Author: Liputan6.com

  • Pesantren di Perbatasan Jember-Bondowoso Ini Rayakan Idul Fitri Lebih Awal Sehari dari Penetapan Pemerintah

    Pesantren di Perbatasan Jember-Bondowoso Ini Rayakan Idul Fitri Lebih Awal Sehari dari Penetapan Pemerintah

    Liputan6.com, Jember – Pondok Pesantren Mahfilud Dluror yang ada di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk menggelar salat Idul Fitri pada hari ini, Minggu (30/3/2025) atau sehari lebih awal dari versi yang ditetapkan pemerintah. 

    Meski berlebaran lebih awal sehari, jumlah puasa yang dijalani pesantren ini tetap 30 hari, seperti halnya lebaran versi pemerintah. Sebab, Pondok Pesantren Mahfilud Dluror menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan pada 28 Februari 2025, atau sehari lebih awal dari versi pemerintah. 

    Penetapan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Mahfilud Dluror ini tidak hanya diikuti oleh santri dan juga warga yang ada di Desa Suger, Jember. Namun juga sejumlah desa yang ada di Kecamatan Maesan, Bondowoso. Sebab, Desa Suger merupakan desa di Jember yang berbatasan langsung dengan Bondowoso. 

    Penetapan awal puasa dan Idul Fitri maupun Idul Adha yang berbeda dengan versi pemerintah, bukan hal baru bagi santri dan masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Mahfilud Dluror. 

    Menurut KH Ali Wafa, pemimpin pesantren, pihaknya memiliki dasar perhitungan tersendiri dalam menetapkan awal puasa dan lebaran. Yakni berdasarkan sistem perhitungan (hisab) yang merujuk pada kitab Najhatul Majalis, karya Syaikh Abdurrahman As-Sufuri Asy-Syafii. Sistem tersebut bernama sistem Khumasi.

    “Di pesantren ini, insyaallah sudah dilakukan sejak tahun 1911, saat pesantren ini didirikan oleh kakek saya, KH Muhammad Sholeh. Beliau berguru kepada KH Abdul Hamid Misbat, dari Pondok Pesantren Banyuanyar, Madura,” tutur Lora Ali Wafa, Minggu (30/3/2025)

    Kata Khumasi yang dalam bahasa Indonesia berarti lima, merujuk pada cara menetapkan awal puasa dan lebaran selisih lima hari dari penetapan tahun sebelumnya. Sistem ini dikemukakan oleh Imam Ja’far Ash-Shodiq, salah satu keturunan Nabi Muhamamd SAW.

    “Kitab Najhatul Majalis ini setebal 246 halaman, isinya berbagai hal seputar fiqh (hukum Islam), tak hanya soal awal puasa dan lebaran,” papar KH Ali Wafa.

    Karena menggunakan perhitungan tanpa melihat bulan (rukyatul hilal), KH Ali Wafa sudah dapat menetapkan awal bulan Ramadan dan Syawal lama. 

    “Saya biasa berijtihad untuk menghitung penetapan awal puasa dan Syawal untuk jangka waktu 8 tahun,” tutur pria yang juga akrab disapa Lora Ali.

    Lora merupakan panggilan kehormatan dalam masyarakat Madura untuk menyapa putra kiai atau tokoh agama.

     

    Menilik Ritual Salat Idul Fitri Penganut Islam Aboge di Banyumas

  • Kisah Rebana dan Belajar Keberagaman dari Pemuda Abe Pantai Jayapura

    Kisah Rebana dan Belajar Keberagaman dari Pemuda Abe Pantai Jayapura

    Liputan6.com, Jayapura – Rebana merupakan alat musik tradisional yang memiliki makna sebagai simbol budaya, kebersamaan, dan syiar Islam. Rebana menjadi bagian pendidikan spiritual dan budaya.

    Bagi pemuda di Abe Pantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, rebana bukanlah alat musik yang asing buat mereka. Di saat sebagian besar anak muda gemar memainkan game di ponsel pintarnya, bagi pemuda di Abe Pantai, bermain rebana justru lebih mengasyikan.

    “Dengan bermain rebana, kita juga banyak bertemu teman, bahkan bisa ngobrol apapun juga. Ya, sedikit banyak juga ngobrol soal game,” kata Ketua Remaja Masjid Jami Al Fatah Abe Pantai, Riski Ramadhan Waroy, pemuda berdarah campuran Selayar–Serui yang tinggal di Kampung Abe Pantai.

