Badan Geologi Sebut Erupsi Gunung Lewotobi Ancam Pemukiman Penduduk. Bandung 23 September 2025

Badan Geologi Sebut Erupsi Gunung Lewotobi Ancam Pemukiman Penduduk.
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        23 September 2025

Badan Geologi Sebut Erupsi Gunung Lewotobi Ancam Pemukiman Penduduk.
Tim Redaksi
BANDUNG, KOMPAS.com
– Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini berada pada status aktivitas awas atau level IV, yang menunjukkan potensi ancaman erupsi yang dapat mengganggu pemukiman penduduk di sekitarnya.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Geologi, M Wafid, dalam konferensi pers yang digelar di Badan Geologi pada Selasa (23/7/2025).
Wafid menjelaskan, pada tingkat aktivitas awas, hasil pengamatan visual dan instrumental menunjukkan adanya peningkatan signifikan kegiatan vulkanik, yang dapat berujung pada erupsi.
“Ancaman bahaya erupsi dapat meluas dan mengancam pemukiman penduduk,” tegasnya.
Karakteristik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, terdiri dari erupsi eksplosif yang menghasilkan lontaran material pijar dan endapan abu, serta erupsi magmatis yang dapat menghasilkan kubah lava, aliran lava, dan awan panas.
Berdasarkan catatan sejarah, gunung ini memiliki periode erupsi antara 1 hingga 29 tahun, dengan periode terpendek antara 1-7 tahun dan periode terpanjang antara 18-29 tahun.
“Indeks kekuatan letusan atau Volcano Explosivity Index berkisar antara 1-3,” ujarnya.
Aktivitas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dimulai sejak Desember 2023, dan hingga kini telah mengalami beberapa perubahan tingkat aktivitas, baik kenaikan maupun penurunan.
“Tingkat aktivitas Gunung Lewotobi ditetapkan di tingkat awas pada tanggal 19 September 2025 dan masih bertahan hingga saat ini,” kata Wafid.
Hasil pengamatan Badan Geologi menunjukkan, gunung tersebut terlihat jelas meskipun tertutup kabut.
Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas yang bervariasi, tinggi sekitar 20 hingga 3.000 meter dari puncak.
Angin bertiup lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, barat daya, dan barat laut, dengan suhu udara berkisar antara 17-40 derajat Celsius.
“Terjadi letusan dengan tinggi 800-6.000 meter dari puncak, kolom abu letusan berwarna kelabu. Terjadi guguran, namun secara visual jarak dan arah luncuran tidak teramati,” tambahnya.
Berdasarkan pengamatan kegempaan pada periode 15-21 September 2025 hingga pukul 18.00 WIT, terdeteksi 30 kali gempa letusan, 5 kali gempa guguran, 46 kali gempa hembusan, dan beberapa jenis gempa lainnya.
“Kondisi ini menegaskan bahwa suplai magma masih berlangsung, meskipun intensitas letusan tampak lebih variatif. Pola energi kumulatif kegempaan juga menunjukkan peningkatan, yang mengindikasikan akumulasi tekanan di dalam sistem magmatik,” jelasnya.
Badan Geologi mengimbau masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana agar mewaspadai potensi banjir lahar jika terjadi hujan lebat.
Terutama di daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen.
Wafid juga menyarankan warga untuk menggunakan masker guna melindungi saluran pernapasan ketika terjadi hujan abu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.