Pria yang Ditemukan Tewas di Plafon Pabrik Obat Pulogadung Ternyata Karyawan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kepolisian Sektor (Polsek)
Pulogadung
memastikan jenazah pria yang ditemukan di plafon sebuah
pabrik obat
di wilayah Pulogadung, Jakarta Timur, merupakan karyawan perusahaan tersebut.
“Penemuan jenazah pada pabrik obat di Pulogadung itu, korban bernama Rastono (37), seorang teknisi yang bekerja di perusahaan obat tersebut,” kata Kapolsek Pulogadung Komisaris Suroto saat dikonfirmasi, Rabu (30/7/2025).
Suroto menjelaskan, identitas korban terungkap dari keterangan sejumlah saksi yang juga merupakan karyawan pabrik tersebut.
“Menurut keterangan saksi Mustofa (39), pada Sabtu, 26 Juli 2025 sekitar pukul 18.00 WIB, bersama Rastono memperbaiki pompa air,” ucap Suroto.
Usai memperbaiki pompa, Mustofa kembali ke mes karyawan untuk mandi. Saat itu, ia melihat Rastono terakhir kali menggunakan kaus kuning dan celana panjang biru.
“Mustofa sempat melihat korban menggunakan kaos berwarna kuning dan celana panjang berwarna biru,” ungkap Suroto.
Sementara itu, Kepala Teknisi bernama Nurudin Muslimin (56) menyampaikan, Rastono sudah tidak terlihat dan tidak masuk kerja sejak Senin (28/7/2025).
“Menurut keterangannya, bahwa ada seorang karyawan teknisi bernama Rastono yang sejak hari Senin tanggal 28 Juli 2025 sudah tidak masuk kerja,” kata Suroto.
Polisi menduga kematian korban disebabkan oleh sengatan listrik. Hal itu diperkuat dengan kondisi korban saat ditemukan.
“Adapun pada saat ditemukan, kaki kanan korban terlilit sebuah kabel listrik,” ungkapnya.
Jenazah korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk identifikasi lebih lanjut guna memastikan penyebab kematian.
Sebelumnya, mayat pria tanpa identitas ditemukan di plafon pabrik obat di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (29/7/2025) malam.
Mayat tersebut dievakuasi oleh Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur.
Kepala Tim Regu Sektor Pulogadung Sudin Gulkarmat Dwi Prayitno menjelaskan, petugas menerima laporan adanya penemuan jenazah pukul 20.07 WIB dari pihak polisi.
“Kami menerima laporan dari pihak kepolisian ada temuan jenazah pria di salah satu pabrik farmasi,” ungkap Dwi saat dikonfirmasi, Selasa.
Dwi menjelaskan, Gulkarmat Jakarta Timur setelah menerima laporan langsung menuju TKP pada pukul 20.12 WIB dengan menerjunkan empat personel.
“Menurut keterangan saksi yang menemukan korban di atas plafon dalam kondisi telentang dengan wajah menghitam,” jelas Dwi.
Dwi menjelaskan bahwa evakuasi berhasil diselesaikan pada pukul 21.27 WIB. Ia juga belum bisa memastikan penyebab kematian korban.
Untuk identitas korban sendiri belum diketahui karena berada dalam penanganan kepolisian.
Sementara itu,
Kompas.com
sudah mencoba menghubungi Kapolsek Pulogadung Komisaris Suroto untuk meminta konfirmasi, tetapi hingga saat ini belum mendapatkan jawaban.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Author: Kompas.com
-
/data/photo/2025/07/30/688950b61d9e2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pria yang Ditemukan Tewas di Plafon Pabrik Obat Pulogadung Ternyata Karyawan Megapolitan 30 Juli 2025
-
/data/photo/2025/07/30/6889accb50989.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kantong Sampah Berjejer di Jalan Raden Fatah Ciledug Megapolitan 30 Juli 2025
Kantong Sampah Berjejer di Jalan Raden Fatah Ciledug
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
– Kantong
sampah
plastik tampak mengular disepanjang median Jalan Raden Fatah, Ciledug, Kota Tangerang, Rabu (30/7/2025).
