Korban Foto Asusila Editan AI di Kota Cirebon Terus Bertambah, Terkini Siswi SMP
Tim Redaksi
CIREBON, KOMPAS.com
– Kuasa hukum korban foto asusila yang diedit menggunakan kecerdasan buatan (
artificial intelligence
/AI) kembali melaporkan korban baru.
Korban yang baru melaporkan ini diketahui masih duduk di bangku SMP, berbeda dengan sebelumnya yang merupakan pelajar siswi SMA.
Raden Reza Pramadia, kuasa hukum tiga korban edit foto asusila, menyampaikan bahwa pihaknya mendampingi korban baru tersebut ke Mapolres Cirebon Kota pada Rabu malam.
Korban didampingi oleh orangtua dan keluarganya.
“Hari ini mulai diperiksa jadi kami dampingi lagi ke Mapolres Cirebon Kota, sedangkan laporannya sendiri baru tadi malam, ini korban baru, masih sekolah SMP,” kata Reza saat dihubungi
Kompas.com
pada Kamis (28/8/2025) siang.
Reza menjelaskan bahwa laporan yang dia lakukan untuk tiga orang korban bersifat Pengaduan Masyarakat (Dumas).
Ia berharap laporan ini segera ditindaklanjuti dengan menaikkan statusnya ke penyidikan.
“Sekarang masih dalam tahap penyelidikan. Kalau nanti berhasil ditingkatkan, baru masuk ke penyidikan dan dibuat LP-nya,” ujarnya.
Reza menegaskan bahwa seluruh pendampingan terhadap tiga orang korban ini dilakukan secara pro bono atau tanpa biaya.
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota, AKP Fajrie Ameli Putra, mengungkapkan bahwa laporan dari beberapa kuasa hukum sudah diterima.
Sebagian masih berusaha melengkapi berkas, sementara sebagian lainnya telah menunjukkan foto-foto yang diedit tersebut.
“Kalau foto yang diedit itu sudah sempat ditunjukkan ke kami, kalau dari beberapa korban sudah ada yang bisa menunjukkan dan sudah bisa kita proses. Itu ya diambilnya wajah-wajah rekan-rekan korban, dipakai dengan badan ataupun postur yang berbeda yang mengarah ke pornografi,” kata Fajri saat ditemui Kompas.com pada Senin (25/8/2025) malam.
Dalam kasus ini, Fajri melakukan respons cepat dengan menampung semua informasi, termasuk memeriksa terduga terlapor.
Namun, mengenai jumlah orang serta bagaimana cara dan proses mereka melakukan tindakan tersebut masih perlu didalami lebih lanjut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Author: Kompas.com
-
/data/photo/2025/08/28/68b01ad749277.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
3 Polisi Gadungan Dibekuk, Tipu Keluarga Tahanan di Pasuruan Puluhan Juta Rupiah Surabaya 28 Agustus 2025
3 Polisi Gadungan Dibekuk, Tipu Keluarga Tahanan di Pasuruan Puluhan Juta Rupiah
Tim Redaksi
PASURUAN, KOMPAS.com
– Satuan Reskrim Polres Pasuruan Kota menangkap tiga polisi gadungan, yang menjanjikan pembebasan tahanan dari sel Polres Pasuruan Kota.
“Aksi ketiga tersangka yang mengaku polisi itu terkuak setelah ada laporan dari keluarga tahanan yang sedang kami proses hukum,” kata Iptu Choirul Mustofa, Kasatreskrim Polres Pasuruan Kota, Kamis (28/08/2025).
Tiga polisi gadungan itu adalah F (47) dan S (49), warga Kademangan, Kota Probolinggo, serta Y (50), warga Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan.
Choirul menjelaskan, pihaknya mengendus perbuatan polisi gadungan itu setelah mendapat laporan dari A (40), warga Desa Rowogempol, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan.
A adalah salah satu keluarga tahanan yang terlibat kasus curanmor, dan kini ditahan di Polres Pasuruan Kota. Modus yang dilakukan para tersangka adalah mendatangi A dengan mengaku sebagai polisi.
Selang beberapa waktu, ketiganya menjanjikan dapat membebaskan anggota keluarganya yang kini sedang diproses hukum dengan membayar sejumlah uang.
