Author: Kompas.com

  • 8
                    
                        Guru Keberatan Cicipi MBG Sebelum Dibagikan, Sekda Sleman Minta Maaf dan Luruskan Pernyataan
                        Yogyakarta

    8 Guru Keberatan Cicipi MBG Sebelum Dibagikan, Sekda Sleman Minta Maaf dan Luruskan Pernyataan Yogyakarta

    Guru Keberatan Cicipi MBG Sebelum Dibagikan, Sekda Sleman Minta Maaf dan Luruskan Pernyataan
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Susmiarto, meminta maaf atas pernyataannya yang meminta guru untuk mencicipi makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum dibagikan kepada siswa sebagai antisipasi terulangnya insiden keracunan massal.
    Susmiarto meluruskan pernyataannya dan menjelaskan bahwa guru dapat mengecek kelayakan MBG berdasarkan bentuk, warna, atau aroma.
    “Pertama, saya memohon maaf. Kedua, saya ingin meluruskan bahwa sekolah dalam hal ini guru dapat ikut mengecek kelayakan MBG berdasarkan bentuk, warna, atau aroma,” ujar Susmiarto dalam keterangan tertulis Dinas Kominfo Sleman, Selasa (26/08/2025).
    Langkah tersebut diambil sebagai bentuk kehati-hatian agar kejadian keracunan seperi di Mlati tidak terulang.
    “Jika menemukan MBG kurang layak, sekolah segera komunikasikan dengan penyedia,” tambahnya.
    Penyediaan dan penyaluran MBG ke sekolah-sekolah dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di bawah koordinasi Badan Gizi Nasional (BGN).
    Keterlibatan pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dinilai sangat terbatas, sehingga insiden keracunan yang terjadi baru-baru ini memunculkan risiko kewenangan.
    “Terkait pengawasan dalam penyaluran, kami berusaha memaksimalkan perangkat yang ada, khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, untuk mengantisipasi kasus keracunan MBG tidak lagi terjadi,” tuturnya.
    Susmiarto berharap ke depan, koordinasi dengan BGN dan SPPG akan lebih terbuka dan baik, sehingga penyediaan dan penyaluran MBG di Kabupaten Sleman dapat berlangsung aman dan lancar.
    “BGN di tingkat kabupaten segera terbentuk. Harapannya, ke depan, ada standar operasional prosedur yang jelas terkait penyediaan dan penyaluran MBG kepada siswa,” urainya.
    Ia juga menjelaskan bahwa biaya pengobatan korban keracunan MBG di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.
    Bagi korban yang belum menjadi peserta BPJS, akan difasilitasi melalui Jaring Pengaman Sosial (JPS).
    “Untuk korban yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan, kami pastikan difasilitasi melalui Jaring Pengaman Sosial atau JPS,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Susmiarto menginstruksikan agar guru mengecek dan mencicipi menu MBG sebelum dibagikan ke siswa sebagai respons terhadap insiden keracunan yang menimpa ratusan siswa di empat SMP di Kapanewon Mlati.
    “Dinas Pendidikan sudah sering menyampaikan ke sekolah, kalau menerima MBG dari penyedia tolong dicek, diicipi, dipantau. Guru itu tugasnya seperti itu,” kata Susmiarto, Rabu (20/8/2025).
    Dalam insiden keracunan di Mlati, seorang guru juga mengalami gejala keracunan setelah mencicipi makanan.
    Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme filter sudah berjalan, meski tetap kecolongan.
    Pemkab pun menilai perlunya SOP yang lebih tegas untuk pencegahan yang konsisten. “Ya sudah dibuat (SOP) tertulis. Sehingga kita sudah melakukan mitigasi,” tambahnya.
    Namun, sejumlah guru di Kabupaten Sleman mengaku keberatan dengan kebijakan tersebut.
    Mereka menilai kebijakan ini muncul mendadak setelah insiden keracunan dan belum melalui kajian matang.
    Salah satu guru SMP berinisial J mengatakan bahwa instruksi mencicipi MBG baru muncul setelah kejadian keracunan di Mlati. “Sebelum itu belum ada, adanya setelah kejadian di Mlati,” kata J saat dihubungi, Senin (25/8/2025).
    Menurut J, hingga saat ini belum ada surat resmi terkait kewajiban mencicipi MBG, meskipun kepala sekolah sudah menyampaikan arahan tersebut. “Kami belum menerima suratnya, cuman kemarin baru dari kepala sekolah,” ujarnya.
    Kebijakan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan guru.
    “Menjadi gaduh di tempat kami. Gaduh karena dampak dari keracunan itu, seolah-olah kami ini kemudian menjadi korban dari kebijakan yang belum matang untuk distribusi makanan,” tegasnya.
    Guru SD berinisial A juga menilai kebijakan ini tidak tepat meskipun niat pemerintah sebenarnya baik.
    “Tapi mungkin niat itu perlu dikaji lagi. Kalau saya kurang setuju dengan itu, guru suruh mencicipi dulu,” kata A.
    Ia berpendapat bahwa pencegahan seharusnya menjadi tanggung jawab pihak katering. “Pihak katering harus memastikan dulu masakannya kualitasnya baik, atau antara waktu masak dan pendistribusian jangan terlalu lama supaya tidak basi,” ujarnya.
    (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        Babak Baru Kasus Immanuel Ebenezer: 4 HP di Plafon, Alphard Disita KPK
                        Nasional