Pengamatan
Kompas.com
, kantong plastik yang berbagai warna itu tampak tersusun di median jalan sepanjang sekitar dua kilometer, tepatnya dari perempatan Ciledug sampai dengan pertigaan Jalan Ciptomangunkusumo.
Kantong plastik tersebut berisikan berbagai macam sampah rumah tangga hingga sampah pasar, seperti kulit buah, sayuran dan potongan daging.
Selain dibungkus dalam plastik, sampah-sampah itu juga ada yang dikemas dalam karung besar dan keranjang kayu buah. Lalu diletakkan warga ke median jalan.
Salah satu warga bernama Gunawan (69), mengatakan, jajaran sampah di tengah jalan itu sudah ada saat dirinya pertama kali jualan di sana.
Namun, kondisi itu tidak terlalu mengganggu aktivitas berjualannya. Pasalnya, dalam sehari ada tiga kali pengangkutan sampah di lokasi itu.
“Pagi itu sudah mulai dari pasar. Nanti sore ada mengangkut, yang malam ada juga. Jadi enggak pernah lama,” ujar Gunawan kepada Kompas.com.
Meskipun begitu, dia berharap adanya tempat sampah khusus agar tidak ada sampah-sampah yang berjajar di tengah jalan, apalagi sampai nantinya mengganggu lalu lintas.
“Sebenarnya enggak mengganggu ya, tapi kalau bisa ada tempat khusus untuk sampah-sampah ini supaya jaga-jaga agar nanti tidak menggangu lalu lintas,” kata dia.
Selain di sepanjang Jalan Raden Fatah, tumpukan sampah juga terlihat di jembatan Raden Fatah, yang berjarak sekitar 300 meter dari pertigaan Jalan Ciptomangunkusumo.
Sampah
-sampah di jembatan itu tampak menumpuk di pinggir jalan, bahkan ada yang terurai hingga berantakan ke tengah jalan.
Padahal, di lokasi tersebut terdapat spanduk larangan buang sampah sepanjang tiga meter yang terpasang di tiang jembatan.
Namun, spanduk tersebut tak digubris oleh sejumlah warga sehingga masih banyak yang membuang sampah di lokasi tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/09/686e2fd616a6c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Keluarga Yakin Diplomat Kemlu Tidak Bunuh Diri Megapolitan 30 Juli 2025
Keluarga Yakin Diplomat Kemlu Tidak Bunuh Diri
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Meta Bagus, kakak ipar diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39), meyakini bahwa adik iparnya tak mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Hal ini disampaikannya saat menjawab pertanyaan apakah keluarga meyakini tidak ada keterlibatan pihak lain terkait kematian ADP, sesuai dengan pengumuman hasil penyelidikan kepolisian.
“Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu, Mas. Cukup
nggih
(ya) Mas untuk saat ini,” ujar Bagus saat dikonfirmasi
Kompas.com
, Rabu (30/7/2025).
Bagus tidak menjelaskan soal keyakinan keluarga berkait hal tersebut.
Di sisi lain, keluarga memberikan pernyataan usai Polda Metro Jaya mengumumkan hasil penyelidikan.
Pernyataan ini diterima
Kompas.com
dari Bagus dalam sebuah dokumen PDF pada Rabu (30/7/2025).
Keluarga ADP memercayai bahwa setiap orang berhak atas kebenaran, terlebih ketika menyangkut seseorang yang sangat dicintai.
Oleh karena itu, keluarga mengharapkan agar proses penyelidikan berlangsung secara cermat, menyeluruh, dan profesional.
“Artinya, kami berharap setiap fakta yang ada bisa benar-benar diperiksa dengan teliti dan terbuka. Kami juga berharap semua masukan dari keluarga termasuk hal-hal yang kami alami dan ketahui secara langsung, dapat ikut dipertimbangkan,” ujar Bagus mewakili keluarga ADP.
