Rumah Kremasi Hewan, Tempat Tidur Terakhir Peliharaan Kesayangan
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com
– Bagi banyak pecinta hewan, kehilangan anak berbulu (anabul) bukan sekadar kehilangan peliharaan, melainkan kehilangan anggota keluarga.
Di momen inilah, sebuah
rumah kremasi
bernama Rainbow Bridge Memorial House menjadi ruang perpisahan yang memberi ketenangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pemilik hewan memilih kremasi dibandingkan menguburkannya di tanah.
Selain itu, kremasi memberi kesempatan bagi pemilik membawa pulang abu hewan kesayangannya sebagai kenangan.
Berletak di kawasan Rawakalong, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, bangunan itu tampak sederhana.
Pagar bambu, rumah sederhana, dan suasana yang seolah menyatu dengan pepohonan di sekelilingnya.
Namun, begitu melangkah masuk, suasana terasa berubah. Ada duka yang berdiam di udara, tapi juga cinta dan penghormatan.
Di halaman depan, beberapa anjing berlarian dan menyambut tamu dengan gonggongan pelan.
Di sudut bangunan, rak-rak kayu dipenuhi guci kecil berwarna putih, masing-masing dengan foto hewan yang pernah menjadi kesayangan seseorang.
Wajah-wajah yang tak lagi ada di dunia, tetapi masih “pulang” ke tempat ini untuk terakhir kalinya.
Di sinilah Joan Pascaline Majabubun membangun sesuatu yang lebih dari sekadar layanan kremasi.
Ia menciptakan jembatan—penghubung antara manusia dan kenangan terakhir mereka terhadap hewan yang dicintai.
Joan mengisahkan, perjalanan menuju pekerjaan ini tidak dimulai dari hal yang indah.
Salah satu pengalaman paling menyakitkan itu yakni kala ia menyelamatkan Boja, anak anjing yang ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.
Meski ia merawat Boja dengan penuh harapan, virus parvo merenggut nyawa hewan kecil itu.
Kesedihan itu berubah menjadi amarah ketika ia melihat proses kremasi Boja tidak dilakukan dengan layak.
“Karena kekecewaan itu, jadi gue mau bikin tempat kremasi yang seperti yang gue mau, di mana tempat kremasinya kayak punya sendiri gitu,” kata Joan saat ditemui di Rainbow Bridge Memorial House, Selasa (9/12/2025).
Semua berawal dari niat menyelamatkan seekor anjing, meski kondisi keuangannya sedang kekurangan.
Ada orang yang menemukan anjing tersebut, lalu mengawinkannya dan menjual anak-anaknya. Joan mencoba menolong, dibantu seseorang yang iba pada kondisinya.
Dalam benaknya, ia hanya ingin memberikan hidup yang layak bagi Boja.
Saat proses kremasi dilakukan, kekecewaan itu semakin dalam.
Ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, sesuatu yang membuat perasaan kehilangan berubah menjadi kemarahan.
“Jadi gue bawa kremasi satu tempat, terus gue ngeliat si orangnya itu ada yang dia buang. Gue bilang,
‘apaan tuh yang dibuang?’,
” kata Joan.
“Gue cari ternyata kakinya anak gue yang gak selesai kekremasi. Dibuang gitu aja? Ngamuk gue,” sambung dia.
Dari pengalaman itu, muncul tekad untuk membangun tempat kremasi yang menghormati hewan dan pemiliknya.
Di halaman tanah yang teduh, suara lantunan ayam dan pohon bergesekan menjadi latar proses perpisahan. Joan berjalan santai, menyapa hewan-hewan yang menghuni tempat itu.
Meski fasilitasnya sederhana, banyak pemilik hewan menemukan ketenangan di sini.
Bagi Joan, kasih sayang tidak pernah bisa diukur oleh bentuk hewan atau bagaimana orang lain menilainya.
“Namanya sayang kan kita gak bisa membatasi gitu ya,
unlimited
gitu loh. Kayak kemarin, gue kremasi, dia itu punya kayak lipan gitu. Gue kremasi di sini,” kata Joan.
Kisah tentang seekor luwing bernama Jony menjadi salah satu contohnya.