    Bermain rebana menjadi waktu yang ditunggu banyak pemuda di kampung ini. Waktu latihan biasanya dilakukan setiap hari Sabtu. 

    “Yang aktif saat ini ada 15 orang, tapi yang ada di dalam grup ada 30-an orang,” jelasnya. 

    Riski menjelaskan ada tiga generasi yang paham cara menabuh rebana. Generasi tua yang saat ini tersisa tinggal 10 orang. “Kami bersyukur, generasi tua, kitorang (kami) pu (punya)  tete-tete (kakek) ini yang  kadang masih ikut main, melatih kita dan mengajarkan bagaimana cara menabuh rebana yang baik,” katanya.

    Generasi yang saat ini ikut bermain rebana juga sudah banyak menyentuh anak-anak yang masih belajar di sekolah dasar.

    Riski berkisah, anak muda yang memainkan rebana juga dari berbagai suku di Indonesia, mulai dari Fakfak, Biak, Kepulauan Yapen, Selayar, Buton, Bugis, dan Mamberamo Raya.

    Bahkan, pemuda di Abe Pantai sudah turun temurun bermain rebana sejak nenek moyang mereka. 

    Bukan secara kebetulan pula, Kampung Abe Pantai memiliki masjid tertua kedua di Kota Jayapura. Namanya Masjid Jami Al Fatah Abe Pantai. Masjid ini dibangun oleh keluarga berdarah Kei pada 1943, tepatnya saat Belanda masih menguasai Tanah Papua. Masjid ini dibangun karena banyaknya keluarga muslim di Abe Pantai dan belum memiliki tempat ibadah.

    Masjid inilah yang digunakan pemuda di Abe Pantai untuk tempat berkumpul dan bermain rebana.

    “Dengan bermain rebana juga mengajarkan kita bertoleransi dengan keberagaman suku yang ada di Abe Pantai. Sampai sekarang kami tetap menjaga kebersamaa itu,” Riski menambahkan. 

  • Tren Pencurian Jelang Lebaran era Kolonial Belanda, Bodo Syawal Udan Maling

    Tren Pencurian Jelang Lebaran era Kolonial Belanda, Bodo Syawal Udan Maling

    Saban tahun menjelang lebaran, berita kriminal seperti pencurian selalu menghiasi sejumlah koran-koran berbahasa Belanda. Berikut ini adalah berita pencurian jelang lebaran di sejumlah daerah pada masa Kolonial Belanda.

    Koran De Locomotief, terbitan 30 Oktober 1874 memberitakan terjadi upaya pencurian selama enam hari berturut-turut di Kampung Tawang Bugisan, Semarang, Jawa Tengah. Petugas keamanan sigap menggagalkan pencurian meski pelakunya tak berhasil ditangkap.

    Surat kabar berkantor di Semarang itu menggambarkan maraknya pencurian jelang lebaran dengan mengutip pepatah Bodo Syawal Udan Maling, kira-kira berarti Lebaran Jadi Musim Maling. Kepala desa setempat diimbau aktif menjaga keamanan kampung guna mencegah pencurian.

    Koran De Indische Courant pada edisi 18 November 1937 menuliskan, pemerintah perlu melakukan upaya pencegahan meningkatnya kasus kejahatan jelang lebaran di Surabaya. Kepolisian bahkan menangkap gelandangan yang dianggap dapat membuat suasana kota tidak aman saat lebaran yang jatuh pada 5 Desember.

    De Locomotief pada 30 November 1937 mengabarkan jelang lebaran aksi pencurian marak terjadi di kampung-kampung di Nganjuk, Jawa Timur. Maling menggasak peralatan pertanian, hasil panen, pakaian, vas sampai lukisan. Barang-barang tersebut dinilai mudah dijual sehingga pencurinya bisa cepat mendapat uang.

    Pemberitaan sejumlah koran-koran Belanda itu menggambarkan bahwa meningkatnya angka kriminalitas jelang lebaran telah terjadi sejak masa lalu. Pasca kemerdekaan, isu keamanan berupa maraknya peristiwa kejahatan jelang momen Idul Fitri pun terus berlanjut.

