Datang ke Mal Tanpa Belanja, Pengunjung: Harga di E-Commerce Jauh Lebih Murah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Fenomena rombongan jarang beli (
Rojali
) dan rombongan hanya nanya (
Rohana
) makin banyak didapati di sejumlah pusat perbelanjaan di Ibu Kota.
Meskipun mal-mal besar tampak ramai dikunjungi, tidak sedikit pengunjung yang datang hanya untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat barang tanpa melakukan pembelian.
Salah satu alasan yang kerap diungkapkan para pengunjung adalah harga produk di
e-commerce
yang dinilai jauh lebih murah dibandingkan di toko fisik.
“Aku ke mal dulu buat lihat barangnya langsung. Tapi tetap belinya di
e-commerce,
karena harganya jauh lebih murah,” kata Dinda (21), mahasiswa tingkat akhir yang ditemui di Grand Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (27/7/2025).
Menurut Dinda,
window shopping
ke mal justru menjadi semacam riset lapangan sebelum membeli barang di platform online.
Di mal, ia bisa melihat dan menyentuh barang secara langsung untuk memastikan kualitas dan kecocokan.
“Kalau belanja online kan kadang kita enggak tahu barangnya kayak apa. Tapi kalau sudah lihat fisiknya, bisa lebih yakin, baru deh beli online. Soalnya selisih harganya lumayan jauh,” jelas dia.
Rani (22) dan Roshi (25), karyawan swasta asal Malang, juga merasakan hal serupa.
Kalaupun tertarik pada suatu barang, keduanya memilih menunda pembelian sambil melihat kondisi keuangan.
“Kadang kita catat dulu, siapa tahu pas rezeki udah ada baru kita beli. Jadi semacam
self-reward
juga,” tambah dia.
Di balik banyaknya pengunjung yang hanya melihat-lihat, para pekerja retail justru menghadapi tantangan tersendiri.
Alro (27), penjaga toko optik di Grand Indonesia, yang sudah delapan tahun bekerja di sektor optik, mengaku tren Rojali dan Rohana semakin meningkat dalam dua tahun terakhir.
“Dulu orang kalau ke optik, pasti beli. Sekarang banyak yang cuma coba-coba. Bahkan ada yang cuma bikin konten doang,” kata dia.
Ia menyebut bahwa turunnya daya beli dan ketatnya persaingan harga dengan
e-commerce
menjadi penyebab utama.
“Diskon
e-commerce
itu gede banget. Harga lebih murah. Jadinya kita kalah,” ucap dia.
Sebelumnya Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menilai,
fenomena Rojali
dan Rohana belum tentu menandakan kemiskinan.
Namun ini bisa jadi sinyal tekanan ekonomi, terutama pada kelas menengah bawah.
“Rojali ini gejala sosial yang layak dicermati. Konsumen menahan belanja. Ini terlihat juga dari kelompok pengeluaran atas yang mulai mengurangi konsumsi,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (25/7/2025).
Data BPS mencatat, jumlah penduduk miskin per Maret 2025 mencapai 23,85 juta orang.
Sementara itu, angka kemiskinan kota justru naik menjadi 6,73 persen, seiring meningkatnya setengah pengangguran dan tingginya harga bahan pokok.
“Rojali adalah sinyal penting bagi pembuat kebijakan. Kita perlu menjaga ketahanan konsumsi, bukan hanya menurunkan angka kemiskinan,” kata Ateng.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Author: Kompas.com
-
/data/photo/2024/10/27/671d84f5cec0f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Datang ke Mal Tanpa Belanja, Pengunjung: Harga di E-Commerce Jauh Lebih Murah Megapolitan 27 Juli 2025
-
/data/photo/2025/07/27/6885dc9bbe2fc.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pertamina Ajak Pelanggan Tukar Poin dengan Tiket Gratis Eco Run dan Energizing Music Festival 2025 di Aplikasi MyPertamina Nasional 27 Juli 2025
Pertamina Ajak Pelanggan Tukar Poin dengan Tiket Gratis Eco Run dan Energizing Music Festival 2025 di Aplikasi MyPertamina
Penulis
KOMPAS.com
–
Pertamina
Eco RunFest 2025 ke 12 tahun akan digelar pada 23 November 2025 di Istora Senayan Jakarta.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengatakan, Pertamina memberikan apresiasi kepada masyarakat yang telah setia membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pertamina ataupun berbelanja Bright Store dengan menggunakan aplikasi
MyPertamina
.
