Bocah “Aura Farming” Dikha Kelelahan, Orangtua: Sudah Capek, Pengen Main Regional 13 Juli 2025

Bocah “Aura Farming” Dikha Kelelahan, Orangtua: Sudah Capek, Pengen Main
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Juli 2025

Bocah “Aura Farming” Dikha Kelelahan, Orangtua: Sudah Capek, Pengen Main
Tim Redaksi
PEKANBARU, KOMPAS.com –
Rayyan Arkan Dikha, penari
Pacu Jalur
Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, kebanjiran job usai viral ”
aura farming
“.
Bocah berusia sebelas tahun yang akrab disapa Dikha ini diundang untuk tampil di berbagai acara.
Beberapa hari lalu, dia menjadi bintang tamu di salah satu stasiun televisi swasta, diundang Menteri Pariwisata dan Menteri Kebudayaan, hingga bertemu sejumlah artis di Jakarta.
Setelah itu, Rayyan yang didampingi ibunya, Rani Ridawati, terbang lagi ke Pekanbaru untuk tampil di acara Riau Bhayangkara Run Polda Riau.
Hari ini juga, Rayyan akan terbang lagi ke Jakarta untuk hadir pada acara penutupan Piala Presiden.
“Kemarin tiga hari di Jakarta, habis itu ke Pekanbaru, Dikha diundang Polda Riau,” sebut ibu Dikha, Rani, saat diwawancarai
Kompas.com
di Pekanbaru, Sabtu (12/7/2025) malam.
Setelah ini, Dikha bersama ibu, Rani, dan ayah, Supriono, berangkat ke Jakarta.
Rani mengungkapkan bahwa kondisi anaknya sudah mulai kelelahan karena banyak job.
“Dia sudah tampak kelelahan. Dia bilang, ‘Capek, Dikha, Bu’. Jadi saya harus jaga juga kesehatannya, istirahat yang cukup, dan kami beri dia vitamin,” kata Rani.
Selain itu, Dikha juga merasa bosan karena diatur saat tampil dalam suatu acara.
Rani bilang, Dikha adalah sosok yang tak mau diatur-atur.
“Dia bosan katanya diatur-atur. Ya, namanya juga anak-anak, dia pengennya main. Kadang kami suruh coba ganti-ganti gaya nari (Pacu Jalur), dia nggak mau. Kami berdoa semoga Dikha selalu sehat dan semangat. Karena tidak menyangka juga Dikha bisa seperti ini. Kami merasa senang dan bangga Pacu Jalur jadi dikenal dunia,” papar Rani.
Hal senada dikatakan suaminya, Supriono.
Dikha merupakan tukang tari di jalur ayahnya, Jalur Tua Koghi Dubalang Ghajo, dari Desa Pintu Gobang Kari, Kabupaten Kuansing.
Supriono sebagai anak pacu atau pendayung.
Sejak berlaga Pacu Jalur di tingkat rayon, Supriono menyebut Dikha belum ada istirahat.
“Sejak Pacu Jalur tingkat rayon, tak ada istirahat. Sebenarnya dia sudah capek. Dia pengen main. Makanya kami tetap jaga kesehatannya,” kata Supriono.
Dia menyebut, Dikha akan berangkat ke Jakarta untuk tampil di beberapa acara.
Dikha berangkat bersama ibu, ayah, dan satu orang pendamping.
Sedangkan abang dan adiknya Dikha, Muhammad Raka (15) dan Zakka Radi Khoir (7), tidak ikut. Mereka balik ke Kuansing.
Supriono juga tak menyangka Dikha sampai viral mendunia.
“Ya, enggak nyangka. Karena kan banyak anak Togak Luan (penari Pacu Jalur) yang lain juga. Alhamdulillah, sudah rezeki dia. Sebagai orangtua, kami senang dan bangga, apalagi Pacu Jalur sampai dikenal dunia,” ujar Supriono.
Sebagaimana diketahui, Pacu Jalur, tradisi Melayu Riau di Kabupaten Kuansing, mendunia.
Ini berkat tarian anak kecil yang berada di haluan sampan saat Pacu Jalur, yaitu Rayyan Arkan Dikha (11).
Warga dari berbagai belahan dunia ikut memparodikan gerakan menari yang dikenal dengan istilah “aura farming” dan tren di media sosial, terutama TikTok.
Dalam video yang viral, anak menari di ujung sampan disebut Togak Luan.
Gerakan tangannya seperti menepuk-nepuk udara dan diselingi dengan gerakan tangan menggulung.
Selain itu, kedua tangan bergantian mengayun depan dan belakang, seirama dengan puluhan pria yang mendayung jalur.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.