    3 Babak Baru Kasus Immanuel Ebenezer: 4 HP di Plafon, Alphard Disita KPK Nasional

    Babak Baru Kasus Immanuel Ebenezer: 4 HP di Plafon, Alphard Disita KPK
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus pemerasan pengurusan sertifikat K3 yang menjerat eks Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel (IEG) memasuki babak baru.
    Pada Selasa (26/8/2025), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah dinasnya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
    “Hari ini tim melakukan penggeledahan di salah satu rumah di wilayah Pancoran yaitu rumah saudara IEG,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo di Gedung Merah Putih, Jakarta, Selasa.
    Dari penggeledahan tersebut, KPK menyita 4 unit handphone dan 1 unit mobil Alphard.
    Juru Bicara KPK Budi Prasetyo mengatakan, penyidik menemukan 4 unit handphone dari plafon rumah dinas Noel.
    “Ya, penyidik menemukan 4 handphone di plafon rumah yang bersangkutan,” ujarnya.
    Budi mengatakan, KPK akan memeriksa Noel untuk menanyakan apakah handphone tersebut sengaja disembunyikan di plafon rumah atau tidak.
    Selain itu, penyidik akan membuka isi dari handphone tersebut untuk mengetahui informasi-informasi terkait kasus korupsi yang menjerat Noel.
    “Tentu nanti dalam proses pemeriksaan kepada yang bersangkutan itu juga akan ditanyakan termasuk juga isi dari BBE tersebut nanti akan kita buka, kita akan melihat informasi-informasi dalam BBE tersebut,” ucap dia.
    Sementara itu, mobil Alphard juga sudah dibawa ke Gedung KPK sekitar pukul 14.01 WIB. Mobil berplat B 2364 UYQ itu ditempatkan di area parkir belakang Gedung KPK.
    Budi mengatakan, penyidik sudah memiliki informasi awal dugaan kendaraan tersebut merupakan hasil dari tindak pidana korupsi.
    Meski demikian, dia belum bisa menjelaskan asal-usul kendaraan tersebut.
    “Ya, nanti secara perinci terkait dengan asal-usul kendaraan yang diamankan pada penggeledahan hari ini nanti kami akan informasikan,” ucap dia.
    Budi mengatakan, penyidik mendapatkan informasi terdapat tiga mobil yaitu Land Cruiser, Mercy, dan BAIC yang dipindahkan dari rumah dinas Wamen, pasca operasi tangkap tangan (OTT) pada Rabu (20/8/2025) malam.
    “Saat ini penyidik masih melakukan penelusuran lokasi keberadaan kendaraan-kendaraan tersebut,” ujarnya.
    KPK mengimbau para pihak yang memindahkan mobil-mobil tersebut agar kooperatif dan menyerahkan kendaraan tersebut.
    “Kepada pihak-pihak yang memindahkan, KPK mengimbau agar kooperatif dan segera menyerahkan kendaraan tersebut untuk diperiksa dan diteliti oleh penyidik,” ucap dia.
    Dalam perkara ini, KPK telah menetapkan 11 tersangka dalam kasus dugaan korupsi pungutan liar sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kementerian Ketenagakerjaan.
    Salah satu adalah Wakil Menteri Ketenagakerjaan RI Immanuel Ebenezer.
    “KPK menaikkan perkara ini ke tahap penyidikan dengan menetapkan 11 orang sebagai tersangka, yakni IBM, kemudian GAH, SB, AK, IEG (Immanuel Ebenezer Gerungan), FRZ, HS, SKP, SUP, TEM, dan MM,” kata Ketua KPK Setyo Budiyanto di Gedung KPK, Jumat (22/8/2025).
    Setyo mengatakan, Irvian Bobby Mahendro selaku Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personil K3 Kemenaker tahun 2022-2025 menerima aliran uang Rp 69 miliar terkait kasus pemerasan pengurusan sertifikat K3.
    Uang tersebut diterima Irvian Bobby Mahendro selama kurun waktu 2019-2024 melalui perantara.
    Setyo mengatakan, uang tersebut digunakan untuk down payment (DP) rumah, belanja, dan hiburan.
    Sementara itu, Wamenaker Immanuel Ebenezer alias Noel juga menerima aliran uang tersebut.
    “Sejumlah uang tersebut mengalir kepada pihak penyelenggara negara yaitu Saudara IEG (Immanuel Ebenezer Gerungan) sebesar Rp 3 miliar pada Desember 2024,” kata Setyo.
    Akibat perbuatannya, Noel dan 10 tersangka lainnya dipersangkakan Pasal 12 huruf (e) dan/atau Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU 20 Tahun 2001 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DPR di Ujung Teriakan Rakyat
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Agustus 2025