     

  • 5 Fakta Jiraiya dalam Anime Naruto yang Jarang Orang Ketahui

    5 Fakta Jiraiya dalam Anime Naruto yang Jarang Orang Ketahui

    Liputan6.com, Yogyakarta – Jiraiya dikenal sebagai salah satu ninja terkuat dari desa Konoha. Bersama Orochimaru dan Tsunade, dia membentuk trio legendaris sannin yang disegani.

    Selain ahli dalam pertarungan, Jiraiya berperan penting sebagai mentor Naruto Uzumaki dan mengajarinya berbagai teknik ninja. Karakter ini mengakhiri hidupnya secara heroik setelah bertarung melawan Pain, pemimpin organisasi kriminal Akatsuki.

    Sebelum gugur, Jiraiya sempat menyampaikan informasi penting tentang musuh kepada Naruto, warisan terakhirnya untuk sang murid. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima fakta tentang Jiraiya yang jarang orang ketahui:

    1. Sannin Legendaris

    Jiraiya dikenal luas baik di dalam maupun luar Konoha sebagai salah satu dari tiga sannin legendaris. Julukan sannin (artinya tiga ninja) diberikan kepada Jiraiya bersama dua rekannya, Orochimaru dan Tsunade, setelah mereka bertahan hidup dalam pertempuran melawan Hanzo Salamander dari Amegakure.

    Ketiganya merupakan murid langsung dari Hokage Ketiga, Hiruzen Sarutobi, yang melatih mereka sejak masih kecil. Meski berasal dari angkatan yang sama, ketiga sannin memiliki keahlian dan kepribadian yang berbeda.

    Jiraiya dikenal sebagai ahli ninjutsu dan spesialis teknik elemen api serta katak, Orochimaru menguasai berbagai teknik terlarang, sementara Tsunade unggul dalam teknik medis. Reputasi mereka sebagai sannin membuat nama Konoha semakin disegani di dunia ninja.

    2. Tidak Punya Official Rank di Manga

    Berbeda dengan kebanyakan shinobi di dunia Naruto yang memiliki pangkat resmi seperti genin, chunin, atau jonin, Jiraiya justru tidak memiliki ranking resmi dalam manga. Statusnya hanya dikenal sebagai sannin, gelar kehormatan yang diberikan kepada tiga ninja legendaris Konoha.

    Fakta ini cukup mengejutkan mengingat pengalaman dan kemampuan Jiraiya yang jauh melebihi level jonin biasa. Kemungkinan besar, dia melewatkan ujian kenaikan pangkat karena lebih sering menjalani misi rahasia di luar desa.

    Selain itu, gelar sannin sendiri sudah menjadi bukti kehebatannya sehingga ranking formal dianggap tidak diperlukan. Meski tanpa pangkat resmi, Jiraiya tetap diakui sebagai salah satu ninja terkuat Konoha.

    3. Sering Berkelana Sendirian

    Sebagai seorang ninja pengembara, Jiraiya lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Konoha dibandingkan di dalam desa. Kebiasaan ini membuat kehadirannya di kampung halaman menjadi sangat jarang.

    Pola hidup nomaden tersebut menjadi salah satu alasan mengapa dia tidak memiliki ranking resmi dalam sistem administrasi ninja Konoha. Aktivitas pengembaraan Jiraiya bukan tanpa tujuan.

    Selama berkelana, dia menjalankan berbagai misi rahasia, mengumpulkan intelijen penting, sekaligus menulis seri novel yang kemudian terkenal di seluruh dunia ninja. Perjalanannya ke berbagai negara juga memberinya kesempatan untuk mengembangkan teknik baru dan memperluas jaringan informan.

     

  • Menggema di Penjuru Kota, Koko’o Gorontalo Sambut Idulfitri dengan Keunikan Budaya

    Menggema di Penjuru Kota, Koko’o Gorontalo Sambut Idulfitri dengan Keunikan Budaya

    Liputan6.com, Gorontalo – Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail bersama Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie secara resmi melepas ribuan peserta tradisi koko’o di depan Rumah Jabatan Gubernur, Minggu dini hari (30/3/2025).

    Tradisi khas Ramadan ini mengambil rute dari Rumah Jabatan Gubernur hingga Kelurahan Talumolo, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo.

