, WTC Mangga Dua untuk produk otomotif, dan beberapa mal.
    Harco Mangga Dua menjual produk alat elektronik, khususnya perangkat komputer.
    Terdapat produk elektronik baru dan bekas original, serta layanan perbaikan untuk berbagai perangkat elektronik.
    Pedagang elektronik di sini menyebutkan bahwa tidak ada barang bajakan yang dijual oleh mereka.
    Menurut seorang perwakilan Asosiasi Harco Mangga Dua Computer Center (HMCC), Deny Tan, tuduhan Donald Trump tidak sepenuhnya benar.
    “Klaim Donald Trump untuk di wilayah Mangga Dua itu enggak sepenuhnya benar. Karena kalau kita di Harco Mangga Dua Electronic Center itu kita menjual produk-produk original dan tidak menyalahi aturan mengenai pelanggaran Hak Cipta,” kata pedagang perangkat komputer itu.
    Pihak pengelola gedung Harco Mangga Dua juga menyampaikan bahwa pedagang memang sudah diimbau sejak awal untuk menjual produk-produk orisinal.
    “Dari awal juga pihak pengelola menganjurkan menjual barang-barang original,” kata Section Head Customer Service, Esih, saat ditemui di Kantor Pengelola Harco Mangga Dua, Selasa (22/4/2025).
    Pihak pedagang pun menyadari pentingnya penjualan barang orisinal untuk mendapatkan kepercayaan dari pembeli.
    “Dari pedagang-pedagang sendiri yang ada di sini juga tahu diri untuk menjual barang-barang original. Karena kalau KW tidak original kita juga pasti dikomplain sama customer, usia produknya juga pasti akan lebih pendek,” kata Deny mewakili para pedagang.
    Pedagang lainnya, Gunawan, juga mengakui bahwa perangkat komputer rakitan dirinya menggunakan barang-barang asli yang didapatkan dari beragam distributor.
    Ia mengatakan dirinya selalu merakit komputer menggunakan spare part resmi demi performa yang baik.
    Sejauh ini, Gunawan sering menerima pesanan untuk kantor dan personal (gaming).
    “Saya sih pakenya yang resmi-resmi aja. PC-nya rakit sendiri dari supplier spare part lokal,” kata Gunawan.
    Harco Mangga Dua juga menyediakan pilihan komputer dan laptop bekas untuk pembeli.
    Meskipun banyak diimpor dari luar negeri, produk bekas di sini terjamin keasliannya.
    “Kalo barang bekas dari impor, terus terang aja di sini emang kita ada menerima barang bekas dari produk dari Apple seperti iPhone bekas terus kemudian Macbook atau iMac itu yang bekas. Itu kita juga ada, tapi kan itu semua judulnya bekas dan produknya original dari Apple itu sendiri,” terang Deny.
    Rudi adalah salah satu pedagang laptop bekas. Di sini, laptop dijual mulai Rp 1.500.000.
    Banyak laptop yang dijual berasal dari kiriman kantor luar negeri, seperti Singapura.
    Meskipun beberapa laptop dikatakan sudah ketinggalan zaman, Rudi mengatakan masih ada orang yang ingin membeli produk itu.
    Selain produk bekas, Harco Mangga Dua juga menjual
    produk impor
    lainnya, seperti aksesori komputer.
    Seperti Asif yang berdagang aksesori komputer. Ia menyebutkan, produk yang dijualnya memang diimpor dari China dengan kualitas bagus.
    “Ini tidak asli dari merek (Asus), tetapi diimpor dari China. Lihat ada tulisan ‘Imported from China’ di sini? Ini artinya asli dan produknya aman,” katanya.
    Berbeda dengan Harco, ITC Mangga Dua menawarkan produk seperti pakaian, alas kaki, tas, dan aksesori lainnya.
    Saat berkunjung ke pusat perbelanjaan ini, pengunjung akan melihat banyak logo merek ternama di berbagai produk.
    Namun, keaslian produk tersebut tidak bisa dipastikan, mengingat harganya yang jauh di bawah pasar resmi.
    Seperti tas mini (mini bag) merek Louis Vuitton yang dihargai Rp350.000,- di salah satu kios.
    Padahal, tas serupa dijual seharga Rp 32 juta melalui situs resmi Louis Vuitton Indonesia.
    Selain itu, ada pula sepatu Adidas dijual dengan harga Rp 300.000, padahal sepatu itu harga aslinya Rp 2 juta.
    Menurut penjaga toko sepatu yang enggan disebut namanya, produk di ITC Mangga Dua memang tidak ada yang orisinal atau asli.
    “Ya kalau di ITC enggak ada yang ori (asli),” katanya.
    Hingga saat ini, pihak pengelola ITC Mangga Dua masih bungkam setelah mendapat tuduhan barang bajakan oleh Donald Trump.
    Perwakilan tim Public Relation ITC Mangga Dua, Teguh, belum dapat memastikan waktu yang tepat untuk pihak pengelola menyampaikan sikap dan responsnya.
    “Untuk isu itu kita belum bisa untuk memberikan respons ataupun pernyataan,” katanya saat ditemui di Kantor Pengelola ITC Mangga Dua.
    Tuduhan dari Donald Trump tersebut tidak memengaruhi para pedagang di dua pusat perbelanjaan ini.
    Baik Esih maupun Teguh menyatakan, banyak pengunjung yang datang ke Mangga Dua dan pemilik toko masih berjualan seperti biasanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Barang Bajakan di Mangga Dua hingga QRIS Jadi Hambatan Dagang RI-AS, Solusinya? – Page 3