“Apresiasi bagi masyarakat dan pelanggan Pertamina berupa poin yang dapat ditukar dengan tiket Pertamina Eco Run dan juga Energizing Music Festival, bagi setiap transaksi pembelian melalui MyPertamina,” jelas Fadjar.
Kini, masyarakat dapat menukarkan poin yang dikumpulkan untuk mendapatkan tiket
Pertamina Eco RunFest
2025 dan Energizing Music Festival 2025 secara gratis.
“Cukup buka aplikasi MyPertamina, pilih menu “Tukar Poin”, dan klaim voucher tiket sesuai kategori yang diinginkan,” kata Fadjar.
Demikian pula, lanjut Fadjar, jumlah persyaratan pengumpulan poin untuk ditukar dengan voucher tiket gratis 1,5K Family Run Pertamina Eco RunFest 2025 sejumlah 8.000 poin.
Bagi pelanggan yang memiliki jumlah 9.000 poin juga berkesempatan mendapatkan voucher tiket gratis 5K Fun Run Pertamina Eco RunFest 2025.
Selain itu, Pelanggan juga dapat menukarkan voucher tiket Energizing Music Festival 2025 jika mencapai jumlah 15.000 poin.
“Program ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk memberikan apresiasi kepada pelanggan yang setia dan mendukung gaya hidup sehat, ramah lingkungan,” ucap Fadjar.
Menurutnya, melalui program tukar poin ini, Pertamina ingin mengajak masyarakat untuk menikmati pengalaman berharga bersama Pertamina, sekaligus mengedukasi pentingnya gaya hidup aktif dan berkelanjutan.
Pertamina Eco RunFest merupakan ajang lari yang diselenggarakan setiap tahun oleh Pertamina.
Mengusung tema Energizing The Unity, Pertamina menggabungkan semangat gaya hidup sehat dengan kepedulian terhadap lingkungan, melalui kegiatan fun run serta berbagai program edukasi dan program pendakian.
“Segera unduh dan registrasi di aplikasi MyPertamina, kumpulkan poinnya, dan tukarkan dengan tiket Pertamina Eco RunFest 2025, kuota dan periode terbatas hingga 30 Juli 2025,” ujar Fadjar.
Informasi lebih lanjut seputar Pertamina Eco RunFest 2025, silahkan kunjungi website
www.pertaminaecorunfest.com
maupun platform media sosial @
pertamina
.ecorunfest
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/26/6884daf82b6ab.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Rumah Dipreteli Penyewa, Tersisa Tembok: Nestapa Tumpal Simbolon di Tengah Duka Anak Meninggal Medan
Rumah Dipreteli Penyewa, Tersisa Tembok: Nestapa Tumpal Simbolon di Tengah Duka Anak Meninggal
Editor
MEDAN, KOMPAS.com –
Duka belum sepenuhnya reda bagi
Tumpal Simbolon
(60), warga Dusun XI, Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang
,
Sumatera Utara
.
Setelah kehilangan anaknya karena sakit, ia harus menghadapi kenyataan pahit lain: rumahnya tinggal rangka setelah diduga dipreteli oleh penyewa berinisial MT.
Rumah warisan itu kini hanya menyisakan dinding bata. Atap seng, pintu, jendela, kusen, bahkan broti (balok penopang atap) raib.
