Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Banyak Anak Banyak Rejeki? Hewan Buktikan Salah saat Pemanasan Global

Banyak Anak Banyak Rejeki? Hewan Buktikan Salah saat Pemanasan Global

Jakarta, CNN Indonesia

Peneliti menemukan hewan yang memiliki lebih sedikit anak ternyata menerima ancaman lebih rendah dari pemanasan global.

Hal itu terungkap setelah peneliti memeriksa 157 spesies mamalia daratan sembari melihat keterkaitan antara anomali cuaca tahunan, tingkat pertumbuhan populasi, dan sejarah kehidupan spesiesnya.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal eLife, menunjukkan pola yang berpotensi penting dalam hubungan antara riwayat hidup spesies dan responsnya terhadap anomali cuaca tahunan.

“Kita dapat melihat pola yang jelas: Hewan yang hidup lama dan memiliki sedikit keturunan kurang rentan saat cuaca ekstrem melanda daripada hewan yang hidup dalam waktu singkat dan memiliki banyak keturunan,” kata Owen Jones, ahli biologi evolusi dari University of Southern Denmark yang menulis penelitian tersebut.

Contoh kelompok yang biasanya memiliki sedikit anak adalah gajah, harimau, llama, dan beberapa kelelawar berumur panjang. Sementara hewan yang biasanya memiliki banyak anak adalah sebagian besar hewan berkantung kecil dan hewan pengerat.

Dalam penelitian tersebut, Jones juga menggarisbawahi bahwa spesies yang tumbuh lebih lambat dan berumur lebih panjang dengan lebih sedikit keturunan cenderung lebih tahan terhadap fluktuasi lingkungan.

Menurutnya, makhluk tersebut telah berevolusi untuk menahan kondisi berbeda yang mungkin mereka hadapi selama rentang hidup mereka yang lebih lama.

Makhluk dengan hidup yang ‘lebih lambat’ sering kali lebih baik selama bencana seperti kekeringan berkepanjangan dibandingkan dengan spesies yang berumur pendek.

Dilansir dari Science Alert, hewan-hewan ini disebut dapat memfokuskan energi untuk bertahan hidup dengan jumlah anak yang lebih sedikit, tidak seperti hewan yang hidupnya lebih singkat yang menawarkan lebih sedikit fleksibilitas dalam menghadapi kesulitan.

Meski demikian, ahli ekologi John Jackson mengatakan menjadi lebih rentan terhadap cuaca ekstrem tidak berarti satu spesies hewan menghadapi risiko kepunahan yang lebih tinggi karena perubahan iklim.

“Mamalia kecil ini bereaksi cepat terhadap cuaca ekstrem, dan itu berjalan dua arah. Kerentanan mereka terhadap cuaca ekstrem karenanya tidak boleh disamakan dengan risiko kepunahan,” kata Jackson.

Di sisi lain, mamalia yang berumur lebih panjang dengan kehidupan yang lebih lambat umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan yang besar, tetapi mereka malah bisa lebih rentan terhadap kepunahan. Para peneliti menyebut spesies ini seringkali lebih lambat pulih saat menghadapi tantangan alam.

(lom/lth)