    Koko’o adalah alat musik tradisional berbahan bambu yang menyerupai kentongan dan dimainkan dengan cara dipukul. Tradisi ini telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat Gorontalo sebagai penanda waktu sahur selama bulan suci Ramadan.

    “Malam ini kita bersama-sama membunyikan koko’o sebagai bagian dari kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Ini adalah momentum sahur terakhir Ramadan 1446 Hijriah yang penuh makna,” ujar Gubernur Gusnar dalam sambutannya.

    Antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan koko’o sangat tinggi. Ribuan peserta, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, turut serta dalam tradisi ini. Mereka berjalan kaki, menggunakan kendaraan roda dua, hingga menaiki mobil kontainer yang dihiasi dengan berbagai ornamen khas Gorontalo.

    “Ramadan akan segera berakhir. Mari kita bersama-sama memohon agar amalan puasa kita diterima oleh Allah Swt. Semoga kita diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadan 1447 Hijriah,” tambah Gusnar.

    Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie menegaskan bahwa tradisi koko’o perlu terus dilestarikan agar tetap menjadi bagian dari identitas budaya Gorontalo. Bahkan, ke depan tradisi ini akan dikembangkan menjadi agenda wisata religi.

    “Koko’o adalah warisan budaya yang patut kita banggakan. Insya Allah tahun depan kita akan menyelenggarakan Festival Koko’o agar tradisi ini semakin dikenal luas dan menjadi daya tarik wisata religi di Gorontalo,” ungkap Idah.

    Sebagai penutup, Gubernur Gusnar Ismail mewakili Pemerintah Provinsi Gorontalo, keluarga, dan pribadi, menyampaikan ucapan selamat Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah kepada seluruh masyarakat.

    “Minal Aidin Walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah Swt. dan dapat menyambut Idulfitri dengan penuh kebahagiaan,” tutupnya.

     

    Tradisi Unik Usai Tarawih Penganut Aboge di Masjid Saka Tunggal Banyumas

  • Mengenal Museum Ranggawarsita, Destinasi Wisata Edukasi di Semarang

    Mengenal Museum Ranggawarsita, Destinasi Wisata Edukasi di Semarang

    Liputan6.com, Bandung – Mengunjungi museum masih menjadi ide menarik bagi keluarga yang ingin menikmati wisata edukasi sekaligus menghibur. Museum menawarkan pengalaman unik yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga menambah wawasan.

    Dengan berbagai koleksi sejarah, budaya, hingga sains membuat museum menjadi tempat ideal bagi anak-anak maupun orang dewasa untuk belajar secara interaktif. Selain sebagai tempat edukasi, museum juga menawarkan hiburan yang menarik.

    Banyak museum kini menghadirkan teknologi canggih seperti augmented reality (AR) dan instalasi seni digital yang membuat pengalaman berkunjung semakin seru. Beberapa museum bahkan menyediakan area bermain interaktif untuk anak-anak.

    Salah satu daya tarik utama museum adalah harga tiket yang relatif terjangkau dibandingkan dengan tempat wisata lainnya. Dengan biaya yang ekonomis, pengunjung bisa menikmati berbagai koleksi dan fasilitas yang tersedia.

    Beberapa museum bahkan menawarkan tiket masuk gratis atau diskon khusus bagi pelajar dan keluarga menjadikannya pilihan wisata yang ramah di kantong. Museum bisa menjadi tempat yang tepat untuk mempererat hubungan keluarga.

    Melalui pengalaman bersama orang tua dan anak-anak bisa berdiskusi tentang sejarah, seni, atau ilmu pengetahuan yang mereka temui. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan ikatan keluarga tetapi juga merangsang rasa ingin tahu anak terhadap dunia di sekitarnya.

    Adapun bagi masyarakat Semarang, terdapat satu destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi yaitu Museum Ranggawarsita.

  • Perayaan Idulfitri 2025 di Sulut, BMKG Prediksi Terjadi Cuaca Ekstrem

    Perayaan Idulfitri 2025 di Sulut, BMKG Prediksi Terjadi Cuaca Ekstrem

    Liputan6.com, Manado – Umat Islam merayakan Idulfitri pada, Senin (31/3/2025). Sementara itu, pihak BMKG Sulut memprediksi bahwa cuaca ekstrem bakal terjadi hingga perayaan Hari Raya Lebaran tersebut.