Semuanya diduga dibongkar dan diangkut oleh penyewa yang semula menyewa rumah tersebut selama satu tahun.
“Diangkati atap, broti, kusen, daun pintu, daun jendela. Habis semua,” ujar Tumpal kepada wartawan, Sabtu (26/7/2025).
Tumpal mengaku belum sempat kembali ke rumah karena harus membawa anaknya berobat ke Jakarta untuk menjalani prosedur cangkok ginjal. Namun takdir berkata lain, sang anak meninggal dunia pada 2 Juli 2025.
Usai prosesi adat pemakaman pada 5 Juli, Tumpal baru mengetahui bahwa rumahnya telah dirusak.
Ia menduga bahwa pelaku mengetahui adanya acara tersebut dan memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan pembongkaran.
Tetangga di sekitar rumah sewa tidak mengetahui tempat tinggal dan nomor telepon Tumpal sehingga tidak dapat memberikan informasi padanya.
Tumpal menduga kuat bahwa pembongkaran dilakukan oleh MT, penyewa rumahnya, dibantu tiga orang lainnya.
Ia menyebut, pembongkaran kemungkinan besar terjadi pada 5 Juli, bersamaan dengan hari pemakaman anaknya.
Tumpal mengatakan, rumah itu awalnya memang milik MT yang dibeli tahun 2014. Namun, sudah beralih kepemilikan kepada dirinya saat terjadi jual beli pada 30 Juli 2024.
Menurut Tumpal, pembelian rumah tersebut disertai dengan surat-surat resmi dan sudah lengkap.
Dalam kesepakatan mereka, MT meminta supaya boleh mengontrak rumah tersebut selama satu tahun.
Tumpal pun mengizinkan.
Pada 29 Juni 2025, Tumpal mendatangi rumah tersebut untuk mengingatkan MT tentang jatuh tempo pembayaran sewa. Ia juga ingin memastikan apakah MT dan istrinya masih tinggal di rumah tersebut.
“Ya udah Pak kan bulan 7, masih ada dua hari lagi. Nanti bulan 7 ya Pak,” ujar Tumpal menirukan ucapan MT.
Sayangnya, Tumpal tidak bisa kembali ke rumah itu karena pada 30 Juni 2025, ia pergi ke Jakarta untuk membawa anaknya yang ketiga berobat.
Siapa sangka, anak itu meninggal dunia pada 2 Juli 2025 dan Tumpal menyelenggarakan acara adat pada 5 Juli 2025, bersamaan dengan MT diduga mempreteli rumah tersebut.
Meski masih dalam masa berkabung, Tumpal mengatakan dirinya akan segera membuat laporan resmi ke Polsek Medan Tembung. Ia mengaku telah bertemu dengan petugas Polsek dan disarankan untuk lebih dulu melaporkan kerugian ke kantor desa.
“Rencana mau melapor. Saya masih sibuk dan baru berduka, kan. Sudah jumpa orang Polsek. Disarankan melapor dan buat laporan kerugian dulu ke desa,” katanya.
Ia juga sudah bertemu dengan kepala lingkungan setempat, dan berharap pelaku dihukum sesuai perbuatannya.
Kondisi rumah Tumpal yang telah rusak parah ini pertama kali menjadi perhatian publik setelah video yang memperlihatkan kondisi rumah tersebut diunggah akun Instagram @tkpmedan pada Jumat (25/7/2025).
Dalam video itu terlihat rumah hanya menyisakan kerangka bangunan, tanpa atap dan jendela. Warga sekitar pun mengaku tidak mengetahui keberadaan MT setelah peristiwa tersebut, dan tidak memiliki kontak Tumpal untuk segera memberi tahu.
(Penulis: Cristison Sondang PaneI Editor: Eris Eka Jaya)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2023/08/23/64e550395296c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kontrakan dan Lapak Rongsok di Jagakarsa Terbakar, 1 Orang Meninggal Megapolitan 27 Juli 2025
Kontrakan dan Lapak Rongsok di Jagakarsa Terbakar, 1 Orang Meninggal
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sejumlah rumah kontrakan dan lapak barang bekas terbakar di Jalan Kancil 1 RT 014/RW 02, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta
Selatan, Minggu (27/7/2025).