“Dia udah bilang,
‘Kak, gue mau kremasi peliharaan gue (luwing) bisa gak, Kak?’.
Bisa,” jelas dia.
Bagi Joan, selama hewan itu dicintai seseorang, maka ia berhak diperlakukan dengan hormat.
Di ruang kecil tempat guci-guci ditata, Joan menyaksikan berbagai bentuk rasa kehilangan. Ada pemilik yang menangis lama, ada yang memeluk guci sambil bercerita. Ia tak pernah membatasi hewan yang bisa ia layani.
“Nah, jadi yang namanya kita sayang itu kan gaada batasan. Lo mau pelihara kecoak juga sekarang banyak orang pelihara kecoak,” ujar dia.
Tidak hanya anjing atau kucing, ia pernah menerima tikus peliharaan, ikan gurame, hingga hewan liar yang pernah dirawat seseorang.
“Terus apapun ya sah-sah aja gitu, kan. Jadi gue berusaha untuk bisa fasilitasi bahkan tikus aja ada,” katanya.
Tempat ini pun menjadi rumah duka yang universal—untuk semua jenis makhluk.
Joan cukup sering menerima hewan yang datang dari klinik atau shelter kecil. Ia memahami beban mereka, terutama ketika wabah menyerang dan jumlah hewan yang mati meningkat.
“Jadi gue ada beberapa klinik yang memang bekerjasama. Jadi kalo misalnya di tempat mereka ada yang RIP dan mau dikremasi dan itu mereka yang kirim,” kata dia.
Bagi Joan, inti dari pekerjaannya bukan sekadar fasilitas, melainkan empati.
“Cuma maksud gue kalo gue
personally
enggak peduli gue mau hewan lu apa. Ya kayak yang gue bilang dari awal tadi. Sayang itu gak ada batasnya,” imbuh dia.
Di Rainbow Bridge Memorial House, kematian dan kehidupan terasa saling menyapa.
Saat pemilik menyeka air mata, anjing-anjing di halaman berjalan mondar-mandir, seolah menemani.
Ketika seseorang memandikan hewannya untuk terakhir kalinya, perasaannya pasti campur aduk. Luapan emosi tak terbendung.
Dalam momen seperti itu, Joan berusaha memastikan setiap pemilik bisa melepas tanpa merasa dihakimi.
“Kayak yang kemarin itu dia ini.
‘Kak, lu jangan ketawain gue ya, Kak’
, Kenapa gue mesti ketawain lu? Karena lu sendiri di video lu bilang megang mereka tuh
calming,
itu hal yang baik sih,” jelas Joan.
Itulah alasan ia ingin tempat ini terasa hangat, setara, dan dekat.
“Makanya gue bikin kremasi ini seperti maunya gue, kita sama-sama penyayang, kita tahu rasanya kehilangan gimana,” imbuh dia.
Dari Trauma Menjadi Dedikasi
Tidak banyak yang tahu bahwa Joan dulunya takut kucing. Ia pernah dicakar hingga membuat tangannya bengkak.
Namun hidup justru membawanya masuk ke dunia hewan—shelter, penyelamatan, hingga kremasi.
“Dulu gue takut kucing, gue takut ayam tapi terus kan gue mikir ya sampe kapan gue takut sama hal-hal yang kalo menurut gue gak pantes buat ditakutin,” ujarnya.
Pengalamannya mengurus hewan-hewan di shelter menjadi titik balik terbesar.
Ia mulai merawat anak-anak kucing, memberi mereka susu, dan mendampingi mereka bertahan hidup.
Proses itulah yang perlahan mengikis rasa takutnya, Joan menemukan bahwa ketakutan itu selama ini hanya bayangan, bukan kenyataan.
“Waktu gue kasih susu itu nyakar gue eh kok ga bolong ya. Ternyata kucing itu gak semenyeramkan itu ya. Dari situlah gue baru mulai buka kremasi,” ungkapnya.
Bangunan bambu, halaman tanah, oven kecil berbahan gas, dan meja pemandian sederhana—semua tampak jauh dari kesan mewah. Namun justru kesederhanaan inilah yang membuat banyak orang merasa dekat.
