Baca Dulu Baru Berenang, Cara Unik Ciciek dan Suami Tingkatkan Minat Baca di Jember Lewat Tanoker Raspati
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Gemercik air kolam seluas 21×8 meter mengiringi canda tawa anak-anak desa di kaki Gunung Raung yang berenang di Kolam Renang Baca Tanoker Raspati, di Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember
Kolam renang tersebut ibarat surga bermain bagi mereka yang kerap datang sepulang sekolah. Anak-anak TK, SD, SMP, bahkan tingkat SMA pun bermain di sana.
Mereka tahu apa yang harus dilakukan sebelum berenang, yakni membaca satu buku dari perpustakaan Tanoker yang dipenuhi dengan berbagai genre buku anak.
Membaca merupakan syarat jika mereka ingin berenang gratis di Kolam Renang Baca Tanoker Raspati.
Setelah membaca, mereka akan diminta mempresentasikan isi buku yang telah dibaca kepada pendamping yang berjaga.
Budaya itu tercipta dari sepasang suami istri bernama Farha Ciciek dan Supoharjo sekaligus pendiri komunitas Tanoker Ledokombo sejak 15 tahun lalu.
Ciciek menyebutnya sebagai literasi air, pendekatan yang dilakukan demi budaya membaca di desanya terwujud.
“Paling tidak anak-anak seminggu sekali membaca, karena iklim di keluarga dan mungkin di lembaga pendidikan secara umum belum memasyarakatkan budaya membaca,” kata aktivis perempuan dan anak itu.
Ia dan suaminya sangat menyukai membaca dan meyakini bahwa buku adalah jendela dunia.
Sadar bahwa literasi Indonesia rendah, maka pendekatan yang dilakukan pun harus menyenangkan.
Berenang adalah semangat awal yang dibawa dari rumah, membaca memang terkadang menjadi sebuah jalan satu-satunya yang terpaksa dilakukan agar bisa bermain di kolam renang.
Namun, lambat laun, kata Ciciek, hal yang tak disukai itu perlahan berubah.
Momen bagaimana anak-anak di desanya mampu menceritakan kembali dan menjadikan buku itu sebagai dialog kecil adalah hal yang emosional baginya.
“Kadang-kadang juga mengekspresikannya dalam bentuk pantun dan puisi,” ujar perempuan kelahiran Ambon itu kepada
Kompas.com.
Ciciek menyebut perpustakaan dengan koleksi buku yang juga donasi dari banyak pihak itu sebagai taman baca masyarakat (TBM). Dari dalam maupun luar negeri.
Awalnya, kolam renang yang lebih tampak seperti kolam ikan berukuran 4×4 pada masa awal Tanoker berdiri 2010 telah mengundang antuasiasme anak-anak sekitar.
Makin ramai, banyak di antaranya yang memohon kepada Ciciek dan Supo untuk membuat yang lebih luas dan bagus seperti di pusat Kota Jember.
“Puji syukur ada rezekinya, ada aja jalannya, sehingga dreams come true, kolam renang yang menjadi kebanggaan Ledokombo, menjadi kebahagiaan anak-anak terwujud dengan gandeng tangan berbagai pihak,” kata Ciciek yang menyebut itu adalah bagian dari hak anak.
Dua kolam renang yang lebih luas pun terwujud 2018. Makin ramai anak-anak yang datang membudayakan literasi air, mereka memiliki kartu anggotanya masing-masing, catatan bacaan mereka terarsip rapi.
Ciciek juga menggalakkan Rabu Membaca. Siang sepulang sekolah, anak-anak akan datang untuk membaca bersama, berdialog dan presentasi di pelataran Tanoker.
Ada alat musik jimbe dan gendang di dalam perpustakaan, di depan TBM ada egrang yang turut dimainkan bersama.
Satu kali, anak-anak pernah diajak oleh putra sulung Ciciek membaca di Kuburan China tak jauh dari Tanoker.
Cicek menceritakan bagaimana Tanoker juga menularkan semangat toleransi kepada anak-anak desanya.
Perempuan berdarah Arab dan Jawa itu memandang bahwa kebiasaan bermain
gadget
bisa dipecah melalui olahraga renang. Kolam renang menjadi sarana membaca dan melupakan sejenak game
online.
Kini TBM Tanoker memiliki banyak pendamping. Ibu-ibu yang berasal dari Sekolah Eyang juga kerap hadir.
Bagi mereka semboyan “cucumu cucuku cucu kita semua” juga termasuk dalam menggiatkan budaya literasi air.
“Bagian dari pengasuhan gotong royong yang menjadi sesuatu yang dikembangkan Tanoker. Jadi ruang literasi ini adalah bentuk dari satu wadah mendidik anak-anak kita semua di Kecamatan Ledokombo supaya meningkat kemampuan literasinya, menjadi anak-anak dengan masa depan yang membanggakan,” kata Ciciek.
Kegiatan rutin di Utara Jember itu menjadi langkah kecil yang sudah dilakukan belasan tahun.
Mereka yang datang tak hanya anak-anak Desa Ledokomba, tetapi juga dari desa-desa di sekitarnya, seperti Suberlesung, Sumberbulus, dan Lembengan.
Suasana hijau dan Tanoker selalu disulap menjadi taman bermain yang menyenangkan. Anak-anak tanpa sadar belajar dan mereka tumbuh di dalamnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Baca Dulu Baru Berenang, Cara Unik Ciciek dan Suami Tingkatkan Minat Baca di Jember Lewat Tanoker Raspati Surabaya 11 Agustus 2025
/data/photo/2025/08/11/68996259f26b4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)