Author: Liputan6.com

  • Desa Nyatnyono, Destinasi Wisata Religi di Kabupaten Semarang

    Desa Nyatnyono, Destinasi Wisata Religi di Kabupaten Semarang

    Liputan6.com, Semarang – Desa Nyatnyono berada di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata religi terbaik di Kabupaten Semarang yang wajib dikunjungi.

    Mengutip dari laman Visit Jateng, di kawasan Nyatnyono terdapat Makam Waliyullah Syekh Hasan Munadi dan putranya, Syekh Hasan Dipuro. Kedua makam tersebut kerap dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.

    Bahkan, wisatawan luar kota dan luar provinsi juga kerap datang ke makam tersebut. Kawasan wisata religi ini juga berhasil menarik wisatawan mancanegara dari Malaysia dan Singapura.

    Makam tersebut berada di kawasan dataran tinggi lereng Gunung Ungaran. Lokasi tersebut membuat kawasan ini memiliki suasana sejuk dan penuh ketenangan spiritual.
Untuk sampai ke makam, wisatawan perlu berjalan kaki melewati jalur perbukitan yang asri. Biasanya, pengunjung akan membludak pada malam Jumat dan malam selikuran Ramadan.


    Bagi masyarakat sekitar, Syekh Hasan Munadi dikenal sebagai penyebar agama Islam yang datang dari Kerajaan Mataram sekitar abad ke-15 (sekitar tahun 1400 M). Menetap di kaki Gunung Ungaran, Syekh Hasan Munadi diyakini hidup di zaman yang sama dengan Raden Patah dan Sunan Kalijaga dari masa Kesultanan Demak Bintoro.

    Saat ini, makam Syekh Hasan Munadi dan putranya masih terawat dengan baik. Makam keduanya berada di dalam bangunan cungkup berbahan kayu jati asli yang telah berusia ratusan tahun.
Tak jauh dari makam, terdapat Masjid Subulussalam. Konon, masjid ini didirikan oleh Syekh Hasan Munadi sebagai bagian dari syiar Islam.

    Sejak 1985, masjid tersebut telah mengalami beberapa kali renovasi. Namun, unsur asli pada bangunan masjid ini berupa empat tiang saka guru dan mimbar kayu dengan ukiran khas Majapahit masih dipertahankan.

    Tiang-tiang saka tersebut dulunya berasal dari bahan pembangunan Masjid Agung Demak. Sebagai bentuk simbolik, salah satu saka yang akan digunakan di Masjid Agung Demak dikirim ke Ungaran untuk pembangunan masjid ini.

     

  • Legenda Urban: Pasar Bubrah, Pusat Aktivitas Gaib di Gunung Merapi

    Legenda Urban: Pasar Bubrah, Pusat Aktivitas Gaib di Gunung Merapi

    Transaksi di Pasar Bubrah tak jarang melibatkan para pendaki yang ada di sekitar. Terdapat mitos jika seseorang atau pendaki mendengar suara seperti penawaran barang dan semacamnya, maka ia wajib melemparkan barang berharga yang dimilikinya. Jika bukan uang, maka barang berharga yang ditukarkan setidaknya memiliki nilai yang sebanding dengan pertukaran transaksi tersebut.

    Jika tak merespons dan malah mempermainkan sumber suara Pasar Bubrah, maka ia akan diculik ke alam gaib. Ia dianggap telah menyerahkan ruhnya sebagai alat transaksi.

    Konon, Pasar Bubrah juga merupakan bagian dari kerajaan gaib Merapi. Kerajaan ini disebut sebagai Keraton Merapi yang sudah ada sejak zaman Keraton Mataram

    Legenda urban Pasar Bubrah konon juga kerap dikaitkan dengan peristiwa orang tersesat dan kasus orang hilang di kawasan Gunung Merapi. Hingga kini, mitos Pasar Bubrah masih dipercaya oleh sebagian masyarakat dan pendaki.