    Barang Bajakan di Mangga Dua hingga QRIS Jadi Hambatan Dagang RI-AS, Solusinya? – Page 3

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) turut buka suara terkait keluhan Pemerintah Amerika Serikat mengenai peredaran barang palsu di Pasar Mangga Dua yang dinilai melanggar hak kekayaan intelektual (HKI) produk asal Negeri Paman Sam.

    Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia terus berkomitmen menegakkan kebijakan HKI secara konsisten.

    “Ini memang menjadi hal yang rutin dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat melalui USTR yakni memantau situasi dan kondisi pelaksanaan kebijakan HKI di berbagai negara, termasuk Indonesia,” ujar Djatmiko dalam konferensi pers yang disiarkan pada Senin (21/4/2025).

    “Jadi kita tidak luput dari pantauan tersebut. Pemerintah juga tetap berkomitmen menerapkan kebijakan HKI. Kawan-kawan di Direktorat Jenderal HKI juga terus melakukan tindakan penegakan hukum secara aktif,” jelasnya.

    Djatmiko menuturkan bahwa Indonesia secara berkala menyampaikan perkembangan implementasi kebijakan HKI dalam berbagai forum internasional, termasuk di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa dan World Intellectual Property Organization (WIPO).

    “Pemerintah tetap melakukan berbagai langkah konkret untuk menegakkan aturan terkait HKI,” tegasnya.

    Curhat Pedagang Mangga Dua

    Tak hanya Kemendag yang merespon, para pedagang di Mangga Dua turut mencurahkan isi hatinya mengenai laporan dari AS ini.

    Dari reportase Liputan6.com di Mangga Dua Square, para pedagang memang sudah terbiasa menjual barang-barang impor yang mengatasnamakan merek ternama di dunia, mulai dari tas yang memakai merek Christian Dior, Miu Miu, hingga produk sepatu Nike atau Adidas dengan harga miring.

    Seperti dikemukakan Adi, seorang pedagang tas dan koper asal Medan yang berjualan di ITC Mangga Dua. Ia mengaku bisa bertahan 10 tahun di tempat tersebut lantaran menjual sejumlah barang impor “branded”.

    “Terkhususnya di Mangga Dua, jualannya kan hidup gara-gara barang branded-nya. Kalau dibikin untuk barang lokal sih pasti enggak hidup, enggak bisa ngejual. 99 persen barang impor semua. Kalau misalkan itu ditindak, ya mau jualan apa lagi,” ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (21/4/2025).

    Adi mengatakan, barang-barang jualannya didapat dari Hong Kong atau China daratan. “Kalau Hong Kong kebanyakan kayak koper-koper branded. Kalau tas-tas China,” sebut dia.

    Ia pun belum banyak mendengar isu soal Amerika Serikat yang menyoroti Pasar Mangga Dua. Dia lebih memikirkan penjualan barang di pusat perbelanjaan tempatnya berdagang yang kian hari semakin lesu.

    “Gimana ya, mungkinnya di sini udah enggak ada yang berjualan lagi, udah enggak berfungsi lagi. Mau jualan apa lagi, bakal kosong,” ungkap dia.

    Beberapa faktor semisal kehadiran pasar online yang menjual barang serupa, hingga penurunan daya beli masyarakat jadi penyebab.

    “(Pasar online) pasti juga ngaruh, pasti. Mungkin efek ekonomi juga. Ditambah lagi isu-isu seperti ini kan makin parah,” kata Adi.

    Tunggu Pemerintah RI

    Berbeda dengan Adi, seorang pemilik kios yang menjual produk tas dan sepatu wanita bernama Yani mengaku sudah mengetahui sorotan Amerika Serikat terhadap Mangga Dua. Namun, ia belum bisa bersikap apa-apa dan menunggu reaksi dari Pemerintah RI.

    “Ya enggak bersikap apa-apa sih, soalnya kan belum ada tanggapan dari pemerintah juga,” kata Yani kepada Liputan6.com.

    Lebih lanjut, ia turut mengamini kelesuan pasar yang tengah dideritanya. Bahkan momen tahunan seperti Lebaran 2025 kemarin pun tak bisa menggenjot angka penjualan.

    Terbukti dari penjualan tas-tas impor dari China yang ditawarkan kiosnya, hingga brand tersendiri yang diproduksi oleh pabrik milik keluarganya. “Makin lesu sih ini, justru makin sepi sih Lebaran,” ucapnya.