Joan ingin tempat ini ramah, bukan membingungkan.
“Jadi intinya gue nyari duit. Bohong orang punya usaha enggak nyari duit. Pasti. Cuma dengan bisa bantu teman-teman, jadi makanya gue bertahan dengan
stay low
kayak gini,” kata dia.
Joan sengaja menjaga tempatnya tetap
low profile.
Ia tidak ingin orang takut datang karena mengira biayanya akan mahal.
Ia ingin orang merasa bahwa tempat ini adalah milik mereka sendiri.
“Lu mau gendong sendiri anak lu masuk dalam
tray.
Lu mau tungguin, lu mau pelototin anak lu dikremasi sampai selesai, silakan,” kata dia.
Nama Rainbow Bridge sendiri merujuk pada sebuah keyakinan populer di kalangan pecinta hewan.
Ketika
hewan peliharaan
meninggal, mereka dipercaya menyeberangi sebuah jembatan menuju tempat damai di alam baka.
Di sana, hewan-hewan peliharaan yang telah mati menjadi muda dan sehat kembali. Mereka menunggu untuk dipersatukan kembali dengan pemiliknya yang tercinta suatu hari nanti.
“Karena
all animals goes to Rainbow Bridge
(Semua hewan pergi ke Jembatan Pelangi),” kata Joan.
Di kawasan perkotaan, kepadatan hunian terus meningkat, sementara hubungan masyarakat dengan hewan peliharaan justru semakin intens.
Para pemilik kini memberi perhatian lebih besar terhadap kesehatan, kenyamanan, dan perlakuan etis bagi hewan yang mereka rawat sehari-hari.
Perubahan ini, menurut Rakhmat Hidayat, Sosiolog dari UNJ, ikut membuka ruang bagi hadirnya berbagai layanan baru, termasuk
kremasi hewan
.
Ia menilai fenomena tersebut merupakan kebutuhan yang relatif baru muncul, terutama di lingkungan kelas menengah kota-kota besar.
Dalam beberapa tahun terakhir khususnya setelah masa pandemi industri yang bergerak di bidang perawatan hewan berkembang dengan cepat.
Pet shop
tumbuh lebih banyak, layanan
grooming
semakin mudah ditemui, hingga berbagai jasa pendamping lain yang sebelumnya tidak dikenal kini mulai populer.
Bagi Rakhmat, semua perkembangan itu menunjukkan bahwa kultur merawat hewan telah berubah menjadi lebih serius dan lebih terstruktur di mata masyarakat.
“Layanan kremasi ini menurut saya itu melengkapi bagaimana peliharaan hewan itu menjadi isu yang menarik bagi sebagian masyarakat atau bagi masyarakat menengah perkotaan gitu ya,” ujar dia saat dihubungi, Senin (9/12/2025).
Ia juga menilai, hadirnya layanan semacam ini menandakan pola baru dalam cara masyarakat memperlakukan hewan peliharaan mereka.
“Ini sudah mulai menunjukkan ada tren yang lebih spesifik gitu ya di kalangan kelas menengah elite perkotaan gitu kan dengan layanan kremasi ini,” kata dia.
Bagi banyak pemilik, hewan peliharaan telah menempati posisi lebih dari sekadar makhluk yang diberi makan atau dirawat seperlunya.
Keberadaan mereka kerap menyatu dengan keseharian menjadi yang pertama disapa saat pagi tiba, menemani di sela aktivitas, hingga hadir setiap kali pemilik pulang membuka pintu rumah.
Tidak sedikit orang yang menjadikan hewan peliharaan sebagai tempat bercerita, penawar penat sepulang kerja, atau pengisi kesunyian di rumah yang terasa terlalu sepi.
Karena kedekatan itu pula, kehilangan hewan peliharaan dapat menghadirkan kesedihan mendalam yang sulit diungkapkan.
Kedekatan tersebut tumbuh dari ikatan emosional yang terbentuk lama dalam keseharian.
“Kenapa hewan itu orang perlu ditangis sih? Karena itu kan ada semacam keterikatan ya, keterikatan moral, keterikatan secara psikologis antara manusia tersebut dengan hewan tersebut gitu kan,” ujarnya.