Dalam hal ini, keluarga ADP memercayai bahwa proses penyelidikan oleh Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya berjalan dengan penuh tanggung jawab dan integritas.
Bagi keluarga, ADP bukan hanya seorang diplomat.
“Ia adalah anak, suami, kakak, adik, dan sahabat yang kami sayangi. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pribadi yang berdedikasi dan memiliki kepedulian tinggi terhadap orang lain,” tegas Bagus.
Terlepas dari hal tersebut, keluarga menyadari bahwa kepergian ADP menjadi perhatian publik.
Karena itu, keluarga ingin mendampingi proses penyelidikan dengan cara yang baik, terbuka, dan saling menghargai.
“Kami juga mengajak teman-teman media dan masyarakat luas untuk ikut mengawal jalannya proses ini dengan empati, informasi yang berimbang, dan sikap yang objektif,” ujar dia.
Bagus menyampaikan, dukungan publik sangat berarti bukan hanya untuk keluarga, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang percaya bahwa keadilan adalah milik bersama.
“Kami percaya, pada waktunya nanti, kebenaran akan terungkap dengan terang dan membawa keadilan serta ketenangan bagi ADP, juga bagi kami yang ditinggalkan,” tegas dia.
Terakhir, Bagus mengucapkan terima kasih atas doa, perhatian, dan segala bentuk dukungan yang mengalir deras dari berbagai pihak kepada keluarga.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya menyimpulkan bahwa kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers, Selasa.
Dalam kesempatan ini, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, mengungkapkan bahwa penyebab kematian ADP adalah mati lemas.
“Maka, sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas,” tegas Yoga.
Diketahui,
diplomat Kemlu
berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/10/686f9e2fd306c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Keluarga Diplomat Kemlu: Kami Percaya Kebenaran Akan Terungkap Megapolitan 30 Juli 2025
Keluarga Diplomat Kemlu: Kami Percaya Kebenaran Akan Terungkap
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Keluarga diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) mempercayai bahwa kebenaran bakal terungkap di kemudian hari.
Ini merupakan salah satu bagian respons keluarga usai polisi mengumumkan hasil penyelidikan terkait kematian ADP yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban kuning.
“Kami percaya, pada waktunya nanti, kebenaran akan terungkap dengan terang dan membawa keadilan serta ketenangan bagi Daru, juga bagi kami yang ditinggalkan,” ujar keluarga melalui dokumen PDF yang diterima Kompas.com dari kakak ipar ADP, Meta Bagus, Rabu (30/7/2025).
Keluarga ADP mengatakan, dukungan publik sangat berarti. Namun, tidak hanya bagi keluarga, melainkan sebagai bagian dari masyarakat yang percaya bahwa keadilan adalah milik bersama.
Dengan begitu pihak keluarga meminta publik mengawal kasus kematian
diplomat Kemlu
.
Namun, proses pengawalan kasus diharapkan berdasarkan empati, informasi berimbang, dan objektif.
“Kami juga mengajak teman-teman media dan masyarakat luas untuk ikut mengawal jalannya proses ini,” kata keluarga.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya menyimpulkan bahwa kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers, Selasa.
Dalam kesempatan ini, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, mengungkapkan bahwa mengungkapkan, penyebab kematian ADP adalah mati lemas.
“Maka, sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas,” tegas Yoga.
Diketahui, diplomat Kemlu berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
Kontak bantuan Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/04/28/680f4602136bb.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
244 Jalan di Jakarta Akan Gunakan Sistem Parkir Digital, Pengendara Bisa Pesan lewat HP Megapolitan 30 Juli 2025
244 Jalan di Jakarta Akan Gunakan Sistem Parkir Digital, Pengendara Bisa Pesan lewat HP
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menerapkan sistem
parkir digital
di 244 ruas jalan pada 2027.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta,
Syafrin Liputo
menjelaskan, melalui sistem ini, pengendara bisa memesan (
booking
) tempat parkir tepi jalan (
on-street parking
) secara langsung melalui ponsel menggunakan aplikasi JakParkir.