    DPR di Ujung Teriakan Rakyat Nasional 27 Agustus 2025

    DPR di Ujung Teriakan Rakyat
    Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
    ADA
    gema yang lahir dari jalanan, dari ruang digital yang riuh, dari suara rakyat yang tak lagi sabar menunggu janji: “Bubarkan DPR.”
    Teriakan itu, seperti gaung dalam gua yang lembap, berulang dan berulang. Ia tak datang dari satu titik, tetapi dari rasa frustrasi yang meluas: gaji fantastis, tunjangan rumah, perjalanan dinas, gestur yang tampak meremehkan, hingga joget di ruang sidang yang mestinya sakral.
    Namun, apakah teriakan itu sungguh ditujukan untuk menutup pintu DPR, atau hanya jeritan kolektif yang ingin didengar? Di sanalah paradoksnya: rakyat bersuara, tetapi konstitusi menjawab dengan dingin—tidak bisa.
    Pasal 7C UUD 1945 tegas: Presiden tidak dapat membekukan atau membubarkan DPR. Sebuah norma yang lahir dari luka sejarah, dari trauma ketika Soekarno dengan satu penetapan menyingkirkan parlemen hasil Pemilu 1955, menggantinya dengan DPR Gotong Royong.
    Sebuah luka ketika Abdurrahman Wahid mencoba mengulanginya, hanya untuk berakhir dengan kejatuhan dirinya.
    Teriakan itu, dengan demikian, bukanlah instruksi. Ia adalah tanda. Sebuah alarm bahwa legitimasi sedang retak.
    Kita pernah hidup dalam sejarah ketika lembaga yang bernama DPR bisa dihentikan dengan selembar kertas.
    Pada 5 Maret 1960, Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No. 3/1960. DPR dibubarkan. Alasan formalnya sederhana: penolakan RAPBN. Alasan politisnya lebih dalam: DPR dianggap tak revolusioner, tak sejalan dengan visi Demokrasi Terpimpin.
    Sejak itu, kita hidup dengan DPR Gotong Royong, lembaga tanpa akar elektoral, sekadar cermin kehendak presiden. Rakyat kehilangan rumah bagi aspirasinya.
    Empat dekade kemudian, 23 Juli 2001, sejarah hampir berulang. Abdurrahman Wahid, dengan Maklumat Presiden, membekukan DPR dan MPR.
    Namun kali ini, konstitusi dan politik tak berpihak. Militer menolak, rakyat terpecah, Mahkamah Agung menegaskan langkah itu tak sah. Gus Dur jatuh.
    Sejarah itu mengajarkan: pembubaran DPR bukan jalan. Ia hanya melahirkan krisis yang lebih dalam.
    Meski begitu, sulit menyangkal: ada jurang yang menganga antara DPR dan rakyat. Lembaga yang disebut “wakil rakyat” itu sering kali tak berwajah rakyat. Ia berwajah partai, fraksi, kepentingan dagang, bahkan transaksi.
    Narasi “bubarkan DPR” lahir dari nurani yang terluka. Dari rakyat yang melihat parlemen lebih sibuk dengan tunjangan ketimbang pengawasan.
    Dari buruh yang menunggu perlindungan, tetapi yang tiba adalah revisi undang-undang yang menguntungkan pemodal. Dari petani yang menjerit karena lahan diserobot, tetapi suara mereka hilang di ruang rapat.
    Nurani itulah yang memaksa publik bersuara. Meski mereka tahu, secara hukum, DPR tak bisa dibubarkan.
    Hukum berdiri seperti pagar. Ia dingin, rasional, sering kali terasa kaku. Pasal 7C UUD 1945 adalah pagar itu. Tidak ada pintu di sana. Tidak ada ruang tafsir untuk keadaan darurat sekalipun.
    Sistem presidensial memang dibangun agar tak ada pihak yang bisa membubarkan pihak lain. DPR hanya bisa berakhir dengan pemilu. Presiden hanya bisa jatuh dengan pemakzulan.
    Asimetri yang disengaja: eksekutif tak bisa mematikan legislatif, legislatif hanya bisa menjatuhkan eksekutif dengan mekanisme yang panjang.
    Seruan “bubarkan DPR” karenanya hanya gema politik. Ia tak akan menemukan jalannya dalam undang-undang, kecuali melalui amandemen UUD.
    Dan itu pun, sebuah jalan yang hampir mustahil: DPR dan DPD harus menyetujui, MPR harus mengesahkan. Artinya, mereka yang dituntut bubar justru memegang kunci.
    Di sinilah politik bekerja. Seruan “bubarkan DPR” bisa jadi lebih berguna sebagai simbol ketidakpuasan ketimbang agenda nyata.
    Ia jadi bahan bakar bagi oposisi, jadi komoditas di media sosial, jadi amunisi bagi kelompok yang ingin mengganggu status quo.
    Politik selalu pandai menunggangi suara rakyat. Teriakan yang lahir dari nurani bisa dibelokkan jadi alat tawar. Bisa dijadikan ancaman, bisa jadi alat legitimasi.
    Namun, politik juga bisa memaknai ulang suara itu. Jika DPR bijak, maka seruan itu seharusnya dilihat sebagai alarm, bukan ancaman. Alarm yang menandakan jarak yang kian jauh antara rakyat dan wakilnya.
    Rakyatlah yang pada akhirnya akan memutuskan. Tidak dengan dekrit, tidak dengan penetapan presiden, tidak dengan maklumat. Tetapi dengan selembar kertas bernama surat suara.
    Narasi “bubarkan DPR” mungkin tak akan pernah mewujud dalam hukum. Namun, ia bisa terwujud dalam pilihan rakyat di pemilu. Dengan cara itu, rakyat bisa “membubarkan” wajah lama DPR, menggantinya dengan wajah baru.
    Namun, pertanyaannya: apakah rakyat percaya pada mekanisme itu? Atau apakah demokrasi kita terlalu tersandera oleh partai politik, sehingga pilihan rakyat sekadar memilih nama-nama yang telah disiapkan oligarki?
    Di situlah letak tragedinya. Rakyat ingin perubahan, tetapi saluran formalnya dibatasi. Teriakan pun menggema, mencari jalan lain.
    “Bubarkan DPR” mungkin bukan instruksi yang realistis. Ia adalah metafora, cara rakyat mengekspresikan kehilangan kepercayaan. Sebuah tanda bahwa lembaga yang mestinya menyalurkan aspirasi justru terasa asing, bahkan menindas.
    Konstitusi sudah menutup pintu pembubaran. Sejarah sudah memperingatkan risikonya. Hukum sudah menegaskan ketidakmungkinannya, tetapi nurani rakyat tetap bersuara.
    Mungkin, yang perlu dibubarkan bukanlah DPR sebagai lembaga. Melainkan cara DPR bekerja. Cara ia mewakili. Cara ia hidup dari uang rakyat.
    Dan mungkin, pada akhirnya, yang benar-benar ingin dibubarkan rakyat adalah jurang yang memisahkan mereka dari wakil yang mengaku mewakili.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1
                    