Seorang perempuan berinisial ES (48) meninggal dunia akibat insiden ini.
“Satu orang meninggal dunia dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati,” kata Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) BPBD Jakarta Selatan Sukendar dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari
Antara,
Minggu.
Sementara tujuh orang lainnya selamat dari peristiwa tersebut.
Peristiwa bermula pada pukul 09.00 WIB, saat para penghuni lapak berkeliling mencari barang bekas.
Kemudian, salah satu saksi mendengar percikan yang dikira berasal dari suara air toren.
“Ketika dilihat ternyata api sudah membesar pada bangunan rumah tinggal, kemudian saksi meminta tolong ke warga setempat untuk memadamkan api dan segera menghubungi Damkar,” kata Sukendar.
Petugas Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran
dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan tiba di lokasi pukul 09.50 WIB.
“Pemadaman berlangsung selama sekitar dua jam yakni selesai pukul 12.00 WIB,” ujar dia.
Sebanyak tiga petak rumah kontrakan dengan satu jiwa serta satu lapak barang bekas dengan delapan jiwa terdampak dari
kebakaran
tersebut.
Dugaan penyebab kebakaran yakni korsleting listrik dengan kerugian sebesar Rp100 juta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/08/16/66bef43817aac.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6 PDI-P: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Tukang Kayu jadi Presiden Nasional
PDI-P: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Tukang Kayu jadi Presiden
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Ketua DPP
PDI-PRibka Tjiptaning
mengungkapkan bahwa peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau dikenal dengan
Kudatuli
menjadi salah satu tonggak awal
reformasi
.
Bahkan, tanpa peristiwa ini, ia mengklaim, tidak mungkin ada anak seorang tukang kayu bisa menjadi presiden maupun wakil presiden.
“Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak buruh menjadi anggota DPR. Tidak ada 27 Juli, (Sejarawan) Bonnie Triyana tidak jadi anggota DPR. Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak petani jadi gubernur,” kata Ribka di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, pada Minggu (27/7/2025).
“Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak tukang kayu jadi presiden. Walaupun sekarang sudah error. Ya, itu nasib namanya,” sambungnya.
Ribka mengeklaim tanpa adanya peristiwa Kudatuli, reformasi yang memungkinkan rakyat menjadi pemimpin di eksekutif maupun legislatif tidak akan terwujud.
“Tanpa Kudatuli, tanpa 27 Juli tidak ada reformasi. Tidak ada demokratisasi yang kita perjuangkan. 27 Juli tonggak reformasi,” ujar Ribka.
Dalam kesempatan itu, Ribka pun mengkritik kader-kader yang dianggap melupakan sejarah perjuangan, bahkan tidak tahu apa itu Kudatuli 1996.
Dia pun berharap agar DPP PDI-P ke depan lebih selektif lagi dalam memilih dan menugaskan kader.
“Kita minta DPP lebih selektif menilai kader. Jangan sampai ada yang menikmati kemenangan tetapi lupa perjuangan berdarah-darah,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, DPP PDI-P menggelar acara peringatan 29 tahun peristiwa kerusuhan 27 Juli atau Kudatuli di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (27/7/2025).
Peringatan itu diisi dengan tabur bunga di halaman kantor partai yang menjadi lokasi bentrokan berdarah pada 1996 silam.
Sejumlah elite partai dan keluarga korban turut hadir dalam acara tersebut.
Sebagai informasi, pada tanggal 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan berdarah di Jakarta atau dikenal dengan Peristiwa Kudatuli (akronim dari kerusuhan dua puluh tujuh Juli).
Insiden ini menewaskan 5 orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka serta 23 orang dinyatakan hilang.