“Saat ini kita sudah implementasikan di 10 ruas jalan di Jakarta dan tentu secara bertahap untuk 244 ruas jalan yang dilakukan parkir
on street
itu akan diterapkan,” ujar Syafrin saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (30/7/2025).
Dengan JakParkir, pengendara cukup membuka aplikasi, melihat lokasi parkir yang tersedia, lalu melakukan pemesanan.
Setelah itu, petugas di lapangan akan menerima notifikasi. Kemudian, slot parkir yang dipesan akan ditandai dengan
cone
(kerucut lalu lintas) agar tidak diisi kendaraan lain.
Tarif parkir akan mulai dihitung beberapa menit setelah pemesanan dilakukan meski kendaraan belum tiba di lokasi.
“Slot (parkir) mana yang masih kosong itu otomatis akan termonitor dan kemudian yang bersangkutan klik. Di sana otomatis akan dipasang
cone
,” ungkap Syafrin.
Sistem JakParkir juga mendukung pembayaran non-tunai (
cashless
).
Petugas parkir kini dibekali alat
handheld
untuk mencatat waktu parkir dan mengarahkan pengguna membayar lewat kode QR.
“Juru parkir mereka dialihkan menjadi petugas yang memegang
handheld
tadi. Yang tadinya mereka mendapatkan uang
cash
harian, tetapi ini sifatnya bagi hasilnya, nanti dia langsung di-
split
di rekening,” kata Syafrin.
Tarif parkir tetap mengacu pada sistem progresif. Untuk satu jam pertama, biaya parkir berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 5.000, tergantung lokasi.
Tahun ini, Dishub DKI akan melakukan uji coba sistem parkir digital di 25 ruas jalan yang tersebar di lima wilayah Jakarta, masing-masing lima ruas jalan per wilayah. Uji coba ini menjadi proyek percontohan sebelum diterapkan secara menyeluruh.
“Ini masih dalam pengembangan. Kami harapkan 2027 ini sudah diimplementasikan,” kata Syafrin.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/10/686fcf1cc5394.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kriminolog Soroti Dominasi Polisi dalam Uji Forensik Kematian Diplomat Kemlu Megapolitan 30 Juli 2025
Kriminolog Soroti Dominasi Polisi dalam Uji Forensik Kematian Diplomat Kemlu
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) masih menyisakan tanda tanya.
Meski polisi telah menyimpulkan tak ada keterlibatan pihak lain, keluarga ADP berharap penyelidikan dilakukan dengan benar-benar terbuka dan menyeluruh.
Pakar psikologi forensik sekaligus kriminolog,
Reza Indragiri
Amriel turut menyoroti pentingnya ruang uji silang terhadap hasil
penyelidikan polisi
yang dinilai masih terpusat hanya pada satu institusi.
“Kerja polisi patut dihargai. Tapi walau bagaimana, kerja polisi terbuka untuk diuji. Karena itulah, di sekian negara (yuridiksi), hasil eksaminasi oleh polisi tentang kematian seseorang bisa saja diuji oleh pihak keluarga orang,” ujar Reza saat dihubungi, Rabu (30/7/2025).
Menurutnya, jika hasil pemeriksaan utama (examination) dan uji silang (cross examination) selaras, maka tidak ada masalah.
Namun bila berbeda, maka hasil uji silang bisa diajukan ke hakim untuk dipertimbangkan.
“Nantinya hakim yang memutuskan, hasil manakah yang terpercaya. Itulah bentuk pemenuhan azas fairness,” tambah Reza.
Sayangnya, praktik seperti itu belum lazim di Indonesia.