                        Sosok Dwi Hartono, Motivator dan Pengusaha yang Diduga Jadi Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN
                        Megapolitan

    1 Sosok Dwi Hartono, Motivator dan Pengusaha yang Diduga Jadi Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN Megapolitan

    Sosok Dwi Hartono, Motivator dan Pengusaha yang Diduga Jadi Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menangkap empat orang yang diduga sebagai aktor intelektual dalam penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37).
    Salah satu pelaku yang kini menjadi sorotan publik, Dwi Hartono, memiliki latar belakang sebagai pengusaha, motivator, dan pemilik yayasan amal.
    Dwi Hartono adalah salah satu dari tiga pelaku yang ditangkap di Solo, Jawa Tengah. Dwi ditangkap bersama YJ dan AA pada Sabtu (23/8/2025) sekitar pukul 20.15 WIB.
    Sehari setelahnya, Minggu (24/8/2025), polisi membekuk pelaku lainnya berinisial C di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengonfirmasi bahwa pelaku berinisial DH adalah Dwi Hartono.
    “Benar,” ujar Ade Ary saat dihubungi, Selasa (27/8/2025).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dwi Hartono diketahui sebagai pemilik salah satu bimbingan belajar (bimbel) berbasis daring atau
    online
    .
    “Saudara DH adalah seorang pengusaha, salah satu bidang usahanya adalah bimbel online,” jelas Ade Ary.
     Ade Ary mengonfirmasi soal akun Instagram Dwi Hartono adalah @klanhartono. Akun Instagram itu memiliki setidaknya 37.000 pengikut.
    Selain itu, Dwi juga dikenal sebagai motivator bisnis. Dwi Hartono diketahui juga memiliki akun Youtube bernama Klan Hartono dan telah memiliki total 169.000 pengikut.
    Di akun Youtube tersebut, Dwi diketahui sering membagikan video tentang motivasi bisnis di usia muda.
    Penelusuran
    Kompas.com
    menemukan bahwa Dwi Hartono diduga memiliki sebuah yayasan amal, @hartono_foundation, yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
    Yayasan ini pertama kali mengunggah konten pada 1 Februari 2019, dengan fokus pemberian beasiswa pendidikan, terutama untuk mahasiswa perguruan tinggi.
    Selain itu, yayasan juga mencatat aktivitas di bidang kesehatan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Unggahan terakhir tercatat pada 21 Juli 2024.
    Sosok Dwi Hartono dikenal luas di Jambi sebagai pengusaha sukses dan dermawan. Ia sempat berniat maju sebagai calon Bupati Tebo, namun batal karena diminta menjadi calon wakil bupati.
    “Ya, dulu dia mau maju Bupati, tapi dia diminta jadi nomor dua (wakil bupati). Jadi batal karena dari awal dia mau nomor satu (bupati),” kata Jay Saragih, warga Tebo, saat dikonfirmasi, Selasa (26/8/2025).
    Menurut Jay, Dwi dikenal kerap membantu warga, mendatangkan penyanyi dangdut dari Jakarta, dan menyediakan fasilitas desa, termasuk satu unit mobil ambulans.
    “Warga sebenarnya berharap dia maju jadi Bupati, bukan wakil, karena dia dikenal sebagai dermawan di sini. Jadi dia mundur,” tambah Jay.
    Dwi Hartono merupakan pengusaha besar di Desa Tirta Kencana Unit 6, Kecamatan Rimbo Bujang.
    Keluarga besarnya telah lama berkecimpung di dunia usaha, termasuk memiliki salah satu grosir terbesar di Pasar Rimbo Bujang.
    Ia juga kerap menjadi penyokong dana dalam berbagai acara, termasuk reuni alumni SMA, hingga mendatangkan artis dangdut nasional.
    (Penulis: Baharudin Al-Farisi, Aryo Tondang, Irfan Maullana)