    Penulis: Resla

  • Dong-dong, Sapi Kurban Presiden Prabowo Siap Disembelih di Masjid Agung Cimahi

    Dong-dong, Sapi Kurban Presiden Prabowo Siap Disembelih di Masjid Agung Cimahi

    Liputan6.com, Bandung – Dong-dong, seekor sapi jenis limousine cross asal Kota Cimahi, Jawa Barat dibeli oleh Presiden Prabowo Subianto untuk disembelih saat momen Idul Adha 1446 Hijriah pada Jumat, 6 Juni 2025. Rencananya, hewan kurban itu akan disembelih di Masjid Agung Kota Cimahi.

    Sapi berbobot 1,2 ton tersebut dibeli Prabowo dari Atep Prunairawan (53), peternak asal Kampung Torobosan, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

    Atep mengaku bangga sapinya yang kini berusia 5 tahun itu terpilih menjadi hewan kurban Prabowo. “Saya merasa bangga untuk tahun ini Pak Presiden Prabowo Subianto mempercayakan sapinya dari Berkah Farm,” ucap Atep dalam keterangannya, dikutip pada Kamis, 5 Juni 2025.

    Sapi yang dibelinya sejak usia 2 tahun lebih itu akhirnya dihargai sekitar Rp120 juta. Dia lantas menceritakan awal mula sapinya terpilih menjadi hewan kurban presiden untuk warga Kota Cimahi.

    “Sekarang sapinya ini usianya 5 tahun, di sini pas dibeli 2 tahun. Harganya hampir Rp120 juta,” ucap Atep.

    Mulanya, Atep yang tergabung dalam Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) mengetahui adanya pendaftaran sapi khusus orang nomor satu di Indonesia itu.

    Dia pun berkoordinasi dengan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi, kemudian mendaftar hingga akhirnya terpilih. Syaratnya pun telah ditentukan, di antaranya memiliki bobot minimal 800 kilogram dan sehat.

    Sebelum terpilih, Dong-dong telah melalui tahap seleksi ketat dan pemeriksaan kesehatan ketat mulai cek darah, penyakit mulut dan kuku (PMK), Lumpy Skin Desease (LSD), dan pemeriksaan feses sehingga hasilnya dinyatakan sehat dan layak untuk hewan kurban presiden.

    Dong-dong mendapatkan perawatan khusus hingga waktu penyembelihan tiba. Pemberian vitamin dan multivitamin hingga perawatan hariannya seperti dimandikan serta pemberian pakan dan konsentrat menjadi rutinitas sapi milik Atep hingga akhirnya memiliki berat 1,2 ton. 

    “Saya juga sudah siapkan sapi untuk tahun depan, mudah-mudahan terpilih lagi jadi sapi kurban untuk Pak Presiden Prabowo,” tutur dia.

     

    Penulis: Arby Salim

     

  • Legenda Urban: Mitos Lembu Suro dan Kaitannya dengan Ritual Wage Keramat di Gunung Kelud

    Legenda Urban: Mitos Lembu Suro dan Kaitannya dengan Ritual Wage Keramat di Gunung Kelud

    Liputan6.com, Kediri – Gunung Kelud di Jawa Timur menyimpan cerita legenda urban terkait mitos Lembu Suro. Konon, Lembu Suro menjadi cikal bakal pelaksanaan tradisi wage keramat.

    Lembu Suro memiliki keterkaitan dengan cerita legenda masa lalu. Dahulu, ada seorang putri Kediri bernama Dewi Kili Suci yang merupakan putri Raja Erlangga pemimpin di Kerajaan Kediri saat itu.

    Dewi Kili Suci memiliki paras cantik dan dikenal sebagai seorang petapa di negeri tersebut. Sehari-hari, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertapa di Gua Selomangkleng yang berada di sisi barat Kediri.

    Berita tentang kecantikan Dewi Kili Suci tersebar hingga ke berbagai penjuru negeri. Para lelaki pun berminat mempersunting sang putri.

    Tak terkecuali dua raja yang berkuasa pada waktu itu, Lembu Suro dan Mahesa Suro. Sesuai julukannya, Lembu Suro digambarkan sebagai seorang raja dengan kepala berbentuk lembu. Sementara itu, Mahesa Suro memiliki kepala berbentuk kerbau.

