Bentuknya yang khas dan cara memakainya yang unik sering kali diajarkan secara turun-temurun, menjadikannya bagian penting dari identitas budaya komunitas. Penutup kepala ini bukan hanya sekadar ornamen tambahan, tetapi penanda visual dari sikap hormat, kedewasaan, dan kebijaksanaan seorang pria yang mengenakannya.
Dalam konteks yang lebih luas, Baju Koja merepresentasikan warisan percampuran budaya yang terjadi secara alami dalam sejarah Nusantara. Pengaruh dari dunia Arab yang masuk melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam bertemu dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia, lalu menghasilkan busana adat seperti Baju Koja yang bukan hanya indah dari segi tampilan, tetapi juga kaya secara historis dan spiritual.
Di balik potongan jubah dan lilitan Toa Pulu terdapat cerita-cerita tentang migrasi, dakwah, akulturasi, dan adaptasi budaya yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Oleh karena itu, mengenakan Baju Koja bukan sekadar soal mengikuti adat atau tampil dalam seremoni, melainkan bagian dari upaya menjaga kesinambungan budaya dan menghormati perjalanan panjang leluhur yang telah menenun jati diri melalui kain, benang, dan makna-makna simbolis yang melekat di setiap jahitan busana ini.
Kini, meskipun zaman telah berganti dan gaya hidup modern mendominasi kehidupan sehari-hari, Baju Koja tetap hidup dan digunakan, terutama dalam peristiwa-peristiwa penting seperti pernikahan adat, perayaan keagamaan, atau saat menyambut tamu kehormatan.
Dalam konteks kekinian, Baju Koja bahkan mengalami berbagai inovasi baik dari segi bahan, warna, maupun potongan namun tetap mempertahankan ciri khas dasarnya. Generasi muda mulai kembali melirik busana adat ini sebagai bagian dari ekspresi identitas dan kebanggaan budaya.
Baju Koja bukan hanya peninggalan sejarah yang diam di museum atau tersimpan dalam lemari, melainkan terus dipakai, dihidupkan, dan dirayakan sebagai bagian dari keberlanjutan budaya.
Dengan demikian, Baju Koja tidak hanya menjadi pakaian adat laki-laki semata, tetapi simbol kebesaran nilai, kehormatan lelaki, dan semangat pelestarian tradisi yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5253986/original/012889300_1750065025-Baju_Koja_Ternate.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)