“Tiga orang yang diduga preman ini mengaku sebagai polisi. Dia berjanji bisa membebaskan tahanan, tapi dengan membayar uang. Korban sudah menyerahkan uang puluhan juta,” kata dia.
Choirul menegaskan, selama penyidikan terhadap keluarga A yang sedang diproses hukum, ketiga polisi gadungan itu tidak pernah masuk ke Mapolres Pasuruan Kota.
Namun, setelah ada laporan dari A, polisi lalu mengejar para pelaku. F dan S ditangkap di wilayah Probolinggo, sementara Y ditangkap di sekitar rumahnya.
Dari hasil penangkapan, polisi mendapatkan barang bukti berupa uang sebesar Rp 5 juta.
“Saat ini masih dalam pemeriksaan intensif dan pengembangan apakah dimungkinkan ada korban lain,” cetus Choirul.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2022/02/25/6218c8c9178dc.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hilang Kontak 3 Hari, Kapal dari Pulau Bawean Tujuan Lamongan Ditemukan Surabaya 28 Agustus 2025
Hilang Kontak 3 Hari, Kapal dari Pulau Bawean Tujuan Lamongan Ditemukan
Tim Redaksi
GRESIK, KOMPAS.com
– Kapal Layar Motor (KLM) Ayta CK2 yang sempat m nghilang’tiga hari di lautan, akhirnya ditemukan pada Kamis (28/8/2025) pagi WIB.
Nakhoda beserta empat anak buah kapal (ABK) selamat dan dalam kondisi sehat.
Adapun KLM Ayta CK2 tersebut berangkat dari pelabuhan di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Senin (25/8/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.
Kapal membawa muatan kayu sengon dan ikan segar, dengan tujuan Pelabuhan Rakyat (Pelra) Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
“Seharusnya sudah sampai di tujuan (sesuai jadwal) tanggal 26 Agustus 2025,” ujar Kasatpolairud Polres Gresik Iptu Arifin, saat dikonfirmasi, Kamis.
Sebelumnya, KLM Ayta CK2 sempat berpapasan dan disalip oleh KLM Rajawali yang memiliki tujuan sama.
Kejadian ini terjadi sekitar 20 mil dari bibir pantai Pulau Bawean, pada hari yang sama (25/8/2025) sekitar pukul 19.30 WIB.
Namun, nakhoda dan ABK KLM Rajawali yang tiba lebih dulu di Pelra Sedayulawas mengaku sempat kehilangan komunikasi.
Bahkan, ditunggu sampai Selasa (26/8/2025) sore WIB, KLM Ayta CK2 tersebut tidak juga kunjung tiba di Pelra Sedayulawas.
“Pada hari ini, sesuai informasi dari KSOP Tanjung Pakis Brondong, bahwa kapal Ayta CK2 sudah ditemukan oleh nelayan di Perairan Rembang, Jawa Tengah, dalam keadaan selamat,” tutur Arifin.
Ia mengatakan, proses evakuasi KLM Ayta CK2 yang mengalami kerusakan mesin tersebut dilakukan oleh KSOP Tanjung Pakis bersama dengan Basarnas Bojonegoro.
KLM Ayta CK2 yang dinakhodai oleh Edi Siswanto, dengan ABK Supaji (65), Maki (61), Bakir (47), dan Hakim (48), bakal dievakuasi menuju tujuan, yaitu Pelra Sedayulawas.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/12/28/676fa1b86f8b3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jasad Nenek di Banyuwangi Ditemukan dengan Luka Lebam, Polisi Ungkap Faktanya Surabaya 28 Agustus 2025
Jasad Nenek di Banyuwangi Ditemukan dengan Luka Lebam, Polisi Ungkap Faktanya
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Jasad seorang nenek bernama Suraten ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Dusun Setembel RT 06 RW 01 Desa Gambiran Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (28/8/2025).
Jenazah Suraten ditemukan oleh tetangganya sendiri, Samsiyah yang masuk ke rumah Suraten dengan tujuan ingin bertanya kondisi karena tetangganya itu tidak keluar rumah sama sekali.
“Saksi Samsiyah masih melihat korban beraktivitas pada hari Rabu (27/8/2025) pukul 15.00 WIB,” kata Kapolsek Gambiran, AKP Badrodin Hidayat.
Kemudian pada hari berikutnya, saat hendak mencari tetangganya, Samsiyah mendapati rumah Suraten dalam keadaan tidak terkunci.
