Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Banjir Dahsyat Spanyol Buat Eropa Ketar-ketir, Ada Apa?

Banjir Dahsyat Spanyol Buat Eropa Ketar-ketir, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pejabat Eropa menyebut banjir dahsyat yang terjadi di Spanyol merupakan pengingat akan dampak merugikan manusia terhadap alam. Hal ini disampaikan para pejabat dalam konferensi keanekaragaman hayati PBB di Kolombia.

Utusan Komisi Eropa Florika Fink-Hooijer mengatakan “bencana” di wilayah Valencia, Spanyol, awal minggu ini menyoroti hubungan antara hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim yang disebabkan manusia. Kekeringan dan banjir yang semakin parah menyebabkan hilangnya spesies tanaman seperti pohon, yang berfungsi sebagai benteng terhadap beberapa dampak terburuk dari pemanasan global.

“Jika kita bertindak terhadap keanekaragaman hayati, setidaknya kita dapat menahan sebagian dampak iklim,” kata Fink-Hooijer pada konferensi pers di kota Cali, tuan rumah Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB, seperti dikutip AFP, Jumat (1/11/2024).

“Pada COP ini, kita benar-benar memiliki kesempatan untuk bertindak,” kata utusan tersebut, yang juga merupakan direktur jenderal Komisi Eropa untuk lingkungan.

KTT, yang dimulai pada 21 Oktober lalu, bertugas menilai, dan meningkatkan, kemajuan rencana perlindungan alam dan pendanaan untuk mencapai 23 target PBB yang disepakati pada tahun 2022 untuk menghentikan perusakan spesies.

Ini merupakan tindak lanjut dari Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal yang disepakati di Kanada dua tahun lalu, di mana diputuskan bahwa US$200 miliar per tahun akan disediakan untuk program keanekaragaman hayati pada 2030.

Ini harus mencakup US$20 miliar per tahun yang diberikan oleh negara-negara kaya ke negara-negara miskin yang berusaha mencapai target, yang mencakup menempatkan 30 persen daratan dan lautan Bumi di bawah perlindungan pada tahun 2030.

Namun, pembicaraan di Cali masih terhenti terutama pada modalitas pendanaan, bahkan ketika penelitian baru menunjukkan lebih dari seperempat spesies hewan dan tumbuhan menghadapi risiko kepunahan. Di sisi lain, negara-negara berkembang telah meminta lebih banyak uang.

Mereka juga menginginkan dana baru di bawah naungan konvensi keanekaragaman hayati PBB. Di mana semua pihak, baik kaya dan miskin, akan memiliki perwakilan dalam pengambilan keputusan.

Negara-negara kaya bersikeras bahwa mereka berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target pendanaan mereka. Sebagian besar menentang dana baru tersebut.

Poin pertikaian lainnya adalah tentang cara terbaik untuk membagi keuntungan dari data genetik yang diurutkan secara digital yang diambil dari hewan dan tumbuhan dengan masyarakat tempat mereka berasal. Data tersebut, yang sebagian besar dikumpulkan di negara-negara miskin, terutama digunakan dalam obat-obatan dan kosmetik yang menghasilkan miliaran dolar bagi pengembangnya.

(sef/sef)