Kudatuli terjadi saat pengambilalihan paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
Kerusuhan ini menjadi sejarah kelam dalam dunia politik Indonesia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/27/6885d02d0157f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
8 Viral Opang di Stasiun Tigaraksa Paksa Ibu dan Bayi Turun dari Taksi Online, Polisi Turun Tangan Regional
Viral Opang di Stasiun Tigaraksa Paksa Ibu dan Bayi Turun dari Taksi Online, Polisi Turun Tangan
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
– Seorang ibu dan bayi diduga mendapat perlakuan persekusi oleh sejumlah pengemudi
ojek pangkalan
(
opang
) di
Stasiun Tigaraksa
, Kabupaten Tangerang.
Ibu dan bayi itu dipaksa turun dari
taksi online
yang sudah dipesan dan diminta untuk naik opang.
Peristiwa itu terekam dalam cuplikan video yang viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 19 detik itu, tampak sejumlah orang mengerumuni mobil dan membuka pintu di mana terdapat seorang perempuan dan bayi yang keluar dari mobil tersebut.
”
Ini ojek di Stasiun Tigaraksa ngotot kali, ini bawa bayi
,” kata suara di balik video.
Saat ditelusuri, penumpang dalam video itu adalah
Sharon Manuela
yang juga menuliskan kisahnya di media sosial Thread @charezeruya.
Saat dikonfirmasi, Sharon menyebut peristiwa itu terjadi pada Jumat (27/7/2025).
Saat itu, dia bersama anak dan suaminya hendak main ke rumah kerabat di Tigaraksa.
”
Turun di Stasiun Tigaraksa, eh hujan besar banget, enggak mungkin naik opang, aku order GrabCar-lah
,” tulis Sharon melalui Thread yang sudah mengizinkan untuk dikutip oleh Kompas.com.
Saat mobil tiba di depan stasiun, dan Sharon sudah masuk ke dalam mobil, tiba-tiba mereka didatangi oleh belasan orang yang merupakan ojek pangkalan.
”
Mereka bawa batu mau pecahin kaca & ban mobil
,” kata dia.
Sharon melanjutkan, pintu mobil yang dia tumpangi dibuka paksa dan Sharon bersama bayinya ditarik keluar.
Sharon menyebut dia kehujanan bersama bayinya saat keluar dari mobil tersebut.
Beruntung sopir taksi online meminjamkan dia payung.
”
Aku akhirnya turun jalan kaki, agak jauh ke jalan besar, hujan-hujan sama bayi dan suamiku
,” kata dia.
Dia mengatakan, video yang beredar hanya sedikit peristiwa yang terekam.
Sebelumnya, kata dia, para opang sempat memukul kaca dan ban mobil yang ditumpanginya.
“Di antara mereka ada yang ngomong, ‘
kasian sama saya, dari pagi belum dapat penumpang
,’” ujar dia.
Sharon mengaku sudah mengadukan peristiwa itu ke pihak Commuterline, dia juga berharap polisi turun tangan untuk mengusut para pelaku.
Kapolsek Cisoka, Iptu Anggio Pratama, mengatakan, pihaknya turun tangan untuk melakukan penyelidikan terhadap video viral tersebut.
Menurut Anggio, personel juga sudah diturunkan ke TKP untuk meminta keterangan saksi di lokasi.
“Kami sudah tindak lanjuti dengan meminta keterangan saksi untuk mendapatkan informasi dan sedang berupaya untuk menghubungi korban,” kata Anggio kepada Kompas.com, Minggu (27/7/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/26/6884759324e88.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
3 Paksakan Diri Datang Reuni UGM, Jokowi: Kalau Tak Datang, Ramai Lagi Nanti Yogyakarta
Paksakan Diri Datang Reuni UGM, Jokowi: Kalau Tak Datang, Ramai Lagi Nanti
Editor
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Mantan Presiden RI Joko Widodo (
Jokowi
) berbicara soal spekulasi terkait ijazahnya apabila dia tidak datang ke acara reuni alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (
UGM
), Sabtu (26/7/2025).