Ikatan itu bahkan, menurut dia, semakin kuat seiring rutinitas yang dijalani bersama.
“Apalagi udah bertahun-tahun, sudah jadi sering bareng,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Author: Kompas.com
-
/data/photo/2025/12/10/6938ecac1b2eb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kebakaran Hanguskan 6 Bangunan di Srengseng, 5 KK Kehilangan Tempat Tinggal Megapolitan 10 Desember 2025
Kebakaran Hanguskan 6 Bangunan di Srengseng, 5 KK Kehilangan Tempat Tinggal
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kebakaran terjadi di kawasan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (10/12/2025) dini hari.
Peristiwa ini terjadi di permukiman padat di Jalan Lapangan Bola, RT 01 RW 07, Srengseng.
Enam bangunan hangus dan belasan warga kehilangan tempat tinggal akibat
kebakaran
tersebut.
Kepala Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Barat Suheri menjelaskan kebakaran bermula dari api yang membakar rak (tray) telur di sebuah kios.
Pemilik kios yang tengah tertidur merasakan sesak napas sebelum akhirnya terbangun dan melihat kobaran api.
“Pemilik kios merasa sesak saat tertidur, kemudian terbangun dan melihat api sudah mulai membesar dari tray egg, tempat penyimpanan telur di depan kamar mandi,” kata Suheri, dikutip dari
Antara
.
Pemilik kios kemudian berusaha menyelamatkan diri sebelum meminta pertolongan warga sekitar.
“Kemudian, ia mencoba untuk keluar kios dan meminta bantuan warga sekitar. Warga sekitar kemudian mencoba memadamkannya dan mendatangi pos pemadam,” ujar Suheri.
Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Barat menerima laporan kebakaran sekitar pukul 04.00 WIB.
Tim pemadam tiba dan mulai melakukan penanganan pada pukul 04.11 WIB.
“Objek yang terbakar itu empat kios dan dua rumah kontrakan. Usai terima info, tim segera menuju lokasi, kemudian memulai operasi pemadaman pukul 04.11 WIB,” ujar Suheri.
Sebanyak 65 personel diterjunkan ke lokasi hingga api benar-benar padam pada pukul 05.26 WIB. Luas area terdampak mencapai 200 meter persegi.
Meskipun tidak ada korban luka maupun korban jiwa, kebakaran ini membuat lima kepala keluarga (KK) dengan total 12 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Suheri menyebut kerugian material diperkirakan mencapai Rp 673 juta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/02/21/67b83ad134427.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Waspada Kepadatan Lalu Lintas, Ada Demo di 2 Titik di Jakarta Hari Ini Megapolitan 10 Desember 2025
Waspada Kepadatan Lalu Lintas, Ada Demo di 2 Titik di Jakarta Hari Ini
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Arus kendaraan di sejumlah titik Jakarta Pusat berpotensi padat hari ini, Rabu (10/12/2025), seiring digelarnya dua aksi demo.
Pengendara diimbau menghindari area sekitar lokasi demo untuk mengantisipasi kemacetan.
Kasi Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Iptu Ruslan Basuki, menyampaikan bahwa aksi pertama berlangsung di kawasan Gambir oleh massa buruh.
Massa yang tergabung dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) diperkirakan mulai hadir sejak pagi.
“Pagi ada aksi dari Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) dan beberapa elemen massa di Wilayah Gambir,” kata Ruslan.
Demo kedua dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, dengan jumlah peserta yang juga cukup besar.
“Akan ada 1.704 personil untuk pengamanan aksi di cluster DPR,” ujar Ruslan.
Menurut Ruslan, total 2.921 personel kepolisian dikerahkan untuk pengamanan aksi buruh di Gambir.
Sementara rekayasa lalu lintas di sekitar titik tersebut akan diberlakukan secara situasional, bergantung pada kepadatan massa yang hadir di lapangan.
Ia menegaskan bahwa pola pengalihan arus dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti kondisi di sekitar lokasi demo.
Ruslan mengingatkan masyarakat agar menghindari area Gambir dan kawasan DPR/MPR selama aksi berlangsung untuk mencegah terjebak kemacetan.
