Liputan6.com, Jakarta – Menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah, sebaiknya dimulai sejak dini. Anak-anak yang dilatih untuk memahami dan menerapkan kebiasaan baik dalam membuang dan mengelola sampah akan membawa dampak positif jangka panjang bagi mereka dan lingkungan.
Dengan cara yang menyenangkan, seperti bermain, bernyanyi, dan kegiatan interaktif lainnya, anak-anak dapat memahami pentingnya menjaga kebersihan dan mencintai lingkungan.
Anak-anak cenderung menyerap dan mengikuti perilaku yang mereka lihat di sekitar. Jika sejak kecil mereka diajarkan pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi sampah, perilaku ini akan terbawa hingga dewasa.
Kebiasaan ini akan membentuk karakter yang lebih peduli, berwawasan lingkungan, serta bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keberlanjutan bumi.
Hal ini yang dilakukan Komunitas Guna ulang Aja (GUA) salah satunya di Taman Kanak-kanak (TK) di bawah naungan Yayasan Aisyiyah, terutama yang berada di wilayah Tangerang Selatan.
Ketua Yayasan Aisyiyah, Yayat Hayati Nufus mengatakan edukasi seperti ini perlu terus dilakukan. Ia berharap Komunitas GUA bisa menjangkau TK – TK lain di bawah Yayasan Aisyiyah, ” kata Yayat Hayati.
Komunitas GUA adalah komunitas lingkungan yang kegiatan utamanya kampanye dan edukasi praktik guna ulang wadah atau kemasan untuk mengurangi sampah dan menjaga lingkungan lebih baik.
Dalam praktiknya, komunitas GUA juga melakukan edukasi pengelolaan sampah dengan metode 3R, dengan penekanan pada “Reuse” untuk mengurangi sampah.
Penggunaan totebag, tumbler, galon guna ulang dan kotak makan adalah contoh praktik guna ulang yang terus dikampanyekan oleh Komunitas GUA.
Sejauh ini Komunitas GUA telah melakukan edukasi di sejumlah sekolah hingga universitas di kawasan Tangerang Selatan, Banten. Kehadiran Komunitas GUA di TK Aisyiyah 83 hari ini merupakan yang kedua. Sebelumnya Komunitas GUA telah mengedukasi murid -murid sekolah tersebut pada Februari 2023.
Sebanyak 61 orang siswa menyambut kedatangan tim edukasi Komunitas GUA dengan ceria. Edukasi 3R dilakukan dalam dua sesi, masing-masing untuk siswa TK A dan TK B, dengan durasi 30 menit per sesi.
“Kami sengaja memisahkan antara siswa TK A dan B karena tingkat pemahamannya berbeda. Alasan lainnya kalau digabung suasana bisa menjadi gaduh,” kata Wakil Koordinator Komunitas GUA, Nasuri.
Baik siswa TK A maupun TK B tampak riang mengikuti paparan para mentor Komunitas GUA. Itu terjadi karena materi edukasi disampaikan dengan riang gembira sambil bermain.
Misalnya, siswa diajak menyanyikan lagu-lagu yang mereka kenal namun liriknya diubah dengan himbauan penerapan praktik guna ulang wadah atau kemasan. Setelah pemaparan materi selesai, para siswa juga praktik langsung memilah sampah dengan memasukan sampah ke tempat sampah terpilah dengan benar.