Begini Cara SPPG Palmerah Hitung Gizi di Menu MBG
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat, mengaku telah menghitung dengan cermat gizi yang terkandung dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Takaran porsi dibuat seragam agar setiap anak penerima program MBG mendapatkan asupan sesuai standar gizi.
“Di sini kita pakai gramasi. Misalnya, untuk SMA nasi 200 gram, lauk hewani sekian gram, lauk nabati sekian, sayur satu centong, dan ada tambahan buah. Semua sudah ada cetakannya,” ujar ahli gizi SPPG Palmerah, Cut Athaya Artawana Tandy kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).
Cut Athaya menjelaskan, meski menunya sama untuk semua jenjang, ukuran porsinya disesuaikan dengan kelompok usia.
“Yang membedakan di sini paling porsinya. Jadi anak TK dan SD dapat ukuran lebih kecil, sementara SMP dan SMA porsinya lebih besar,” kata dia.
Agar relawan tidak keliru, dapur SPPG Palmerah menyediakan cetakan khusus.
“Kita ajari dulu relawan cara mengukur. Jadi untuk nasi 200 gram sudah ada takaran yang pas, begitu juga lauk hewani, lauk nabati, dan sayur,” ucap Athaya.
Setiap ompreng makanan MBG wajib memenuhi prinsip gizi seimbang, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah.
“Kadang ada tambahan susu, meski tidak setiap hari, biasanya dua atau tiga kali sebulan,” ujar Athaya.
Selain itu, variasi buah juga terus diupayakan agar anak-anak tidak bosan. Mulai dari jeruk, pisang, anggur moon drop, anggur hijau shiny muscat, hingga kelengkeng.
Menariknya, anak-anak penerima manfaat kerap menyelipkan catatan kecil di ompreng berisi permintaan menu.
“Kami menyebutnya surat cinta. Ada yang minta burger, mie Jawa, sampai spaghetti,” kata Athaya.
Jika permintaan masih bisa disesuaikan dengan standar gizi, tim akan mengakomodasi.
“Burger misalnya, kami buat versi sehat dengan roti, chicken katsu dari ayam segar, plus sayuran. Jadi tetap seimbang,” ujar dia.
Meski porsi gizi sudah diperhitungkan dengan ketat, tantangan terbesar justru ada pada sayur.
“Yang sering tersisa biasanya sayur. Itu PR kami untuk terus mengedukasi anak-anak tentang pentingnya makan sayur,” tutur Athaya.
Evaluasi dilakukan rutin, termasuk melalui
food waste
. Jika menu tertentu banyak tersisa, terutama sayur, maka akan diganti dengan variasi lain yang lebih menarik bagi anak-anak.
Dengan sistem yang terukur ini, SPPG Palmerah setiap hari mengolah beras hingga 8–9 karung berukuran 75 kilogram. Proses memasak dilakukan bertahap sejak dini hari agar distribusi bisa berjalan tepat waktu.
“Kerja kami memang dikejar waktu, tapi intinya anak-anak harus dapat makanan bergizi seimbang setiap hari,” ujar Athaya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Begini Cara SPPG Palmerah Hitung Gizi di Menu MBG Megapolitan 2 Oktober 2025
/data/photo/2025/10/02/68de650523918.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)