“Warga bisa mencari jalan alternatif lain selama unjuk rasa berjalan,” tutur dia.
Penutupan atau pengalihan arus diperkirakan berdampak pada
kepadatan lalu lintas
di sejumlah ruas arteri menuju dua titik utama aksi.
Demo di Jakarta Pusat umumnya menimbulkan kepadatan signifikan pada jam sibuk, terutama di ruas Jalan Medan Merdeka, Jalan Ridwan Rais, Stasiun Gambir, Jalan Gatot Subroto, dan kawasan Senayan.
Pengendara disarankan memonitor kondisi lalu lintas secara berkala untuk menyesuaikan rute perjalanan.
(Reporter: Dian Erika Nugraheny | Editor: Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/10/6938cb0b97dda.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pakistan Kirim Dokter dan Pakar Kesehatan ke Indonesia, Prabowo: Kami Sangat Butuh
Pakistan Kirim Dokter dan Pakar Kesehatan ke Indonesia, Prabowo: Kami Sangat Butuh
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Presiden RI Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia dan Pakistan berkomitmen memperkuat kerja sama di bidang kesehatan.
Dia menuturkan, pemerintah Pakistan telah bersedia mengirimkan dokter untuk membantu kekurangan dokter di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Prabowo usai pertemuan kenegaraan dengan Perdana Menteri (PM) Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif, di Islamabad, Pakistan, Selasa (9/12/2025).
“Saya sangat senang, saya sangat bersyukur bahwa Pakistan bersedia membantu kami di bidang kesehatan dengan mengirimkan dokter, profesor, dan pakar Anda untuk membantu kami di sektor kesehatan,” ujar Prabowo.
Prabowo memaparkan bahwa Indonesia saat ini masih membutuhkan banyak dokter umum dan dokter gigi.
Menurut dia, bantuan pengiriman tenaga kesehatan dari Pakistan ke Tanah Air sangat strategis dan krusial.
“Kami sangat membutuhkan dokter dan dokter gigi, dan saya sedang memulai program pendidikan besar-besaran di bidang ini. Jadi, bantuan Anda akan sangat strategis dan krusial bagi kami. Kami sangat menghargainya,” tutur dia.
Tidak hanya itu, Indonesia dan Pakistan juga akan memperkuat hubungan kerja sama di bidang perdagangan, pendidikan, pertanian, dan teknologi.
“Di semua bidang ini kami ingin bergerak sangat cepat,” imbuh Prabowo.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/10/6938c7695eaf0.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jokowi Akan Tunjukan Semua Ijazah Aslinya di Pengadilan
Jokowi Akan Tunjukan Semua Ijazah Aslinya di Pengadilan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, ijazah asli kelulusannya dari sekolah dasar hingga Universitas Gadjah Mada (UGM) akan ditunjukkannya di pengadilan.
Menurutnya, pengadilan merupakan forum yang paling tepat untuk membuktikan keaslian ijazahnya.
Hal tersebut
Jokowi
sampaikan dalam wawancara eksklusif
Program Khusus Kompas TV
di kediamannya, Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/12/2025) malam.
“Ya, itu (pengadilan) forum yang paling baik untuk menunjukkan ijazah asli saya dari SD, SMP, SMA, universitas, semuanya dan saya bawa,” ujar Jokowi dikutip dari
Kompas TV
, Selasa (9/12/2025) malam.
Jokowi menegaskan, persoalan
ijazah palsu
yang dibawanya ke ranah hukum diharapkan jadi pembelajaran untuk tidak mudah menuduh seseorang.
“Untuk pembelajaran kita semuanya bahwa jangan sampai gampang menuduh orang, jangan sampai gampang menghina orang, memfitnah orang, mencemarkan nama baik seseorang,” ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan, kasus serupa bisa saja terjadi ke orang lain jika dirinya tidak membawanya ke ranah hukum.
“Ya kan bisa terjadi tidak hanya kepada saya, bisa ke yang lain. Bisa ke menteri, bisa ke presiden yang lain, bisa ke gubernur, bupati, wali kota, semuanya dengan tuduhan asal-asalan,” ujar Jokowi.