Reza menyebut, pengujian forensik sejauh ini masih didominasi dan dikendalikan sepenuhnya oleh kepolisian.
“Pihak lain tidak memiliki akses setara untuk mengeksaminasi silang apa-apa yang telah disimpulkan polisi,” ujar Reza.
Sementara itu, keluarga ADP melalui kakak iparnya, Meta Bagus, menyampaikan mereka masih menaruh harapan pada proses penyelidikan yang profesional.
“Kami berharap setiap fakta yang ada bisa benar-benar diperiksa dengan teliti dan terbuka,” ujar Bagus dalam pernyataan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (30/7/2025).
Keluarga juga meminta agar masukan dari pihak keluarga dapat dipertimbangkan oleh penyidik.
“Termasuk hal-hal yang kami alami dan ketahui secara langsung,” tambahnya.
Meski begitu, keluarga tetap memercayai bahwa penyelidikan oleh Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum
Polda Metro Jaya
dilakukan secara bertanggung jawab.
“Ia adalah anak, suami, kakak, adik, dan sahabat yang kami sayangi,” ujar Bagus mengenang sosok ADP yang disebut sebagai pribadi berdedikasi dan penuh kepedulian.
Keluarga ADP juga mengajak publik untuk turut mengawal kasus ini dengan objektif dan berempati.
“Kami percaya, pada waktunya nanti, kebenaran akan terungkap dengan terang dan membawa keadilan serta ketenangan bagi Daru, juga bagi kami yang ditinggalkan,” ujar Bagus.
Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya menyatakan, hasil penyelidikan menyimpulkan kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata Wira dalam konferensi pers, Selasa.
Dalam kesempatan yang sama, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, menyebut penyebab kematian ADP adalah mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen.
“Sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang menyebabkan mati lemas,” jelas Yoga.
ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025), dengan kepala terlilit lakban kuning dan tubuh ditutupi selimut biru.
Di lokasi, polisi menyita beberapa barang bukti seperti gulungan lakban, pakaian korban, obat sakit kepala, dan obat lambung.
Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada lakban, namun belum dapat dipastikan apakah lakban itu dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/10/686fd26fe1c7d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Keluarga Minta Publik Kawal Kasus Kematian Diplomat Kemlu Megapolitan 30 Juli 2025
Keluarga Minta Publik Kawal Kasus Kematian Diplomat Kemlu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Keluarga meminta publik mengawal penyelidikan kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39).
Namun, proses pengawalan kasus diharapkan berdasarkan empati, informasi berimbang, dan objektif.
“Kami juga mengajak teman-teman media dan masyarakat luas untuk ikut mengawal jalannya proses ini,” ujar keluarga melalui dokumen PDF yang diterima Kompas.com dari kakak ipar ADP, Meta Bagus, Rabu (30/7/2025).
Keluarga ADP mengatakan, dukungan publik sangat berarti. Namun, tidak hanya bagi keluarga, melainkan sebagai bagian dari masyarakat yang percaya bahwa keadilan adalah milik bersama.
“Kami percaya, pada waktunya nanti, kebenaran akan terungkap dengan terang dan membawa keadilan serta ketenangan bagi ADP, juga bagi kami yang ditinggalkan,” kata dia.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya menyimpulkan bahwa kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers, Selasa.
Dalam kesempatan ini, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, mengungkapkan bahwa mengungkapkan, penyebab kematian ADP adalah mati lemas.
“Maka, sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas,” tegas Yoga.
Diketahui,
diplomat Kemlu
berinisial ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
Kontak bantuan Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/30/6889938630a7c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Harmoni Doa dan Kasih yang Tak Putus dalam Keseharian Panti Asuhan Karena Doa Megapolitan 30 Juli 2025
Harmoni Doa dan Kasih yang Tak Putus dalam Keseharian Panti Asuhan Karena Doa
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Lantunan doa yang merdu nan indah menggema di ruang utama
Panti Asuhan
Karena Doa, Jalan H. Sulaiman, Bedahan, Sawangan, Kota
Depok
, Selasa (29/7/2025).