    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 2
                    
                        Kostrad Minta Warga Segera Kosongkan Rumah Dinas di Kebayoran Lama
                        Megapolitan

    2 Kostrad Minta Warga Segera Kosongkan Rumah Dinas di Kebayoran Lama Megapolitan

    Kostrad Minta Warga Segera Kosongkan Rumah Dinas di Kebayoran Lama
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Komandan Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) meminta warga segera mengosongkan rumah dinas di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
    Wakil Kepala Tim Penertiban Rumah Dinas Kostrad, Kolonel Inf Daniel Lumbanraja Nainggolan menjelaskan alasan pengosongan rumah tersebut karena prajuritnya belum memiliki rumah dinas.
    “Sebenarnya di masa saat ini, untuk anggota kami, ini lebih dari ratusan orang yang belum memiliki rumah dinas,” ungkap Daniel Lumbanraja Nainggolan di Markas Kostrad, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
    Daniel mengatakan rumah dinas itu diperuntukan 3 anggota Kostrad berpangkat Kolonel, 17 anggota berpangkat Letkol, dan 92 anggota berpangkat Mayor.
    Mereka memiliki hak mendapatkan tempat tinggal yang disediakan oleh negara. 
    “Perlu ditekankan bahwa di sini hak asasi untuk mempunyai tempat tinggal itu bukan hanya kepada masyarakat sipil, tetapi juga dari kami prajurit,” kata Daniel.
    Menurut dia, 13 warga tidak berhak menempati rumah dinas itu karena orangtua mereka prajurit ataupun warakawuri (istri prajurit) sudah meninggal dunia. 
    “Karena mereka ini orang tuanya sudah tidak ada, ibunya juga yang warakawuri juga sudah tidak ada, mereka kan berarti sudah bukan yang berhak,” jelas Daniel.
    Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga RW 007 merasa keberatan atas rencana pengosongan rumah di lingkungan RW 007, Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 
    Mereka menilai putusan Mahkamah Agung (MA) yang menjadi dasar Surat Peringatan (SP) 1 bukan merupakan putusan yang condemnatoir, sehingga tidak dapat dieksekusi. 
    Sebanyak 15 keluarga kemudian mengadukan rencana penggusuran itu kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). 
    Lembaga ini kemudian turun tangan dan meminta Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menunda pengosongan rumah yang diklaim warga bukan aset negara. 
    “Komnas HAM sudah mengirimkan surat ke Pangkostrad terkait dengan kasus aduan penggusuran terhadap warga,” kata Anis saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
    Dalam laporan yang diterima Komnas HAM, warga mengaku penggusuran dilakukan karena pihak Kostrad mengeklaim rumah mereka sebagai rumah dinas.
    “Pada pokoknya pengadu menyampaikan keberatan atas rencana pengosongan rumah negara sebagaimana surat dari Asisten Logistik Kostrad pada 14 Juli 2025,” demikian isi pernyataan pelapor yang diwakilkan warga bernama Deni.
    Deni menambahkan, keberatan tersebut diajukan karena rumah yang mereka tempati tidak tercatat sebagai aset milik negara.
    Atas dasar itu, warga menilai Kostrad tidak memiliki hak untuk menggusur. Meski surat permintaan penundaan dari Komnas HAM telah dikirim pada 11 Agustus 2025, warga mengaku tetap menerima surat perintah ketiga (SP-3) untuk mengosongkan rumah.
    “Padahal kan sudah disurat Komnas HAM, tapi tadi pagi kami dapat SP-3,” ungkap salah satu warga terdampak, Dewi, saat ditemui di lokasi, Jumat.
    Warga pertama kali menerima SP-1 pada 14 Juli 2025, dengan tenggat waktu dua minggu untuk mengosongkan rumah. Penolakan warga berlanjut dengan diterimanya SP-2 pada 28 Juli 2025.
    Sebagai bentuk perlawanan, warga menggelar aksi di sekitar tempat tinggal mereka di Jalan Kompleks Kostrad pada Kamis (14/8/2025), sehari sebelum mereka menerima SP-3. Aksi tersebut dilakukan karena masa tenggat SP-2 telah berakhir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Prabowo Bakal Pidato pada Hari Pertama Umum Sidang PBB, Dapat Giliran Ketiga
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 Agustus 2025

