Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Februari 2025 terjadi deflasi tahunan sebesar 0,09%. Penyumbang utama deflasi Februari 2025 secara tahunan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil deflasi 1,92%. Komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik.
“Secara tahunan terjadi deflasi 0,09% atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,58 pada Februari 2024 menjadi 105,48 pada Februari 2025,” ucap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS pada Senin (3/3/2025).
Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 12,08% dan memberikan deflasi sebesar 1,92%. Komoditas yang memberikan andil tahunan terbesar adalah tarif listrik mengalami deflasi 46,45% dan memberikan andil deflasi 2,16%.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif air minum PAM yang mengalami inflasi 9,42% dan memberikan andil inflasi 0,14%; biaya sewa rumah mengalami inflasi 1,27% dan memberikan andil inflasi 0,04%, bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 1,57% dan memberikan andil inflasi 0,03% lalu biaya kontrak rumah mengalami inflasi 0,58% dan memberikan andil inflasi 0,02%.
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,25% dan memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,66%. Inflasi secara tahunan didorong oleh komoditas minyak goreng, sigaret kretek mesin, cabai rawit, kopi bubuk dan ikan segar.
Inflasi kelompok ini didorong oleh minyak goreng mengalami inflasi 10,97% dan memberikan andil 0,13%,sigaret kretek mesin mengalami inflasi 5,58% dan memberikan andil 0,12%, cabai rawit mengalami inflasi 37,07% dan memberikan andil inflasi 0,11%.
“Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi, yakni tomat sebesar 32,93% dan memberikan andil deflasi 0,11% dan beras mengalami deflasi 2,63% dan memberikan andil deflasi 0,11%,” tutur dia.
Kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 8,43% dan memberikan andil inflasi 0,52% pada Februari 2025.
Komoditas yang memberikan andil adalah emas perhiasan mengalami inflasi 41,49% dan memberikan andil inflasi 0,42%, pasta gigi mengalami inflasi sebesar 2,91% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,01%, shampo mengalami inflasi sebesar 1,74% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.
“Menurut catatan BPS emas perhiasan terus mengalami inflasi year on year sejak Februari 2025 karena meningkatnya harga emas di pasar internasional,” kata Amalia.
Apabila dilihat menurut komponen deflasi tahuna pada Februari 2025 disebutkan bahwa deflasi terjadi karena komponen harga pemerintah sementara komponen lainnya mengalami inflasi.
Komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%, komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 1,58% pada Februari 2025. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada kelompok ini, yaitu emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.
Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi tahunan sebesar 9,02% dan memberikan andil 1,77% komoditas yang dominan adalah tarif listrik dan bensin. Komponen harga bergejolak mengalami inflasi 0,56% dengan andil inflasi 0,1%.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara tahunan pada komponen harga bergejolak adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung dan bawang merah,” tutur Amalia.
Secara tahunan 16 provinsi mengalami inflasi dan 22 provinsi mengalami deflasi. Dengan inflasi tertinggi di Provinsi Papua Pegunungan (7,99%) dan deflasi terdalam di Papua Barat (-1,98%).
