Banjir di Kabupaten Kapuas, 19.307 Jiwa Terdampak
Tim Redaksi
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com
– Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi
Kalimantan Tengah
(Kalteng) dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan dampak signifikan, terutama di Kabupaten Kapuas.
Banjir saat ini menggenangi 21 desa di 5 kecamatan. Jumlah warga yang terdampak mencapai 19.307 jiwa.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kapuas, Saribi mengungkapkan, banjir mulai terjadi sepekan lalu.
Pantauan Kompas.com pada Minggu (1/12/2024) sore, kondisi banjir cenderung meningkat.
“Tanggal awal banjir terjadi sejak 26 November lalu, pertama kali di daerah Kecamatan Pasak Talawang, kemudian berangsur bertambah untuk wilayah-wilayah desa di kecamatan lainnya,” jelas Saribi kepada Kompas.com melalui aplikasi pesan.
Berdasarkan data dari Pusdalops-PB Kapuas, kelima kecamatan yang terendam banjir adalah Pasak Talawang dengan 10 desa, Timpah 4 desa, Kapuas Tengah 7 desa, dan Mantangai 1 desa.
Kelima kecamatan tersebut berada di wilayah hulu Sungai Kapuas.
“Daerah-daerah ini memang merupakan wilayah limpahan air dari hulu sungai, kondisi ini juga diperparah dengan debit curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini,” tuturnya.
Banjir di lima kecamatan tersebut berdampak pada 7.331 kepala keluarga (KK) atau 19.307 jiwa.
Sebanyak 4.298 bangunan rumah terendam dan sebagian warga memilih mengungsi ke rumah keluarga yang tidak terdampak banjir.
“Banjir juga merendam ratusan sarana publik, di antaranya 47 rumah ibadah, 52 sarana pendidikan, 10 sarana kesehatan, 46 fasilitas umum, dan 63 titik akses jalan,” sebut Saribi.
Menyikapi potensi penambahan banjir akibat curah hujan yang tinggi, Saribi menyatakan, pihaknya berencana mengadakan rapat lintas sektor untuk penanganan bencana.
“Besok kami rencana rapat dengan perangkat daerah terkait dan kepolisian serta TNI untuk penanganan bencana,” ujarnya.
Untuk meminimalkan dampak banjir,
BPBD Kapuas
telah mendistribusikan bantuan logistik kepada masyarakat yang wilayahnya terendam.
“Kami membantu warga dalam hal distribusi bantuan logistik seperti sembako, selain itu juga membantu memfasilitasi kesehatan dan memastikan proses pendidikan untuk anak sekolah tetap berjalan,” tutur Saribi.
Salah satu desa yang terdampak adalah Kayu Bulan di Kecamatan Kapuas Tengah. Warga setempat, Basri Darun (60) mengungkapkan, banjir telah menjadi bencana langganan di desanya.
“Saya pindah rumah ke pinggir jalan sekarang, karena kalau di dalam (masuk wilayah desa), akan kena banjir terus,” ungkap Basri saat dihubungi awak media dari Palangka Raya.
Meski Basri tidak mengetahui pasti penyebab datangnya bencana banjir setiap tahunnya, ia menduga, hal itu terkait dengan kerusakan ekologis akibat maraknya eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).
“
Bencana tahunan
itu ada hubungannya dengan hutan yang selalu hilang juga aktivitas tambang ilegal. Hutan sendiri berperan penting dalam menyerap kelebihan air dari hujan yang terjadi,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.