Banjir Jambi Kembali Melanda Saat Idul Adha, Warga: Tolong Kami, Pak Wali Kota
Tim Redaksi
JAMBI, KOMPAS.com –
Banjir kembali melanda Kota
Jambi
pada Idul Adha 2025, menyebabkan banyak rumah warga terendam dan mengganggu ibadah.
Seorang warga dalam video yang viral meminta Wali Kota Jambi untuk segera mengambil tindakan mengatasi buruknya drainase yang menyebabkan banjir berulang setiap tahun.
Diduga daya tampung drainase tidak dapat menampung debit air yang masuk.
Ini merupakan kejadian kedua tahun ini. Pada Lebaran Idul Fitri hari pertama 2025, banjir juga merendam Kota Jambi.
“Tolong kami pak Wali Kota, sudah dua kali lebaran rumah kami kebanjiran,” kata perempuan dalam video yang viral di media sosial, Jumat (6/6/2025).
Dalam video tersebut, ia juga meminta pejabat RT untuk bertindak, agar segera mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Banjir yang merendam rumah warga berada di Kelurahan Pal Lima dan Jelutung. Kedua tempat ini, jaraknya hanya selemparan batu dari kantor Walikota Jambi.
Eni warga dari Kelurahan Pal Lima mengatakan, banjir mulai memasuki rumah warga pada pukul 04.30 WIB.
“Setengah lima, sebelum subuh air sudah masuk dalam rumah,” kata dia dihubungi, Jumat.
Ia menyebut banjir di tempatnya bervariasi mulai dari selutut hingga sepinggang orang dewasa.
“Banjir baru surut jam 2 siang mas,” kata dia.
Lokasi shalat ied maupun tempat pemotongan hewan kurban tidak terganggu, tetapi untuk menuju ke tempat itu, warga harus mengarungi banjir.
Hujan turun sejak dini hari, intensitasnya cukup lebat sehingga beberapa jam kemudian telah menjadi banjir.
Menurut Eni, banjir di daerahnya karena saluran drainase dan sungai tak sanggup menampung debit air.
Apalagi kontur kampungnya lebih rendah dibanding tempat lain.
Normalisasi sungai oleh pemerintah, sudah lama tidak dilakukan. Terakhir normalisasi sungai pada 2020 lalu.
Air limpasan dari saluran drainase perumahan terkumpul di kanal atau sungai. Namun debit air melebihi daya tampungnya.
Pakar Hidrologi dari Universitas Jambi, Aswandi mengingatkan agar rekayasa resapan air kota, dilakukan dengan kajian komprehensif, agar tidak terjadi luapan air apalagi banjir.
Sebab drainase kota ini, tak sanggup menampung limpasan air dari permukiman maupun yang berasal dari air hujan.
“Limpasan air dari rumah-rumah warga langsung ke drainase kota, karena mereka bangun saluran air dengan beton tanpa kajian,” kata Aswandi.
Seharusnya, semua drainase tidak disemen, sisi kanan dan kiri boleh, tetapi bagian bawahnya harus dibiarkan terbuka, setidaknya dapat menyerapkan air ke tanah.
Tidak hanya air hujan, air sisa pemakaian warga pun langsung mengalir ke drainase. Jika terjadi bersamaan dalam waktu minimal tiga jam, tentu berpotensi menyebabkan banjir.
Pemerintah kota harus memiliki rencana tata kelola air yang terintegrasi. Artinya kajian harus memproyeksikan perkembangan kota dan dimensi ukuran drainase minimal untuk periode sampai 25 tahun ke depan.
“Kalau mau aman dikaji sampai 50 tahun,” kata Aswandi.
Sebab bagian hilirnya, drainase kota ini mengandalkan Sungai Batanghari, sebagai tempat pembuangan air skala besar.
Padahal, daya tampung sungai ini sendiri dengan luas 5 juta hektar memiliki potensi volume air miliaran kubik.
Jika air sungai Batanghari sedang naik, akan menggangu drainase kota.
Dengan demikian, pembangunan kolam retensi dan danau-danau buatan menjadi penting dilakukan pemerintah, untuk mengelola air.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Banjir Jambi Kembali Melanda Saat Idul Adha, Warga: Tolong Kami, Pak Wali Kota Regional 6 Juni 2025
/data/photo/2025/06/06/6842d1ded854a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)