    Prabowo Bakal Pidato pada Hari Pertama Umum Sidang PBB, Dapat Giliran Ketiga Nasional 26 Agustus 2025

    Prabowo Bakal Pidato pada Hari Pertama Umum Sidang PBB, Dapat Giliran Ketiga
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan berpidato di hari pertama Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 23 September 2025 mendatang.
    Hasan menyebutkan, Prabowo akan menjadi kepala negara ketiga yang menyampaikan pidato di hari pertama itu.
    “Presiden nanti dijadwalkan pidato di hari pertama dan urutan ketiga pada tanggal 23 September,” kata Hasan di Kantor PCO, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
    Kendati demikian, Hasan belum mau menyampaikan topik apa saja yang akan disampaikan Prabowo dalam sidang umum itu.
    Ia juga masih menutup rapat agenda apa saja yang akan dilakukan Prabowo selama di Amerika Serikat (AS).
    “Yang jelas perjalanan ke sana untuk berpidato, agenda lain saya belum bisa berkomentar tetapi yang jelas pidato di sidang United Nations General Assembly (UNGA),” kata Hasan.
    Di sisi lain, Hasan menyampaikan bahwa pembicaraan Prabowo tidak menutup kemungkinan mengenai ekonomi dan geopolitik.
    “Ya, tidak menutup kemungkinan tetapi kan saya tidak bisa kasih bocoran apa-apa. Biar nanti, tunggu aja pidato Presiden nanti,” tandasnya.
    Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo akan menghadiri Sidang Umum PBB pada 23 September 2025.
    Hasan bilang, Prabowo akan berpidato setelah Presiden Brasil Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump.
    “Menurut jadwal sementara ini memang Presiden Prabowo akan berpidato setelah Presiden Lula dan Presiden Trump,” kata Hasan kepada
    Kompas.com.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Rob Jadi PR Berat, Jateng Sambut Positif Badan Otorita Baru Bentukan Presiden Prabowo
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        26 Agustus 2025

    Banjir Rob Jadi PR Berat, Jateng Sambut Positif Badan Otorita Baru Bentukan Presiden Prabowo Regional 26 Agustus 2025

    Banjir Rob Jadi PR Berat, Jateng Sambut Positif Badan Otorita Baru Bentukan Presiden Prabowo
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyambut positif keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk membentuk Badan Otorita Pengelola Tanggul Laut Pantai Utara Jawa (Pantura).
    Badan tersebut akan mengawal pembangunan tanggul laut raksasa atau giant sea wall di sepanjang Pantura untuk mengatasi banjir rob.
    “Kami sangat support dengan dibentuknya badan otorita untuk penanganan Pantai Utara Jawa,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno, di kompleks gubernuran, Kota Semarang, Selasa (26/8/2025).
    Sumarno berharap Badan Otorita Pengelola Pantura segera bekerja untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di Pantura, terutama banjir rob.
    “Karena Pantura Jawa Tengah itu PR kami yang berat,” katanya.
    Menurutnya, persoalan rob mendesak di wilayah Pantura Jateng berada di Pekalongan, Kota Semarang, dan Demak.
    “Kemarin saya ke Jepara. Jepara dulu itu tidak ada genangan-genangan di sekitar Pantai Kartini, sekarang ada genangan. Berarti PR kita berat,” beber Sumarno.
    Ia mendorong agar penanganan rob di Pekalongan, Semarang, Demak, dan Jepara menjadi prioritas badan baru tersebut.
    “Kalau (daerah-daerah) itu tidak (prioritas), nanti akan kita usulkan untuk menjadi prioritas untuk diselesaikan,” tegasnya.
    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto membentuk dua badan baru: Badan Otorita Pengelola Tanggul Laut Pantura Jawa dan Badan Industri Mineral.
    Kepala kedua badan tersebut dilantik di Istana Negara pada Senin (25/8/2025).
    Badan Pengelola Tanggul Laut Pantura Jawa dipimpin oleh Didit Herdiawan Ashaf, purnawirawan TNI AL berpangkat Laksamana Madya.
    Sementara Badan Industri Mineral dipimpin oleh Brian Yuliarto, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologi Dokter RSUD BDH Surabaya Dipukul dengan Batu oleh Pasiennya
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        26 Agustus 2025

    Kronologi Dokter RSUD BDH Surabaya Dipukul dengan Batu oleh Pasiennya Surabaya 26 Agustus 2025

