Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Awal 2025, Ada 293 Kasus DBD di Jember, 56 Orang Positif dan Satu Meninggal Dunia – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Awal 2025, Ada 293 Kasus DBD di Jember, 56 Orang Positif dan Satu Meninggal Dunia

Awal 2025, Ada 293 Kasus DBD di Jember, 56 Orang Positif dan Satu Meninggal Dunia

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember, Jawa Timur telah menerima 293 laporan kasus dengue per 14 Januari 2025.

Ratusan laporan tersebut setelah dilakukan pemeriksaan medis.

Ditemukan 56 pasien dinyatakan terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) di awal tahun ini.

Selain itu, dari puluhan pasien yang terkena DBD ini. Satu orang dinyatakan meninggal dunia akibat gigitan nyamuk aedes aegypti di Kabupaten Jember..

Jika dibandingkan awal tahun lalu, jumlah pasien yang terjangkit DBD ini lebih tinggi. Mengingat minggu kedua Januari 2024 kemarin, terdapat 54 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinskes) Jember, dr Hendro Soelistijono, mengatakan total pasien DBD di 2024 mencapai 1.627 kasus. Sementara pada pertengahan Januari 2025 sudah ada 293 laporan kasus, dan ditemukan 56 orang terkena gigitan nyamuk itu.

“Satu kasus meninggal meninggal dunia berada di wilayah kecamatan Tanggul Jember karena keterlambatan penanganan. Pasien meninggal di RS Jatiroto Lumajang,” ujarnya, Sabtu (18/1/2025).

Menurutnya, puncak terjadinya DBD diprediksi akan berlangsung pada Maret-April 2025 menjelang akhir musim penghujan. Sehingga masyarakat harus lebih memperhatikan genangan air di sekitar.

“Mohon semua warga tahu bahwa demam berdarah itu penyebabnya adalah genangan. Mohon masyarakat melakukan pembersihan sarang nyamuk secara rutin, minimal seminggu sekali,” imbuh dr Hendro.

dr Hendro mengakui banyak laporan permintaan fogging. Namun Dinkes Jember perlu melakukan analisa epidemiologi dahulu, untuk menghitung angka bebas jentik di tempat tinggal pasien terpapar DBD.

“Kalau angka bebas jentiknya rendah baru kami lakukan fooging. Karena meskipun ada penderita, tapi angka bebas jentiknya 100 persen, rugi kalau di fogging. Harus ada jentik yang ditemukan,” ulasnya. 

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi D DPRD Jember Ahmad Dhofir Syah mengaku, menerima laporan ada 10 pasien baru di Puskesmas Curahnongko Kecamatan Tempurejo mengalami gejala DBD kemarin.

“Insyallah senin akan dilakukan tindakan, dengan assesment untuk fogging melalui deteksi jentik nyamuk. Serta melokalisir agar tidak terjadi penyebaran,” tanggapnya.

Dhofir meminta, Dinkes Jember lebih aktif jemput bola di masyarakat, untuk mengedukasi mereka tentang DBD sebagai pencegahan. Mengingat, kasus ini diperkirakan bertambah hingga Maret-April 2025.

“Jangan sampai menunggu adanya ledakan kasus. Kami tekankan kepada Dinkes dan 50 Puskesmas agar lebih proaktif,” pintanya.

Legislator Fraksi PKS ini menjelaskan, penderita DBD tidak selalu mengalami pendarahan. Karena ada perubahan gejala sejak tiga hingga lima tahun terakhir.

“Kalau dulu kalau ada virus demam berdarah di dalam tubuh, itu yang diganggu adalah proses pembekuan darah atau trombosit. Jadi gampang dilihat, ketika mimisan, keluar darah dari gusi atau keluar bintik merah di kulit pasien,” ucap Dhofir.

Sementara ini, gejalanya persis dengan penyakit tipes. Kata Dhofir, pasien mengalami demam tinggi hingga menggigil selama empat hari.

“Cuma kalau tipes kan sehari demam besoknya turun lagi, terus demam lagu. Tetapi kalau demam berdarah itu tubuhnya terus panas meskipun diberi obat penurun panas, tetap panas hingga empat hari,” katanya.

Setelah empat hari pasien mengalami demam tinggi. penderita akan mengalami gejala tambahan pada tubuhnya, seperti mual dan muntah.

“Jadi tidak langsung menunjukan perdarahan. Sehingga sekarang ada perubahan gejala, kemungkinan jenis nyamuknya sama, tetapi dia sudah berkembang biak,” tutur Dhofir lagi.

Merangkum Semua Peristiwa