Liputan6.com, Banyuwangi – Kebijakan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai berdampak positif terhadap UMKM kerajinan bambu. Seperti di sentra kerajinan bambu Lingkungan Papring, Desa/Kecamatan Kalipuro kini bergairah kembali.
“Harus diakui kebijakan pembatasan kantong plastik dari Bupati Ipuk, membuat produk kerajian bambu di kampung kami bergairah kembali. Permintaan produk kerajinan bambu untuk menggantikan kantong plastik meningkat,” kata perajin Lingkungan Papring, Widie Nurmahmudy, Rabu (4/6/2025).
Salah satu kerajinan yang kini kian diminati adalah wadah dari anyaman bambu alias besek. Menjelang Iduladha, besek kian diminati masyarakat untuk menggantikan kantong plastik sebagai wadah daging kurban. “Sebulan menjelang Iduladha seperti saat ini, permintaan banyak. Warga bisa membuat antara 5 ribu hingga 7 ribu besek dalam sebulan,” lanjut dia.
Permintaan yang tinggi membuat harga besek juga turut terpengaruh. Dulu harga besek seragam meski ukuran yang dibuat berbeda-beda. Kini, beda ukuran, beda pula harganya. “Kisaran harganya sekitar Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per biji,” lanjut dia.
Mairoh, salah satu perajin besek lainya, menyatakan bahwa tingginya permintaan pasar selama sebulan terakhir. Ia bisa menyelesaikan pembuatan puluhan biji besek dalam sehari. Dia bersyukur, tingginya permintaan besek membuat ekonominya terbantu. Harga yang lebih tinggi untuk besek-besek ukuran besar membuat keuntungannya bertambah. “Sehari bisa 30 sampai 50 besek, dan itu sudah ada yang ngambil. Jadi tidak bingung menjualnya,” kata Mairoh.
Lingkungan Papring memang terkenal merupakan sentra kerajinan bambu di Banyuwangi. Nama Papring sendiri merupakan akronim dari “panggonane pring” atau tempatnya pohon bambu. Pada tahun 1960-an hingga 1990-an, mayoritas warga setempat bekerja sebagai perajin bambu.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5241641/original/091678000_1749003948-1000305204.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)