Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada Oktober 2024 mencapai 0,08%. Jika dilihat berdasarkan komoditas pendorongnya, emas memberikan andil cukup besar.
“Komoditas yang dominan memberikan kontribusi pada kelompok ini adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,06%,” ucap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Dia mengatakan, inflasi emas secara year on year (yoy) pada Oktober sebesar 35,82%. Pergerakan harga emas mengalami peningkatan dalam 1 tahun terakhir.
Jika melihat kondisi emas pada 2020 sampai 2024, harga emas tertinggi terjadi pada Agustus 2020. Perkembangan inflasi komoditas emas sejalan dengan perekonomian dunia.
“Jadi ini langsung ditransmisikan dari perkembangan harga emas global. Secara cepat akan ditransmisikan ke dalam harga emas di pasar domestik mengingat harga emas di pasar domestik itu mengacu kepada harga emas internasional,” terang Amalia.
Amalia mengatakan, kenaikan harga emas terjadi di pasar global karena dipengaruhi ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina. Tekanan geopolitik ini membuat orang memilih emas sebagai instrumen investasi.
“Selain itu, ada tren penurunan suku bunga The Fed, ini juga memacu para investor untuk beralih berinvestasi di komoditas emas,” tutur Amalia.
Dia mengatakan, jika dikaji berdasarkan kelompok pengeluaran, andil terbesar adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,94% dan andil inflasi sebesar 0,06%.
Daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04%, bawang merah dengan andil inflasi 0,03%, tomat dan lauk dengan andil inflasi 0,02%, serta kopi bubuk minyak goreng, dan telur ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.