    Kronologi Dokter RSUD BDH Surabaya Dipukul dengan Batu oleh Pasiennya
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Dr Faradina Sulistiyani, seorang dokter RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya, mengalami kekerasan berupa pemukulan menggunakan batu dari pasiennya, Norliyanti, warga Babat Jerawat.
    Plt Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, dr. Arif Setiawan mengatakan, peristiwa itu bermula ketika pasien tersebut melakukan operasi di area punggung, 20 Agustus 2023 silam.
    “Kemudian (setelah operasi) dilanjutkan dengan kontrol rutin ke beberapa poli spesialistik,” kata Arif, ketika dikonfirmasi, Selasa (26/8/2025).
    Arif menyebut, Norliyanti merasa masih mengalami nyeri di area punggung setelah menjalani operasi.
    Akhirnya, pasien tersebut melakukan kontrol klinik bedah umum setiap Minggunya.
    “Untuk mengevaluasi penyebab lain keluhan nyeri juga dilakukan konsultasi antar poli spesialistik. Pelaku kontrol rutin tiap bulan baik di klinik bedah umum dan penyakit dalam,” ucapnya.
    Kemudian, kata Arif, pasien mendatangi, Faradina di klinik penyakit dalam RS BDH, Jumat (25/4/2025), sekitar pukul 10.30 WIB.
    Selain itu, dia juga bertanya keberadaan Faradina.
    “Sesaat pasien selesai di klinik penyakit dalam, pelaku mendatangi ruang periksa bedah umum untuk melakukan tindakan tersebut dengan batu yang sudah disiapkan sebelumnya,” jelasnya.
    Faradina menerima sebanyak 2 kali pukulan di bagian kepalanya dan 3 kali di area punggungnya.
    Hal tersebut, membuat korban harus menjalani perawatan secara intensif di rumah sakit.
    “Kondisi tersebut menimbulkan trauma kepada dr Faradina, meskipun merupakan relawan tenaga kesehatan ke Gaza 2 kalo dengan ancaman hidup yang terus menerus pernah dialami,” ujarnya.
    “Kasus pemukulan ini justru memberikan bekas yang berat dari orang yang pernah mendapatkan perlakuan yang keji, justru dari pelaku yang pernah dirawatnya,” tambahnya.
    Arif mengungkapkan, peristiwa pemukulan menggunakan batu tersebut dilaporkan ke Polsek Benowo.
    Dua hari berselang, pihaknya sempat melakukan mediasi dengan pelaku tapi tidak menemukan titik temu.
    Saat ini, Norliyanti telah menjalani persidangan terkait kasus penganiayaan tersebut di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya dengan nomor perkara 1660/Pid.B/2025/PN Sby.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 Agustus 2025

    Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik Megapolitan 26 Agustus 2025

    Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Di bawah riuh kendaraan yang melintas di jalan layang dan tol Grogol, Jakarta Barat, sejumlah warga hidup tanpa tempat tinggal layak.
    Mereka memilih menetap di kolong
    flyover
    , menjadikannya “rumah” sekaligus pangkalan kerja.
    Rukiman (48), perantau asal Jepara, Jawa Tengah, sudah sekitar delapan bulan terakhir menetap di kolong
    flyover
    Grogol.
    Pria yang sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang gali itu menuturkan, lokasi tersebut sudah lama dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pekerja serabutan.
    “Kalau dari dulu, dari jaman dulu kan orang di Jakarta sudah tau, kalau cari tukang gali, ya tukang gali Grogol. Ya kita-kita ini, yang di kolong sini,” ujar Rukiman kepada
    Kompas.com
    , Selasa (26/8/2025).
    Namun, kondisi ekonomi yang kian sulit membuatnya tak lagi bergantung pada satu jenis pekerjaan.
    “Sekarang ya kan cari duit susah
    to
    , kerja ya apa saja, serabutan saja. Enggak mesti galian atau proyek. Yang penting bisa dapat (uang),” katanya.
    Rukiman mengaku sudah hampir satu bulan tak mendapat pesanan proyek.
    “Sudah lama banget nggak ada orderan, sudah jarang yang dateng ke sini. Hampir satu bulan kayaknya,” sambungnya.
    Di perantauan, Rukiman tinggal bersama beberapa rekannya yang ia sebut sebagai dulur.
    Mereka juga sama-sama datang dari Jepara dan tak punya tempat tinggal tetap.
    “Ada dulur. Dulu kan ya ngikut dulur-dulur dari Jepara pada merantau ke sini (Jakarta). Sekarang di sini ya ada dulur juga,” tuturnya.
    Rukiman tidur beralaskan kardus dan karung yang digelar di atas
    paving block
    .
    Di samping tempat tidurnya, tampak ketel listrik, galon, tumpukan kardus berisi barang, hingga jam dinding sederhana.
    Pemandangan serupa juga terlihat dari rekan-rekannya, ada yang beristirahat di atas tikar dan kardus, dengan tas ransel dijadikan bantal.
    Pantauan
    Kompas
    .com menunjukkan, ada beberapa orang lain yang tinggal di sepanjang kolong
    flyover
    , dari lampu merah Grogol hingga Stasiun Grogol.
    Lokasi ini juga dikenal sebagai titik macet dengan riuh klakson kendaraan pada jam sibuk.
    Suwandi (46), tukang gali asal Kudus, menegaskan bahwa keberadaan mereka di kolong
    flyover
    bukan sekadar mencari tempat tinggal, melainkan pangkalan kerja.
    “Pangkalan (bukan tempat tinggal). Ya tidur di sini tiap hari, buat nunggu orderan,” ucapnya sambil bersandar di tiang penyangga tol.
    Ia mengakui, keberadaan mereka kerap dipersoalkan petugas Satpol PP.
    “Dari jaman dulu juga kan orang udah pada tau kita (tinggal di kolong
    flyover
    ). Cuma cari tempat buat tidur aja,” lanjutnya.
    Saat ditanya soal rencana pemerintah menata ulang kolong
    flyover
    menjadi ruang publik, Rukiman hanya bisa pasrah.
    “Ya, gimana, enggak mungkin melawan juga. Kan ini tanah negara, saya terserah gubernurnya saja. Saya cuma mau cari uang,” katanya.
    Ia menegaskan tak pernah melawan ketika diminta pindah.
    “Selama ini juga tertib, saya enggak pernah berani melawan. Karena semenang-menangnya kalau melawan negara, tetap pasti akan kalah,” ujarnya.
    Suwandi pun mengaku hanya bisa mengikuti arahan pemerintah.
    “Enggak tau. Harus ngapain juga saya enggak tau, Mas. Saya cuma bisa ngikut aja,” ucapnya.
    Meski begitu, ia masih menyimpan harapan agar pemerintah suatu saat memperhatikan nasib mereka.
    “Ya, mau aja sih. Tapi, saya enggak tau. Enggak mau apa-apa lagi, cuma mau cari kerjaan saja,” katanya.
    Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat menyampaikan rencana menata dua kolong flyover di Grogol dan Rawa Buaya menjadi ruang publik.
    Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jakarta Barat, Imron Sjahrin, menjelaskan rencana tersebut menindaklanjuti instruksi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo usai meninjau
    Skatepark
    di kolong
    flyover
    Slipi pada 14 Agustus 2025.
    “Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
    flyover
    Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron, Jumat (22/8/2025).
    Pramono disebut menginginkan ruang di bawah flyover Jakarta Barat ditata serupa, baik menggunakan anggaran APBD maupun dana
    Corporate Social Responsibility
    (CSR).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sempat Ditutup Imbas Longsor, Akses Jalan Batu Tulis Bogor Sudah Bisa Dilintasi Motor
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 Agustus 2025