Hal itu dia sampaikan saat memberikan sambutan di hadapan puluhan alumni dalam acara peringatan 45 tahun angkatan 1980 di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), di Aula Integrated Forest Farming Learning Center, Sleman, DI
Yogyakarta
.
Awalnya, Jokowi mengungkapkan bahwa dirinya masih dalam masa pemulihan setelah tiga bulan mengalami gangguan kesehatan.
Namun, ia tetap memutuskan hadir dalam reuni tersebut lantaran tidak ingin mengecewakan rekan-rekan seangkatannya.
“Kemarin waktu dihubungi Pak Bambang, ditanya, ‘Datang enggak?’ Kalau enggak datang, tambah palsunya. ‘Ke mana dia?’ Ini saya paksakan datang, betul,” tutur Jokowi.
Jokowi menyebutkan, sebanyak 67 alumni hadir dalam acara reuni tersebut.
Ia merasa perlu hadir agar tidak menimbulkan spekulasi, terutama soal isu ijazah palsu yang menerpanya.
“Bayangkan kalau saya enggak datang. Nah, 67 orang ngumpul semua. Jokowi di mana? Rame lagi nanti,” kata dia.
Jokowi menambahkan, tuduhan bahwa dirinya tidak pernah kuliah, tidak punya skripsi, dan tidak ikut kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sangat tidak masuk akal.
“Saya kadang geleng-geleng juga kita ini aduh, kok pada nggak masuk logika tapi ya kejadiannya, peristiwanya seperti yang kita lihat,” sebutnya.
Teman-teman seangkatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa
ijazah Jokowi
adalah asli dan mereka siap menjadi saksi.
Pernyataan tersebut disampaikan sejumlah alumni dalam acara reuni angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM yang berlangsung pada Sabtu (26/07/2025).
Mustoha Iskandar, salah satu teman seangkatan Joko Widodo, menegaskan keaslian ijazah tersebut.
“Pasti asli. Gimana nggak asli, wong teman-temanya masih ada, saksi hidup,” ujar Mustoha saat ditemui di sela-sela acara reuni.
Ia juga menambahkan bahwa Joko Widodo lulus lebih dulu dibandingkan dirinya, yaitu pada tahun 1985, sementara Mustoha lulus pada tahun 1986.
Mustoha menyatakan kesiapannya untuk memberikan keterangan jika diminta menjadi saksi.
“Oh siap, kita siap (jadi saksi). Keterangan saksi itu alat bukti nomor satu lho, mosok kita mau berbohong,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa sudah banyak teman seangkatan di Fakultas Kehutanan UGM yang dimintai keterangan oleh polisi terkait ijazah Jokowi.
Sementara itu, Heri Tribasuki, teman seangkatan lainnya, menjelaskan bahwa saat itu terdapat 80 orang dalam satu angkatan, termasuk Joko Widodo.
“Setelah ospek, orientasi begitu kami kuliah baru mengenal kan. Kuliahnya cuma 88 orang, sehingga kami saling mengenal. Itu satu kelas,” ungkap Heri.
Ia lulus dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1986, sedangkan Joko Widodo lulus pada tahun 1985.
Heri juga menceritakan bahwa ia tidak mengikuti wisuda karena memutuskan untuk ikut proyek di Kalimantan.
Heri Tribasuki mengaku tidak menyangka bahwa Joko Widodo akan menjadi presiden ke-7 RI, mengingat selama kuliah, Jokowi dikenal sebagai sosok yang pendiam.
“Kita nggak menyangka semua, Beliau akan jadi orang nomor satu di Indonesia, ya orangnya kan pendiam,” urainya.