    Perayaan Idulftiri ini bakal diawali dengan salat id yang tersebar di 152 titik di 11 kecamatan yang ada di Kota Manado. Sedangkan Gubernur Sulut Yulius Selvanus diagendakan akan hadir di Lapangan Sparta Tikala Manado yang merupakan salah satu lokasi salat id.

    “Gubernur akan hadir di Lapangan Sparta Tikala Manado pada Senin pagi,” ungkap pihak protokoler Setdaprov Sulut, Minggu (30/3/2025) malam.

    Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga mewaspadai potensi cuaca ekstrem hingga beberapa hari ke depan di Sulut.

    “BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem hingga 31 Maret 2025,” kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Astrid Lasut.

    Dia mengatakan hingga periode tersebut diperkirakan cuaca ekstrem dapat terjadi di beberapa daerah hingga sebagian besar wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Sulut.

    Karena itu dia berharap warga tetap waspada dan berhati-hati apabila melakukan aktivitas saat cuaca ekstrem, karena dapat menyebabkan banjir, tanah longsor ataupun pohon tumbang.

    “BMKG berharap warga mewaspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang,” kata Astrid.

    Dia mengatakan, pada 31 Maret 2025, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi di Kabupaten Minahasa, Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

     

    Ngeri, Detik-detik Puting Beliung Memporakporandakan SPBU Ambarawa

  • Ronjok Sayak, Tradisi Masyarakat Bengkulu dalam Meyambut Idulfitri

    Ronjok Sayak, Tradisi Masyarakat Bengkulu dalam Meyambut Idulfitri

    Liputan6.com, Bengkulu – Ronjok sayak adalah tradisi Lebaran yang berkembang di Bengkulu. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Serawai.

    Suku Serawai adalah suku bangsa terbesar kedua di Bengkulu. Mereka sebagian besar mendiiami Kabupaten Bengkulu Selatan, yaitu Kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim.

    Adapun ronjok sayak biasanya dilaksanakan saat malam takbiran. Ini adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk setinggi satu meter.

    Hal ini sesuai dengan nama sayak yang digunakan pada tradisi ini yang berarti batok kelapa. Kemeriahan ronjok sayak dalam menyambut Idulfitri setara dengan pawai obor, pesta kembang api, maupun festival lainnya.

    Tradisi membakar batok kelapa ini dikenal dengan nama bakar gunung api. Beberapa orang melaksanakannya saat malam takbiran, tetapi versi lain mengatakan bahwa tradisi ini juga dilakukan pada tanggal ke-27 Ramadan.

    Hampir setiap halaman rumah di Bengkulu membakar gunung batok ini. Tak hanya satu, ada juga yang membakar lebih dari satu gunung batok.

    Masing-masing masyarakat bersiap membakar gunung batok di halaman rumahnya. Lalu setelah isya, mereka mulai membakarnya secara serentak.

    Meski kemeriahannya mirip dengan pesta kembang api, tetapi ronjok sayak tak dilakukan dengan sorak sorai dan tawa kebahagiaan. Ronjok Sayak justru dilaksanakan dengan penuh khidmat.

    Selama pembakaran gunungan batok, mereka akan memanjatkan doa-doa. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat suku Serawai yang menganggap aktivitas membakar gunung batok sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.

    Mereka juga percaya bahwa ronjok sayak bisa menjadi penghubung doa-doa yang dikirimkan untuk arwah keluarga dan leluhur yang telah tiada. Tradisi yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu ini masih dilestarikan hingga sekarang.

    Penulis: Resla

  • Puncak HUT 25 Tahun, BMI Berkomitmen Rekrut Generasi Muda untuk Besarkan PDIP – Page 3

    Puncak HUT 25 Tahun, BMI Berkomitmen Rekrut Generasi Muda untuk Besarkan PDIP – Page 3

    Di tempat yang sama, Ketua Bidang Kehormatan DPP BMI, Muhammad Narendra Kiemas menyampaikan, bahwa selama 25 tahun BMI telah meneguhkan dirinya sebagai organisasi sayap partai yang bergerak di isu-isu kerakyatan, khususnya kepemudaan.

    Hal itu dibuktikan oleh BMI dengan menjalankan program JAGA REPUBLIK (JAREK) yang menjadi manifesto gerakan Banteng Muda Indonesia di seluruh Indonesia.