Spontan, Samsiyah masuk kedalam rumah dan menemukan tetangganya sudah tidak bergerak dengan badan membengkak.
Samsiyah yang syok segera meminta bantuan warga sekitar.
Setelah mendapat laporan, polisi dan petugas kesehatan mendatangi lokasi untuk melakukan pemeriksaan, disusul Tim Inafis Polresta Banyuwangi.
Hasil olah TKP, jenazah ditemukan sudah dalam keadaan terlentang di atas kasur dengan mengenakan pakaian lengkap berwarna ungu terong dan mengenakan sarung bermotif batik.
“Jenazah sudah mengalami lebam mayat pada sebagian tubuh. Jasad diduga karena proses dari pembusukan mayat,” ucap Hidayat.
Polisi dan petugas kesehatan juga tak menemukan adanya luka baru atau tanda tanda kekerasan pada jenazah yang diperkirakan meninggal dunia dalam kurun waktu 1×24 jam tersebut.
Temuan tersebut sekaligus menepis isu yang mengatakan bahwa korban diduga menjadi korban pembunuhan sebab ditemukan luka-luka di tubuhnya.
“Ada salah satu warga menyampaikan bahwa kalung milik korban tidak terlihat di leher (menghilang), akan tetapi setelah dilakukan olah TKP didapatkan kalung tersebut masih menempel pada leher korban dan tertutup oleh lebam yang ada di leher korban bagian depan,” urai Hidayat.
Berdasarkan hasil dari olah TKP diperkuat dengan hasil pemeriksaan medis dan keterangan saksi, dugaan awal penyebab kematian korban dikarenakan mati wajar faktor usia dan dikuatkan oleh keterangan anak korban akhir-akhir ini sering sakit-sakitan.
Setelah proses olah TKP selesai, Kapolsek Gambiran didampingi Kepala Dusun dan Tim olah TKP menyampaikan temuan kalung tersebut kepada seluruh warga masyarakat guna menghindari beredarnya informasi negatif.
Untuk mengetahui penyebab pastinya dari kematian korban maka perlu dilakukan beda mayat atau otopsi.
Namun pihak keluarga menyatakan telah mengikhlaskan meninggalnya korban dan tidak berkenan untuk dilakukan otopsi.
“Keluarga membuat surat pernyataan menolak otopsi. Dan selama pelaksanaan evakuasi, berlangsung aman, lancar dan kondusif,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b03a10d6fc7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mengunjungi Kafe Alero, Nenek Endang Memohon kepada Polisi Regional 28 Agustus 2025
Mengunjungi Kafe Alero, Nenek Endang Memohon kepada Polisi
Tim Redaksi
KLATEN, KOMPAS.com –
Endang Wahyu Hidayati (78) belakangan menjadi perhatian publik karena disomasi Rp 115 juta oleh platform media berbayar atas tuduhan pelanggaran hak siar pertandingan sepak bola Inggris pada 2024.
Dia dituduh menayangkan pertandingan sepak bola dalam sebuah acara halalbihalal keluarga di Kafe Alero miliknya.
Kafe Alero berlokasi di Jalan Dr. Cipto Mangun Kusumo, Sekar Arum, Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kafe Alero dahulunya adalah rumah Nenek Endang.
Kemudian, pada tahun 2023, tepatnya pada 10 November, tempat tersebut disulap menjadi kafe dengan nama Alero Coffee & Eatery.
Nama kafe milik Nenek Endang diambil dari nama kedua cucunya.
“Nama Alero saya ambil dari nama cucu saya, Allen sama Rio, kakaknya,” kata Nenek Endang di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025).
Kafe Alero dikelola oleh menantunya bernama Dewi.
Kafe Alero memiliki dua karyawan dan buka setiap hari mulai pukul 14.00-24.00 WIB.
Mengenai tuduhan melanggar hak siar, Endang menegaskan tidak pernah bermaksud mengkomersialkan siaran pertandingan sepak bola tersebut di kafenya.
“Saya dikira mengkomersilkan, padahal tidak. Sedang saya tidak punya lisensi,” kata Endang.
Dalam surat somasi, dijelaskan bahwa kafe milik Endang melakukan pelanggaran hak siar dengan menayangkan laga Liga Inggris pada 11 Mei 2024.
