Bagaimana Rasanya Tinggal di Kawasan Banjir Jakarta?
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Setiap hujan lebat turun, sebagian
warga
Jakarta
tidak hanya mengantisipasi air dari langit, tapi juga bersiap kehilangan tempat tinggal sementara, tidur di atas tikar tipis, dan merelakan rumah yang kembali tergenang.
Di sebuah ruang kelas SD Negeri Kampung Melayu 01, tumpukan tikar, bantal lusuh, dan suara anak-anak yang menangis menjadi pemandangan yang biasa tiap kali air meluap dari Kali Ciliwung.
Gedung sekolah ini bukan lagi tempat belajar, tapi tempat bertahan hidup bagi 179 warga Kebon Pala, Jakarta Timur, yang terpaksa mengungsi akibat
banjir
sejak Minggu (6/7/2025) dini hari.
“Semalam ada dua balita yang demam. Mungkin karena dingin dan lantai basah,” ujar Eliya (42), penanggung jawab pengungsian.
Ia sibuk mengatur bantuan, memeriksa stok biskuit, dan memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi sebisa mungkin. Tapi stok vitamin anak dan obat-obatan untuk balita belum juga datang.
“Yang ada baru buat orang dewasa saja,” tambahnya lirih.
Sanusi, Ketua RT 13 RW 05, tahu betul rasanya kehilangan rumah berkali-kali. Di wilayahnya, banjir setinggi dua meter bukan kejutan lagi.
“Kalau air naik, enggak bisa ditahan. Rumah-rumah di sini langsung tergenang,” ujarnya.
Ia mengingat bagaimana pompa air sempat dipasang, tapi gagal berfungsi. Kini, satu-satunya harapan hanyalah menunggu air surut, seperti biasa.
Setelah surut, datang pekerjaan berat berikutnya, yakni membersihkan lumpur.
“Kalau damkar sempat bantu, ya kami disemprot. Sisanya ya pakai tangan sendiri,” kata Sanusi.
Warga
bekerja sama menyekop sisa banjir, menggantung pakaian, dan berusaha kembali hidup normal, setidaknya sampai hujan berikutnya.
Janji normalisasi Kali Ciliwung dari pemerintah seakan menggantung di udara begitu saja.
“Kami enggak minta macam-macam. Cuma minta ditepati aja janjinya. Supaya banjir enggak datang tiap bulan begini,” ucap Sanusi.
Di Jati Padang, Jakarta Selatan, Fatimah (52) tak pernah benar-benar tidur nyenyak saat hujan mengguyur malam hari.
Rumahnya hanya berjarak 10 sentimeter dari batas banjir terakhir. “Bukan khawatir lagi, sudah waspada. Itu banjirnya sudah di depan mata,” ujarnya.
Fatimah bahkan harus mengevakuasi barang ke lantai atas dan memantau warganya yang mengungsi ke Masjid Al Ridwan.
Namun, banjir dari berbagai arah membuatnya terisolasi. Ia tidak bisa mencapai masjid.
Di saat yang sama, tembok Mushala Sabili di dekat Kali Pulo jebol, membuat air dan sampah masuk hingga ke dalam tempat ibadah.
“Untungnya lagi enggak ada orang di dalam,” ujar Ketua RT, Taburan, saat meninjau lokasi dengan lumpur setinggi mata kaki dan dua batang pohon yang terseret banjir.
Banjir
juga datang tiba-tiba ke kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, wilayah yang sebelumnya jarang terdampak.
“Saya juga enggak nyangka malah banjir besar, padahal sudah ada gorong-gorong besar,” ujar Rusli (31), warga yang sempat membantu mendorong mobil mogok saat air setinggi lutut menutup jalan.
Maryudin (40), pedagang gorengan, juga heran. “Biasanya walaupun hujan deras, enggak sampai segitunya. Tapi kemarin airnya naik tinggi,” tuturnya.
Babe (52), penjual minuman di sekitar Halte Tanjung Mas Raya, hanya bisa menggelengkan kepala melihat video kiosnya terendam air.
Padahal, sejak saluran air digali lebih dalam, ia pikir banjir parah tak akan kembali.
Data BPBD Jakarta menunjukkan lebih dari 100 RT masih terendam dan ratusan warga mengungsi.
Di balik angka-angka itu, ada kelelahan yang tak kasatmata, yakni orang-orang yang kehilangan tidur, anak-anak yang demam, mushala yang hancur, dan harapan-harapan kecil yang perlahan memudar.
Bagi warga seperti Eliya, Sanusi, Fatimah, hingga Rusli dan Babe, hidup di kawasan yang selalu banjir bukan sekadar soal bencana, tapi soal bertahan.
Dengan harapan bahwa suatu hari, mereka bisa menyambut musim hujan tanpa harus berkemas untuk mengungsi.
(Reporter: Lidia Pratama Febrian, Hanifah Salsabila,| Editor: Larissa Huda, Akhdi Martin Pratama)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/07/686b5f83b4205.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)