    Kedua raja tersebut berniat meminang Dewi Kili Suci sebagai permaisuri. Dewi Kili Suci kemudian memberikan syarat kepada Lembu Suro dan Mahesa Suro untuk membuat dua buah sumur di atas puncak Gunung Kelud dalam waktu satu malam. Bukan sekadar sumur, kedua raja itu juga harus membuat masing-masing sumur memiliki aroma wangi dan amis.

    Pemberian syarat ini dimaksudkan sebagai bentuk penolakan halus dari Dewi Kili Suci. Sayangnya, perkiraan sang putri salah. Lembu Suro dan Mahesa Suro berhasil menyelesaikan kedua sumur tersebut sebelum ayam berkokok.

    Dewi Kili Suci kemudian meminta kedua raja tersebut untuk masuk ke dalam sumur yang sudah mereka buat. Tujuannya untuk membuktikan bahwa sumur tersebut memiliki aroma wangi dan amis.

     

  • Legenda Urban: Ritual Kambing Kendit di Ponorogo, Tradisi Bertahan Dua Abad

    Legenda Urban: Ritual Kambing Kendit di Ponorogo, Tradisi Bertahan Dua Abad

    Liputan6.com, Ponorogo – Masyarakat Ponorogo, Jawa Timur, telah melestarikan ritual penyembelihan kambing kendit selama lebih dari dua ratus tahun. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur atas hasil panen, tetapi juga dikaitkan dengan berbagai kepercayaan mistis yang masih diyakini hingga saat ini.

    Mengutip dari berbagai sumber, kambing kendit merupakan jenis kambing dengan ciri khas bulu berwarna hitam dan garis putih melingkar di bagian punggung yang menyerupai sabuk. Ciri fisik yang unik ini menjadikannya hewan istimewa yang kerap digunakan dalam berbagai ritual adat.

    Kambing jenis ini memiliki nilai ekonomi tinggi karena dipercaya membawa berkah spiritual. Prosesi penyembelihan biasanya dilaksanakan pada bulan November, tepatnya pada hari Jumat Legi menurut penanggalan Jawa.

    Ritual dimulai sebelum waktu subuh, sekitar pukul 04.00 WIB, dengan melibatkan hanya kaum laki-laki dalam seluruh proses pemotongan dan pengolahan daging. Bagian kepala, jeroan, dan kulit kambing tidak diolah menjadi makanan, melainkan dilarungkan ke sungai sebagai persembahan bagi makhluk halus yang diyakini menghuni wilayah tersebut.

    Tradisi ini berakar dari kisah Mbah Doplang, seorang tokoh spiritual yang menurut kepercayaan masyarakat berhasil menyalurkan aliran air dari Sumorobangun ke Desa Carangrejo. Masyarakat setempat meyakini bahwa ritual ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan hubungan antara manusia, alam, dan makhluk gaib.

     

  • Mayat Wanita Hamil yang Ditemukan di Kebun Singkong Ternyata Dibunuh Calon Suami

    Mayat Wanita Hamil yang Ditemukan di Kebun Singkong Ternyata Dibunuh Calon Suami

    Menurut keterangan awal dari pelaku S kepada penyidik, motif pembunuhan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa kesal dan emosi. Korban diduga menuduh S menggunakan uang miliknya sebesar Rp 80 juta tanpa izin.

    “Pelaku mengaku emosi karena dituduh mengambil uang korban. Korban juga diketahui tengah hamil saat kejadian,” jelas Kasatreskrim Polres Tulang Bawang, AKP Noviarif Kurniawan, Selasa (3/6/2025).

    Arif bilang, meski pelaku telah mengakui perbuatannya, penyidik masih mendalami kronologi dan motif pembunuhan secara menyeluruh. “Motif awalnya memang karena kesal, tapi kami masih terus lakukan pendalaman,” bebernya.