Iringan doa keselamatan dan doa bahagia memenuhi setiap sudut aula besar berbentuk persegi panjang itu.
Meski ruangan aula tampak terlalu besar, suara nyanyian dari 12 anak laki-laki yang duduk saling berjauhan justru tampak tak mau mengalah.
Lantunan doa ini terdengar hangat di telinga, seolah menjadi bukti terlatihnya nyanyian mereka yang dilakukan setiap hari.
Wangi ruangan yang tidak begitu familiar justru menyatu dalam harmoni bersama nyanyian anak-anak dan petikan gitar.
Para anjing peliharaan panti bahkan tak mau kalah dan ikut hadir di tengah-tengah anak, ikut mendengarkan lantunan doa kepada tuhan.
Hal itulah yang sekiranya terasa sejak awal saat
Kompas.com
berkunjung dan tengah menunggu dengan khidmat doa bersama para
anak Panti Asuhan
Karena Doa.
Anak-anak di sana berasal dari belahan barat hingga timur Indonesia. Perbedaan latar belakang telah hidup beriringan di bawah bangunan panti dengan gaya kolonial bercat putih.
Setelah 41 tahun berdiri, Panti Asuhan Karena Doa telah mengasihi dan menjamin pendidikan terhadap ratusan anak.
Hal itu terlihat dari doa bersama yang selalu digelar empat kali sehari pada waktu berbeda.
“Nanti aktivitas kami pasti diawali doa pagi sekitar pukul 04.30-05.00 WIB,” ucap Matius, Pengurus Panti Asuhan Karena Doa saat ditemui di lokasi, Selasa.
Doa yang diucapkan sehari-hari memprioritaskan kebahagiaan dan keselamatan anak panti, pengurus, pengasuh, pemilik yayasan, dan para donatur.
Matius menceritakan, durasi doa bisa berlangsung sekitar 30 menit. Paling lama, doa subuh dan malam yang mencapai satu jam.
Biasanya, waktu doa pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB hanya diikuti oleh para anak yang masih bersekolah SD.
“Karena mereka jam segitu suka sudah pulang, kalau yang lebih tua kan lebih sore lagi,” ungkapnya.
Berdirinya Panti Asuhan Karena Doa ini juga bermula dari panjatan doa seorang pendeta di gereja daerah Jawa Timur bernama Yohanes pada 1984.
Yohanes menemukan jemaatnya kesulitan untuk hidup sehari-hari, terlihat tersesat usai kehilangan orangtua.
“Jadi lewat doa itu, Yohanes tergerak untuk buka
panti asuhan
. Kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan menyewa sebuah rumah kontrakan kecil dengan membawa 12 anak di daerah Meruya,” ujar Matius.
Anak-anak “hilang arah” semakin banyak dan membuat Yohanes terus berdoa menghadap tuhan agar bisa mendapat rumah yang lebih besar lagi panti.
Doa-doa itu yang kemudian menuntun Yohanes bisa pindah dan membeli rumah untuk panti di Bedahan.
“Beliau dikabulkan (doanya) untuk beli tempat ini. Jadi di awal ke Jakarta tahun 1984, lalu pindah ke Sawangan sekitar tahun 1988,” terangnya.
Kisah perjalanan Yohanes yang membuat Panti Asuhan Karena Doa terus berpegang kuat pada kekuatan doa untuk kebaikan kehidupan manusia.
Selain doa, tata krama dan kedisiplinan menjadi pembelajaran yang turut ditekankan kepada anak panti.
“Yang diutamakan belajar sungguh-sungguh, disiplin, kebiasaan baik, hormat kepada orangtua, biasanya kan di sekolah kurang dapat soal budi pekerti jadi kami coba didik itu di panti,” jelas Matius.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/30/68899f73a533d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/01/6863b6c584b9f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)