Jakarta, Beritasatu.com – Kasus dugaan perselingkuhan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) dengan model majalah dewasa Lisa Mariana menyedot banyak perhatian publik. Benarkah perkara ini sudah di-setting?
Kasus tersebut berawal dari Lisa Mariana mengaku sebagai selingkuhan Ridwan Kamil. Pengakuannya melalui akun media sosial langsung viral hingga RK bereaksi dengan menyebut tudingan itu sebagai “fitnah keji bermotif ekonomi yang didaur ulang.”
Lisa Mariana mengaku hubungan gelapnya dengan Ridwan Kamil melahirkan seorang anak. Ia berdalih terpaksa mengungkap kasus itu ke publik untuk menuntut tanggung jawab RK menafkahi dia dan anaknya.
Baru-baru ini, Lisa menggelar konferensi pers di Jakarta mengungkap dirinya melakukan hubungan terlarang dengan Ridwan Kamil di Palembang saat ia masih berusia 21 tahun. Kemudian hamil dan melahirkan bayi di Pamulang.
Setelah Lisa jumpa pers, akun Instagram Ridwan Kamil @ridwankamil langsung kena retas dan memunculkan tulisan “Eng ing eng kami kembali kawan… Ridwan Kamil tanggung jawab jangan lari..” dan “Selamat bermimpi buruk, ini hanya permulaan dari kami.”
Netizen menanggapi beragam kasus Ridwan Kamil vs Lisa Mariana. Ada yang menuding perkara ini bagian dari pengalihan isu kasus korupsi Bank BJB yang menyeret nama RK. Di sisi lain, ada juga yang menilai pria yang akrab disapa Kang Emil itu jadi korban pembunuhan karakter.
Praktisi dan akademi IT Yusep Maulana menganalisis dugaan settingan di balik kasus RK vs Lisa Mariana dan hasilnya ia unggah ke akun Instagramnya @oyusep dan @kawaldata.
“Semakin dianalisis, semakin menemukan data algoritma indikasi terpola! Apakah drama RK vs Lisa ini di-setting? Kita lakukan research pendekatan machine learning & intelligence,” tulis Yusep dikutip dari akun @oyusep, Senin (14/4/2025).
Dari hasil analisis 17 hari tren percakapan netizen, lanjut Yusep, ia mengumpulkan ribuan konten dan komentar dari berbagai platform media sosial serta menemukan pola klasik yang biasa muncul dalam kasus viral yang sudah dirancang atau dipoles.
“Grafik emosi netizen didominasi oleh kemarahan dan komentar netral, dua emosi yang paling sering dimanfaatkan dalam skenario sosial media,” sebutnya.
Dalam unggahannya terkait kasus Ridwan Kamil vs Lisa Mariana, Yusep menampilkan foto RK dan Lisa, dan RK bersama istrinya Atalia Praratya.
“Kami lakukan analytic dari mulai saat kasus ini mulai naik sampai issue lanjutan hari ini viral, menemukan berbagai data informasi yang cukup janggal,” tulisnya.
Kasus Ridwan Kamil vs Lisa Mariana – (Instagram/@ayusep)
Yusep memplublikasi hasil pendalamannya menggunakan pola algoritma issue dengan penerapan analytic dan pendekatan machine learning sebagai berikut:
1. Pola klasik viral+rebound
Awalnya terjadi lonjakan tajam mention dari 27 Maret hingga 2 April 2025 mencapai puncaknya di atas 19.000 mention. Lalu tren turun perlahan selama seminggu. Rebound signifikan terjadi pada 11 April 2025, saat Lisa Mariana melakukan konferensi pers, yang memunculkan lebih dari 12.000 mention lagi.
“Pola ini mirip siklus isu settingan atau panggung digital mencapai ledakan awal, membuat publik terpecah lalu memberi trigger (klarifikasi) untuk naik lagi,” sebut Yusep.
Sampai kapan viral?
Dari histori dan pola data, tulis Yusep, diprediksi isu kasus Ridwan Kamil vs Lisa Mariana akan terus trending dan mendominasi pemberitaan publik dalam jangka lama.
2. Sentimen Emosi Didominasi Marah dan Netral
Yusep mengungkapkan sepanjang 17 hari memantau tren percakapan warganet terhadap kasus RK vs Lisa Mariana, emosi marah paling tinggi muncul di media sosial. Netizen kecewa, geram, bahkan menghujat.
“Tetapi menariknya banyak juga yang netral, terkesan hanya ikut-ikutan, bercanda, atau membuat konten lelucon dari isu ini,” tulisnya.
“Jika ini murni konflik pribadi, emosi seharusnya lebih banyak ke arah sedih atau takut. Tetapi ini didominasi marah dan netral, menunjukkan emosi public ‘diarahkan’ untuk engagement,” sebutnya.
3. Timing Klarifikasi dan Konferensi Sangat Strategis
Menurutnya, klarifikasi terkait kasus RK vs Lisa Mariana dilakukan saat grafik turun tajam, kemudian tiba-tiba mention melonjak. Hal ini biasa digunakan dalam strategi media sosial untuk memperpanjang masa trending.
“Bisa jadi disengaja oleh manajemen/pihak tertentu untuk menjaga atensi publik, menutup kasus lain yang lebih penting, atau untuk membangun panggung lanjutan,” tulisnya.
Yusep lalu membuat kesimpulan apakah kasus RK vs Lisa Mariana apakah di-setting?
“Kemungkinan besar iya atau minimal sudah dipoles secara professional,” tukasnya.
Dia menunjukkan pola data berupa manajemen isu yang rapi, pemilihan waktu yang presisi, serta pemanfaatan emosi marah dan netral untuk viralisasi.
“Terlepas kasus ini benar atau salah, namun yang melakukan settingan ini siapa? Ini bisa jadi untuk alat politik, personal branding maupun pengalihan isu,” pungkas Yusep terkait kasus RK vs Lisa Mariana.