Di sisi lain, Endang menegaskan bahwa pada hari itu, pihaknya hanya menggelar halalbihalal keluarga.
Saat itu, ia mengajak keluarga besar makan malam di rumahnya yang juga dijadikan kafe bernama Kafe Alero di Klaten.
“Saya undang (keluarga besar) untuk acara makan malam di Alero Coffee biar sekalian maksud saya memamerkan warungnya biar ngerti (tahu),” ujar Endang.
Menurutnya, saat itu sekitar 20 anggota keluarga hadir. Ia mengaku tidak tahu siapa yang menyalakan televisi hingga menayangkan laga Liga Inggris.
“Kebanyakan (keluarga) dari Jakarta. Yang ngumpul di sini sekitar 20 orang. Saya manggil musik kan ramai pada nyanyi-nyanyi gitu. Ya tidak tahu siapa yang menyalakan televisi karena remote di situ,” katanya.
Endang pun mengaku kaget menerima surat somasi pada awal Juni 2024.
“Saya orang tua tidak ngerti somasi apa itu. Saya tanya, mbah ini peringatan hukum. Lha kenapa, mengenai dikira kita menayangkan nonbar (sepak bola). Saya baca itu ditunjuk bahwa kejadiannya tanggal 11 Mei 2024. Lha, 11 Mei itu kita halalbihalal keluarga,” ujarnya.
Karena upaya somasi dan mediasi tak juga mencapai kesepakatan, akhirnya kafe milik Endang dilaporkan ke polisi atas dugaan pelanggaran hak siar.
Endang pun meminta polisi dan pihak terkait meninjau ulang kasus ini.
“Sebagai pengayom masyarakat, mohon ditinjau ulang sedetail mungkin. Kepada bapak pejabat setempat, mohon pengayoman dan perlindungannya untuk orang-orang pengusaha ekonomi lemah, termasuk seperti saya,” kata Endang.
Menantu Endang, Dewi, yang mengelola kafe tersebut, juga membantah pernah mengadakan acara nonton bareng berbayar.
“Tidak pernah. Kita tidak pernah jualan tiket, tidak pernah nonbar-nonbar,” tegasnya.
Ia berharap ada solusi terbaik atas masalah ini. “Harapannya kasihlah keringanan, kebijakan, dan win-win solution. Karena dari sebelum ada kafe juga kita sudah punya TV. Karena ini kan rumah dulu,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68afdd76d5350.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hoaks Penculikan Anak untuk Jadi Tumbal Gunung Lewotobi Laki-laki, Polisi Selidiki Regional 28 Agustus 2025
Hoaks Penculikan Anak untuk Jadi Tumbal Gunung Lewotobi Laki-laki, Polisi Selidiki
Tim Redaksi
SIKKA, KOMPAS.com
– Polisi menyelidiki penyebar kabar bohong atau hoaks terkait penculikan anak untuk dijadikan tumbal Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT.
Kompas.com
mendapatkan tangkapan layar pada Kamis (28/8/2025), yang isinya mengimbau orangtua agar selalu menjaga anak-anaknya.
Di situ juga dituliskan bahwa saat ini sedang viral kasus penculikan.
Bahkan, ada pihak yang sedang mencari 20 anak laki-laki dan perempuan untuk dipersembahkan kepada Gunung Lewotobi Laki-laki agar tidak meletus lagi.
Posting
-an tersebut pun viral di media sosial Facebook dan WhatsApp pada Kamis.
Kepala Sub Seksi Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Multimedia Polres Flores Timur, Iptu Anwar Sanusi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar.
“Informasi itu kami pastikan tidak benar,” ujar Sanusi saat dihubungi, Kamis.
Dia mengimbau warga tetap waspada dan tidak terpancing dengan informasi dari sumber yang tidak jelas.
Sanusi menduga ada oknum yang sengaja melakukan upaya untuk mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat.
“Anggota sedang menyelidiki pelaku yang membuat dan menyebar
posting
-an tersebut,” katanya.
Dia mengatakan, saat ini tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki berada pada level III siaga.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/28/68b0371d913ca.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Fenomena Urban Sprawl Hantui Kota Gorontalo, Peneliti Ingatkan Risiko Lingkungan Regional 28 Agustus 2025
Fenomena Urban Sprawl Hantui Kota Gorontalo, Peneliti Ingatkan Risiko Lingkungan
Tim Redaksi
GORONTALO, KOMPAS.com
– Fenomena urban sprawl atau perluasan kota tanpa kendali kini menghantui Kota Gorontalo, ibu kota Provinsi Gorontalo.
