TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat pada Februari 2025, provinsi ini mengalami deflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,75.
Tercatat, ada penurunan IHK dari 105,83 pada Februari 2024 menjadi 105,75 pada Februari 2025.
Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih menyatakan, deflasi tahunan yang terjadi di Jateng ini merupakan pertama kali selama kurun waktu 10 tahun terakhir.
Deflasi tersebut juga terjadi secara year to date (ytd) yang tercatat sebesar 1,23 persen.
“Ini pertama kalinya terjadi deflasi secara yoy maupun ytd dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,” jelas Endang pada pemaparan secara daring, Senin (3/3/2025).
Endang melanjutkan, deflasi tahunan terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 15,41 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,73 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,99 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,13 persen, serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,99 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yoy pada Februari 2025 antara lain tarif listrik, beras, cabai merah, telepon seluler, tomat, daun bawang, telur ayam ras, buah naga, susu bubuk untuk balita, dan sawi hijau.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi yoy, antara lain emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, bahan bakar rumah tangga, dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).
“Diskon tarif listrik, bensin, dan beras memberikan andil sangat tinggi terhadap inflasi maupun deflasi karena memang menempati tiga besar porsi pengeluaran rumah tangga tertinggi dari hasil survei biaya hidup tahun 2022. Jadi kenaikan maupun penurunan tarif listrik, bensin, dan beras akan berdampak spiral pada nilai inflasi,” terang Endang.
Tercatat pada Februari 2025, dari 9 kota IHK di Provinsi Jawa Tengah, 6 kabupaten/kota mengalami deflasi yoy dan 3 kabupaten/kota mengalami inflasi yoy.
Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Wonogiri sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 106,12, sedangkan yang terendah terjadi di Kudus sebesar 0,08 persen dengan IHK sebesar 105,82.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Cilacap sebesar 0,30 persen dengan IHK sebesar 105,71.