    Hasil visum awal menunjukkan bahwa korban tewas akibat kekerasan fisik. Namun, polisi masih menunggu hasil autopsi lengkap dari rumah sakit untuk memastikan penyebab kematian secara pasti.

  • Langen Toyo, Seni Kerakyatan di Dusun Sorowangsan

    Langen Toyo, Seni Kerakyatan di Dusun Sorowangsan

    Pada 1960, langen toyo memasuki masa kejayaan. Kesenian ini kerap dipentaskan dalam berbagai hajatan warga, seperti pernikahan, khitanan, serta perayaan Hari Kemerdekaan RI.

    Hingga 2022, pengurus kesenian Langentaya Ngesti Budaya merupakan pengurus generasi keempat. Generasi pertama adalah Kyai Amat Supiyo dan Kyai Irokarjo, generasi kedua Kyai Somorejo dan Kyai Harja Winata, generasi ketiga Kyai Mardi Winata dan Kyai Adi Saryono, serta generasi keempat Sunardi dan Heru Sutrisno.

    Hampir semua pemain langen toyo merupakan keturunan dari pemain generasi sebelumnya. Hingga kini, kesenian langen toyo masih terus dilestarikan sebagai seni budaya turun-temurun Dusun Sorowangsan, Sleman, Yogyakarta.

    Penulis: Resla

  • Kurban Sapi dari Prabowo, DPR Kawal Visa Haji Furoda

    Kurban Sapi dari Prabowo, DPR Kawal Visa Haji Furoda

    Kurban Sapi dari Prabowo, DPR Kawal Visa Haji Furoda

  • Sidang Hasto Kristiyanto, Ahli Pidana Sebut Tak Ada Beban Kesalahan Jika Nama Dicatut – Page 3

    Sidang Hasto Kristiyanto, Ahli Pidana Sebut Tak Ada Beban Kesalahan Jika Nama Dicatut – Page 3

    Fatahillah mengatakan, pihak yang namanya dicatut tentu tidak dapat dibebankan atas kesalahan yang terjadi. Hanya saja, tetap mesti melalui mekanisme pembuktian.

    “Ya harus dibuktikan, kalau hanya membawa nama saja tidak,” ujar dia.

    “Memang kalau dalam kontes itu harus dibuktikan, maka saya tekankan berkali-kali harus ada pengetahuan yang dibuktikan,” Fatahillah menandaskan.

    Dalam kasus tersebut, Hasto Kristiyanto didakwa menghalangi atau merintangi penyidikan perkara korupsi yang menyeret Harun Masiku sebagai tersangka dalam rentang waktu 2019-2024.

    Sekjen DPP PDI Perjuangan itu diduga menghalangi penyidikan dengan cara memerintahkan Harun, melalui penjaga Rumah Aspirasi, Nur Hasan, untuk merendam telepon genggam milik Harun ke dalam air setelah kejadian tangkap tangan oleh KPK terhadap anggota KPU periode 2017-2022 Wahyu Setiawan.

     

  • Prabowo: Orang Mau Kata Apa, Kebangkitan Bangsa Tak Terbendung Asal Niat Kita Benar – Page 3

    Prabowo: Orang Mau Kata Apa, Kebangkitan Bangsa Tak Terbendung Asal Niat Kita Benar – Page 3

    Apa yang tercapai lewat panen jagung raya hari ini, kata dia, menjadi bukti dari kepemimpinan yang benar dan penuh rasa cinta Tanah Air.

    “Keterpanggilan, keinginan berbuat baik, hasilnya kita lihat. Tujuan seluruh aparat negara, tujuan semua pemimpin, semua unsur, adalah keselamatan bangsa dan kesejahteraan rakyat kita. Hanya itu tujuan kita, keselamatan bangsa, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat, itu tujuan kita yang tidak boleh kita lupa,” ungkapnya.

    “Saya melihat bukti yang sedang diwujudkan, cita-cita yang sedang diwujudkan, keberhasilan di semua lini, yang saya lihat adalah karena sinergi dan itikad yang baik ini,” ucap Prabowo menandaskan.