Sebagai kota kecil dengan luas 79,03 kilometer persegi, kepadatan dan dinamika pertumbuhan menimbulkan tekanan struktural pada tata ruang.
“Luas wilayah Kota Gorontalo 79,03 km persegi berpenduduk 204.629 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 2.589 jiwa per km,” kata Prof Dr Syarwani Canon, peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo, Kamis (28/8/2025).
Syarwani menjelaskan, luasan Kota Gorontalo hanya sekitar 0,65 persen dari total luas Provinsi Gorontalo yang mencapai 11.257,07 km persegi.
Kondisi ini membuat pelebaran kota meluber hingga Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango.
“Hal ini menimbulkan tekanan struktural. Fenomena urban sprawl telah meluber ke Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango,” tuturnya.
Menurut Syarwani, ekspansi permukiman dan kawasan komersial melewati batas administrasi kota hingga ke Kecamatan Telaga dan Tilango di Kabupaten Gorontalo serta Kecamatan Tapa dan Kabila di Kabupaten Bone Bolango.
Dampaknya, ruang terbuka hijau (RTH) semakin menyempit, lahan pertanian produktif berubah fungsi, hingga meningkatnya risiko banjir akibat berkurangnya resapan air.
“Di dalam kota, ruang terbuka hijau terdesak dan semakin menyempit, jalan-jalan yang sebelumnya lebar kini pinggirnya sudah dipenuhi dengan kios atau bangunan. Bahkan trotoar juga sudah difungsikan sebagai tempat jualan,” kata Syarwani.
RTRW dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Provinsi Gorontalo juga menunjukkan kebutuhan RTH Kota Gorontalo masih jauh dari standar ideal.
Syarwani menekankan perlunya sinkronisasi tata ruang antarwilayah agar pertumbuhan kota lebih terencana.
“Dalam konteks Gorontalo, penerapan konsep tata ruang menegaskan perlunya perluasan administratif dan sinkronisasi RTRW antarwilayah, agar urban sprawl dapat diarahkan menjadi pertumbuhan perkotaan yang terencana dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, keterbatasan ruang Kota Gorontalo dapat menghambat fungsi optimal sebagai pusat layanan masyarakat. Karena itu, penataan ulang wilayah administratif menjadi kebutuhan strategis.
Bersama tim peneliti, Syarwani melakukan riset dengan fokus pada analisis kondisi eksisting kota-hinterland, proyeksi tren urban sprawl dan kepadatan, serta kajian aktivitas sosial-ekonomi.
“Hasil penelitian diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan strategis untuk penataan batas administratif Kota Gorontalo,” ujar Wawan Tuloli, anggota tim peneliti.
Penelitian ini disebut memiliki tiga manfaat:
Akademik
: memperkaya literatur aglomerasi perkotaan di Indonesia timur.
Praktis
: menghasilkan instrumen pengendalian urban sprawl melalui analisis spasial (GIS) dan model fiskal.
Kebijakan
: rekomendasi strategis penataan batas administratif yang berbasis data dan analisis komprehensif.
Hasil kajian ini diharapkan menjadi rujukan pemerintah dalam memperbaiki tata kelola Kota Gorontalo sebagai ibu kota provinsi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/03/11/67cf9d0b88e9d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kronologi Meninggalnya Balita Hanania yang Sempat Dirawat di Klinik Sidoarjo Surabaya 28 Agustus 2025
Kronologi Meninggalnya Balita Hanania yang Sempat Dirawat di Klinik Sidoarjo
Tim Redaksi
SIDOARJO, KOMPAS.com
– Hanania Fatin Majida, balita berusia 2,5 tahun meninggal dunia setelah mengalami kejang serta demam tinggi dan sempat dirawat di Klinik Siaga Medika, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kasus ini juga menyoroti sistem kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Mulanya, pasien Hanania diantar oleh orangtuanya bersama neneknya ke Klinik Siaga Medika pada 30 Mei 2025 sekitar pukul 20.00 WIB dengan gejala panas tinggi dan sulit makan minum.
Pihak klinik melakukan pemeriksaan dan uji laboratorium.