Terkait dengan isu keaslian ijazah Joko Widodo yang sedang ramai diperbincangkan, Heri menegaskan bahwa ia tidak mengetahui latar belakang persoalan tersebut. Namun, ia dengan tegas menyatakan bahwa ijazah Joko Widodo asli.
“Asli demi Allah, demi Allah itu (ijazah Joko Widodo) asli. Saya saksi hidup,” ucapnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Begini Jadinya Mulyono Bertemu Jokowi di Reuni Fakultas Kehutanan UGM, Peserta Langsuh Riuh
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/05/08/681ccc3370536.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
PDI-P Sindir Pihak Ingin Berkuasa, tapi Menyimpang: Rekayasa Konstitusi hingga Kriminalisasi Nasional 27 Juli 2025
PDI-P Sindir Pihak Ingin Berkuasa, tapi Menyimpang: Rekayasa Konstitusi hingga Kriminalisasi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Ketua DPP
PDI-PDjarot Saiful Hidayat
menyinggung adanya pihak-pihak yang ingin meraih kekuasaan dengan cara menyimpang dan menekan lawan politik.
Menurut Djarot, keinginan seseorang untuk memiliki kekuasaan dan menjadi kaya adalah hal yang sah. Namun, dia mengingatkan bahwa cara untuk meraihnya harus sesuai dengan prinsip dan aturan yang benar.
“Sah-sah saja apabila seseorang menginginkan kekuasaan, boleh. Orang pingin kaya, boleh. Tapi cara untuk memperoleh kekuasaan harus benar, jangan sampai memperoleh kekuasaan dengan cara yang menyimpang, apalagi dengan merekayasa konstitusi,” kata Djarot saat berpidato dalam diskusi peringatan peristiwa
Kudatuli
di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Minggu (27/7/2025).
Eks Gubernur DKI Jakarta itu berpandangan bahwa saat ini ada upaya untuk menekan pihak-pihak yang tidak sejalan dengan penguasa.
Bahkan, menurutnya, kritik sering kali dibalas dengan
kriminalisasi
.
“Apalagi dengan menekan dan mengintimidasi siapa pun yang tidak setuju dengan penguasa saat ini. Yang mengkritik, yang berbeda, dikriminalkan. Cari-cari salahnya sampai ketemu. Masukkan penjara,” kata Djarot.
Djarot kemudian menyinggung kasus hukum yang menjerat Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto dan Eks Menteri Perdagangan Thomas Lembong.
Menurutnya, ada upaya yang dipaksakan untuk memenjarakan keduanya dengan mencari-cari kesalahan.
Sementara kasus-kasus besar lain justru sama sekali tak tersentuh.
“Kemarin terjadi kasus Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto, cari sampai ketemu, masukkan penjara. Kasus yang besar seperti kasus minyak goreng lewat, kasus pesawat jet lewat, kasus korupsi infrastruktur di Sumatera Utara lewat, kasus blok Medan, banyak banget kasus yang segede-gede gajah seperti itu. Kasus korupsi segede gajah lewat,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Djarot bahkan menyatakan bahwa situasi hukum saat ini sama dengan pepatah lama, yang menggambarkan ketidakadilan dalam penegakan hukum.
“Seperti pepatah, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, kutu di seberang pulau kelihatan. Betul tidak ini?” kata Djarot.
Diberitakan sebelumnya, DPP PDI-P menggelar acara peringatan 29 tahun peristiwa kerusuhan 27 Juli atau Kudatuli di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (27/7/2025).
Peringatan itu diisi dengan tabur bunga di halaman kantor partai yang menjadi lokasi bentrokan berdarah pada 1996 silam.
Sejumlah elite partai dan keluarga korban turut hadir dalam acara tersebut.
Sebagai informasi, pada tanggal 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan berdarah di Jakarta atau dikenal dengan Peristiwa Kudatuli (akronim dari kerusuhan dua puluh tujuh Juli).
Insiden ini menewaskan 5 orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka serta 23 orang dinyatakan hilang.