    “Kita memiliki program JAREK, diantaranya ada Jaga Disabilitas (Jagad), Jaga UMKM, Jaga Wisata, Jaga Perempuan Indonesia (Japri), dan lain sebagainya. Program-program ini yang telah dijalankan oleh kawan-kawan DPD dan DPC BMI seluruh Indonesia untuk membumikan ajaran Bung Karno dan PDI Perjuangan,” kata Narendra.

    Dia menegaskan, bahwa sebagai organisasi sayap pemuda PDIP, BMI akan bekerja keras mengepakkan sayapnya untuk membawa partai berlambang banteng bermoncong putih itu semakin berjaya.

    Untuk diketahui, acara puncak HUT BMI ke-25 tahun ini dihadiri oleh Wakil Bendahara Umum DPP PDIP Yuke Yurike, deklarator atau pendiri BMI, serta pengurus DPD dan DPC BMI seluruh Indonesia secara daring.

    Dalam kegiatan yang dihadiri puluhan penyandang disabilitas dan UMKM binaan BMI tersebut, DPP BMI juga memberikan santunan kepada ratusan anak yatim, piatu, dan dhuafa.

    Selain itu, BMI juga meluncurkan jaket terbarunya yang di desain hasil dari sayembara kader muda BMI.

    Acara tasyakuran HUT BMI ditutup dengan memberikan bantuan pembinaan kepada komunitas seni grafis dan komunitas rumah bintang yang selama ini mendampingi anak-anak penyintas HIV di Jakarta.

  • Mudik Lebaran 2025, Stasiun Bekasi Catat Rekor Penumpang KA Jarak Jauh Tertinggi – Page 3

    Mudik Lebaran 2025, Stasiun Bekasi Catat Rekor Penumpang KA Jarak Jauh Tertinggi – Page 3

    Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2025 atau 1 Syawal 1446 Hijriah di Indonesia jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    Sidang isbat penentuan awal Syawal 1446 Hijriah yang dipimpin langsung Menteri Agama Nasaruddin Umar pada Sabtu, 29 Maret 2025.

    “Disepakati bahwa 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada hari Senin, tanggal 31 Maret 2025,” kata Nasaruddin usai sidang isbat, Sabtu 29 Maret 2025.

    Sebelumnya, penetapan Idul Fitri 2025 atau 1 Syawal 1446 H diperkirakan akan seragam jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.

    Muhammadiyah telah menetapkan tanggal tersebut lebih awal dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, sementara NU dan pemerintah masih menunggu hasil pemantauan hilal yang akan diumumkan dalam sidang isbat.

    Keseragaman penetapan ini menjadi perhatian karena selama beberapa tahun terakhir, sering terjadi perbedaan dalam penetapan di kalangan masyarakat.

    Menurut Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, sidang isbat akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Maret 2025, dan akan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar. Sidang tersebut dijadwalkan dimulai pada sore hari, tepatnya pukul 16.30 WIB, yang diawali dengan seminar mengenai posisi hilal, kemudian dilanjutkan dengan sidang isbat.

    Sidang isbat penentuan 1 Syawal 1446 Hijriah akan dilaksanakan pada Sabtu, 29 Maret 2025, bertempat di Auditorium HM. Rasjidi, Kantor Pusat Kemenag, Jakarta Pusat. Proses sidang dimulai sejak sore hari dengan beberapa tahapan yang telah disusun Kementerian Agama agar pelaksanaannya berjalan sistematis dan terkoordinasi dengan baik.

    Rangkaian acara diawali pukul 16.30 WIB dengan seminar posisi hilal. Seminar ini merupakan diskusi teknis dengan para pakar astronomi dan ahli hisab yang memaparkan posisi hilal berdasarkan data hisab astronomi. Setelah itu, menjelang Magrib, peserta sidang melakukan buka puasa bersama dan shalat berjamaah.

    Tahap inti sidang isbat dimulai pada pukul 18.30 WIB secara tertutup, dan akan ditutup dengan konferensi pers sekitar pukul 19.00 WIB oleh Menteri Agama. Pengumuman tersebut merupakan keputusan resmi pemerintah yang menjadi acuan umat Islam di Indonesia dalam menetapkan tanggal Idul Fitri tahun ini.