Hasilnya, dinyatakan normal, tetapi tes widalnya positif tifoid atau tifus sehingga harus dilakukan rawat inap.
Saat proses administrasi, diketahui bahwa BPJS KIS milik pasien tidak aktif atau tidak tertanggung, sehingga orangtua harus membayar secara mandiri.
“Padahal kami sangat bergantung dengan KIS karena kondisi kami pas-pasan,” kata ayah Hanania, Hasan Bisri, Selasa (26/8/2025).
Setelah tiga hari perawatan, kondisi pasien fluktuatif.
Panasnya sempat turun dari 39,2 menjadi 36,6.
Hanya saja, keluhannya masih sulit makan dan minum.
Tangan kiri pasien saat diinfus mengalami bengkak, sehingga dokter memindahkan selang infus ke tangan kanan.
Namun, kondisinya tetap sama, bengkak.
Puncaknya, di hari kelima pada 4 Agustus 2025, sekitar pukul 19.15 WIB, pasien mengalami panas tinggi hingga kejang.
Orangtua pun melapor ke dokter.
Dokter di klinik melakukan uji laboratorium kembali dan kondisi pasien menurun, sehingga pasien harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap.
Namun, karena kendala BPJS yang tidak aktif, orangtua pasien diharuskan melunasi biaya mandiri klinik terlebih dahulu sebelum dirujuk.
Ekonomi yang pas-pasan membuat orangtua pasien kesulitan memenuhi biaya klinik sebesar Rp 3.020.000.
Hingga akhirnya, terpaksa menggunakan Kartu Keluarga (KK) sebagai jaminan. “Kami terpaksa menyerahkan KK asli sebagai jaminan, barulah rujukan diberikan,” ucap ibu pasien, Aini.
Saat tiba di RSUD Sidoarjo, kondisi pasien yang sudah kritis pun tidak dapat diselamatkan hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Namun, di rumah sakit inilah orangtua pasien baru mengetahui bahwa BPJS-nya aktif, setelah diberi tahu oleh pihak rumah sakit.
Perasaannya bingung bercampur sedih.
Orangtua pasien merasa kecewa dengan pelayanan Klinik Siaga Medika yang sebelumnya menyatakan bahwa BPJS tidak aktif, sehingga mereka menilai hal tersebut menyebabkan lambannya penanganan.
Merespons hal itu, klinik mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui perubahan status BPJS pasien selama proses perawatan karena tidak ada yang melapor.
“Nah, keluarga sendiri pun tidak tahu kalau kartunya aktif. Tidak tahu siapa yang mengurus tiba-tiba aktif,” kata dokter Klinik Siaga Medika, E (29).
Sehingga, klinik membantah adanya dugaan malaadministrasi karena menegaskan pihaknya tidak mengetahui bahwa kartu BPJS pasien aktif saat dirujuk.
“Di awal ada administrasi rawat inap. Pertama kita cek NIK, BPJS-nya memang tidak aktif dan BPI-nya tidak tertanggung. Kami juga menginformasikan untuk persetujuan tanda tangan bahwa pasien bersedia menggunakan mandiri,” katanya.
Pihak administrasi klinik melakukan pengecekan untuk keaktifan kartu BPJS, dan hasilnya aktif mulai tanggal 1 Mei 2025.
“Kami tidak tahu karena tidak ada konfirmasi dari keluarga. Kami sudah mengingatkan, apabila BPJS-nya sudah aktif agar segera melapor,” ucapnya.
Sementara itu, klinik juga membantah adanya dugaan malapraktik. Sebab, kondisi orang sakit bisa berbeda antara diagnosis awal dan akhir.
“Jadi, orang sakit itu tidak melulu sakitnya hanya satu. Bisa jadi, selama perawatan dia ada gejala lain. Jadi, diagnosis awal dan akhir bisa berbeda. Gejala awalnya tifoid, tidak mengarah ke demam berdarah. Tahunya selama perjalanan perawatan, tahunya kejang tadi,” ucapnya.
Kasus ini masih bergulir, tetapi belum ada pelaporan resmi ke pihak berwajib dan dalam proses penyelesaian di tingkat Pemkab Sidoarjo.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2023/07/31/64c719ac17ba1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/28/68b03efa2c0d9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/28/68b0360cb0492.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)