Pada masa-masa ekstrem seperti ini, Jokowi menilai bahwa semua pihak seharusnya berkonsentrasi terhadap hal-hal yang besar.
“Untuk strategi besar negara, untuk kepentingan yang lebih besar bagi negara ini. Misalnya tadi yang berkaitan dengan menghadapi masa-masa ekstrem, menghadapi masa-masa perubahan karena
artificial intelligence
, karena
humanoid robotic
,” ujar Jokowi.
“Jangan malah kita, energi besar kita, kita pakai untuk urusan-urusan yang sebetulnya menurut saya urusan ringan,” ujar Jokowi.
Di samping itu, Jokowi sendiri menunggu pembuktian dari pihak-pihak yang kerap menyebut ijazah kelulusannya palsu.
“Dan itu akan lebih baik kalau pembuktiannya itu diamati lah. Sehingga betul-betul akan kelihatan proses hukumnya, akan kelihatan adilnya, karena yang memutuskan adalah di pengadilan,” ujar Jokowi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/10/6938cbc5269ec.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Jokowi Sebut Ada Operasi Politik dan Orang Besar di Balik Isu Ijazah Palsu Nasional
Jokowi Sebut Ada Operasi Politik dan Orang Besar di Balik Isu Ijazah Palsu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menduga adanya agenda atau operasi politik di balik isu ijazah palsu.
Pasalnya, ia melihat bahwa isu
ijazah palsu
sudah bergulir selama empat tahun dan tidak kunjung rampung.
Hal tersebut
Jokowi
sampaikan dalam wawancara eksklusif Program Khusus
Kompas TV
di kediamannya, Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/12/2025) malam.
“Yang membuat
ijazah
saja sudah menyampaikan asli, masih tidak dipercaya, gimana. Dan yang saya lihat ini memang ada agenda besar politik, ada operasi politik, yang sehingga bisa sampai bertahun-tahun enggak rampung-rampung,” ujar Jokowi, dikutip dari
Kompas TV
, Selasa (9/12/2025) malam.
Jokowi melihat, ada keinginan untuk merendahkan dan menurunkan reputasi lewat isu ijazah palsu yang terus bergulir.
“Ya mungkin untuk kepentingan politik. Kenapa sih kita harus mengolok-olok, menjelek-jelekan, merendahkan, menghina, menuduh, semua dilakukan untuk apa? Kalau hanya untuk main-main, kan mesti kepentingan politiknya di situ,” ujar Jokowi.
Pada masa-masa ekstrem seperti ini, Jokowi menilai bahwa semua pihak seharusnya berkonsentrasi terhadap hal-hal yang besar.
“Untuk strategi besar negara, untuk kepentingan yang lebih besar bagi negara ini. Misalnya tadi yang berkaitan dengan menghadapi masa-masa ekstrem, menghadapi masa-masa perubahan karena
artificial intelligence
, karena
humanoid robotic
,” ujar Jokowi.
“Jangan malah kita, energi besar kita, kita pakai untuk urusan-urusan yang sebetulnya menurut saya urusan ringan,” ujar Jokowi.
Frisca Clarissa sebagai pembawa acara kemudian bertanya kepada Jokowi soal adanya agenda dan orang besar di balik isu ijazah palsu. Jokowi pun menjawab “iya”.
“Saya pastikan, iya,” singkat Jokowi.
Frisca kembali bertanya, apakah Jokowi mengetahui orang besar di balik isu ijazah palsu selama ini.
“Ya, saya kira gampang ditebak lah. Tidak perlu saya sampaikan,” singkat Jokowi lagi.
Jokowi pun menegaskan, persoalan ijazah palsu yang dibawanya ke ranah hukum diharapkan jadi pembelajaran untuk tidak mudah menuduh seseorang.
“Untuk pembelajaran kita semuanya bahwa jangan sampai gampang menuduh orang, jangan sampai gampang menghina orang, memfitnah orang, mencemarkan nama baik seseorang,” ujar Jokowi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/12/09/69384939d8d4f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/6938f02bd4d83.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/09/69381f591f617.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/09/69384a7e8ee71.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/6938da5a4dd81.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)