    Sempat Ditutup Imbas Longsor, Akses Jalan Batu Tulis Bogor Sudah Bisa Dilintasi Motor Megapolitan 26 Agustus 2025

    Sempat Ditutup Imbas Longsor, Akses Jalan Batu Tulis Bogor Sudah Bisa Dilintasi Motor
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com –
    Akses sementara kendaraan roda dua di Jalan Saleh Danasasmita, Batu Tulis, Kota Bogor, sudah mulai bisa dilintasi oleh pengguna jalan pada Selasa (26/8/2025).
    Pembukaan akses jalan di kawasan tersebut dipercepat dari jadwal sebelumnya Rabu (27/8/2025).
    Berdasarkan pemantauan Kompas.com dari lokasi, sejumlah kendaraan roda dua tampak sudah bisa melintas di jalur tersebut.
    Sejumlah petugas Dinas Perhubungan (Dishub) juga ditempatkan di lokasi untuk memantau laju kendaraan roda dua yang melintas.
    Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan, dipercepatnya jadwal pembukaan akses sementara kendaraan roda dua di kawasan Batu Tulis itu dilakukan setelah pihaknya melakukan uji coba.
    “Sementara untuk kendaraan roda dua, mulai sekarang sudah dibuka. Resminya hari Rabu. Setelah kami lakukan uji coba ternyata sudah bisa dilintasi per sore ini,” kata Dedie, Selasa.
    Dedie menyampaikan, akses sementara kendaraan roda dua ini memiliki lebar jalan 2,5 meter.
    Sebab itu, ia mengimbau pengendara untuk tetap berhati-hati.
    Dedie menambahkan, fasilitas penunjang jalan seperti lampu penerangan (PJU) dan marka jalan sudah terpasang.
    “Saya mengimbau kepada masyarakat pengguna jalan untuk tetap berhati-hati, karena lebar jalan rata-rata sekitar 2,5 meter dengan kondisi tanah yang masih labil,” tuturnya.
    Dedie menyebut, pengerjaan penguatan tebing menggunakan bronjong serta pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) di area Istana Batutulis masih terus dilanjutkan.
    Ia memastikan, meski masih ada tahapan pengerjaan struktur penguatan tebing tidak akan berdampak terhadap keselamatan pengguna jalan.
    “Pekerjaan penguatan tebing dengan bronjong dan pengerjaan TPT di area Istana Batutulis tetap berjalan. Semua dilakukan agar aspek keselamatan dapat benar-benar terpenuhi,” kata dia.
    Sebelumnya, akses Jalan Saleh Danasasmita, di kawasan Batu Tulis, terpaksa ditutup akibat longsor pada Maret 2025.
    Kondisi tersebut berdampak terhadap aktivitas masyarakat setempat.
    Mereka terpaksa harus mencari jalan alternatif lain untuk menuju pusat kota yang memiliki rute perjalanan yang terbilang jauh.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.