Kudatuli terjadi saat pengambilalihan paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
Kerusuhan ini menjadi sejarah kelam dalam dunia politik Indonesia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/26/6884994d01cf4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Ijazah Jokowi Tetap Diragukan Roy Suryo Cs, Projo: Orangnya Itu-itu Saja Nasional
Ijazah Jokowi Tetap Diragukan Roy Suryo Cs, Projo: Orangnya Itu-itu Saja
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Wakil Ketua Umum Relawan Pro
Jokowi
(Projo)
Fredy Damanik
mengatakan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, orang-orang yang meragukan ijazah Jokowi hanya percaya dengan kebenaran versi mereka semata.
Meskipun Jokowi menghadiri pertemuan alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM), menurutnya, mereka hanya akan menganggap pertemuan itu pencitraan semata. Termasuk, meski ada putusan pengadilan yang menyatakan mereka bersalah atas fitnah dan pencemaran nama baik.
“Malah mereka akan membangun narasi negatif dan menyerang Pak Jokowi. Misalnya mereka akan mengatakan pertemuan alumni tersebut sebagai setting-an permintaan Pak Jokowi. Intinya mereka tidak akan pernah menerima fakta, saksi, bukti dan kebenaran yang mendukung kebenaran dan keaslian ijazah Pak Jokowi,” kata Ferdy kepada Kompas.com, Minggu (27/7/2025).
“Mereka hanya akan mau menerima kebenaran versi mereka, yaitu di mana mereka akan mendukung orang-orang yang percaya dengan mereka saja, padahal orang-orangnya itu-itu saja, sesama pembenci Pak Jokowi,” imbuhnya.
Dalam pertemuan Jokowi dengan alumnus UGM, kata dia, mantan politikus PDI Perjuangan itu bahkan tidak pernah menganggap tudingan
ijazah palsu
itu sebagai beban.
“Dalam sambutannya, kelihatan Pak Jokowi menjadikan tudingan ijazah palsu hanya sebagai guyonan. Jadi memang sejak awal, Pak Jokowi tidak pernah menganggap tudingan ijazah palsu sebagai beban, karena semua ijazahnya memang asli dan dipegangnya,” ucapnya.
Sebelumnya, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo Notodiprojo, menegaskan kehadiran Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo dalam reuni angkatan 80 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak akan membawa perubahan apa pun.
Roy Suryo tetap meyakini bahwa skripsi Jokowi palsu sehingga ijazah asli tidak akan terbit. “Kunjungan tadi tidak mengubah apa pun hasil hipotesis sebelumnya, skripsi 99,9 persen palsu, tidak akan bisa terbit ijazah asli,” kata Roy Suryo saat dihubungi, Sabtu (26/7/2025).
Roy Suryo menyebut, kedatangan Jokowi dalam reuni tersebut bukan berstatus sebagai alumni, melainkan laksana pejabat.
“Bajunya beda, hanya datang singkat di Fakultas Kehutanan, bukan di acara intinya, di Wanagama seperti yang lain-lainnya,” tegas dia.
Roy Suryo menilai, kedatangan Jokowi merupakan langkah untuk meyakinkan publik bahwa dosen penguji skripsinya adalah Ir. T. Burhanuddin dan Ir. Sofian Warsito, sementara dosen pembimbingnya adalah Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro.
“Buat apa? Kan aneh malahan. Dia juga berusaha cerita nama-nama teman saat KKN: Yohana (Hukum), Lience (Biologi), Alm. Eko (Geodesi) dan sebagainya. Tapi, tanpa bukti, hanya narasi saja. Tidak ada nilainya,” tegas dia.
Sementara, Jokowi tetap dinilai kekeh menyatakan bahwa Ir. Kasmudjo adalah dosen pembimbingnya.
“Padahal Pak Kasmudjo sudah jelas membantah, baik selalu dosen pembimbing maupun dosen akademik,” jelasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2024/11/12/67331a7a0ff3e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)