Author: Kompas.com

  • Bukan Kertas Lagi, KPPS Cerita Nyoblos Pakai Tablet pada Pilwu Indramayu
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        10 Desember 2025

    Bukan Kertas Lagi, KPPS Cerita Nyoblos Pakai Tablet pada Pilwu Indramayu Bandung 10 Desember 2025

    Bukan Kertas Lagi, KPPS Cerita Nyoblos Pakai Tablet pada Pilwu Indramayu
    Tim Redaksi
    INDRAMAYU, KOMPAS.com
    – Pelaksanaan Pemilihan Kuwu (Pilwu) secara digital di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (10/12/2025), menjadi pengalaman baru bukan hanya bagi pemilih, tetapi juga petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
    Ketua
    KPPS
    TPS 12
    Desa Pabean Udik
    , Kecamatan
    Indramayu
    , Lia Andini, mengaku baru pertama kali terlibat dalam pemilihan berbasis digital.
    “Saya juga
    nyoblos
    di sini, sama pakai digital. Tapi alhamdulillah semuanya lancar,” kata Lia saat ditemui di sela-sela tugasnya.
    TPS 12 Desa Pabean Udik menjadi salah satu dari 139
    TPS digital
    yang diterapkan serentak di 139 desa pada Pilwu 2025. Indramayu ditunjuk sebagai
    pilot project
    Pilwu digital di
    Jawa Barat
    .
    Lia mengatakan dirinya tidak mengetahui secara pasti alasan TPS yang dipimpinnya ditetapkan sebagai TPS digital. Namun, berdasarkan informasi yang diterimanya, mayoritas pemilih di TPS tersebut dinilai cukup melek teknologi.
    Meski persiapan terbilang singkat, KPPS tetap melakukan sosialisasi dengan cara
    door to door
    bersamaan dengan pembagian surat undangan mencoblos.
    “Kita
    door to door
    , enggak
    dikumpulin
    gitu, soalnya waktunya memang mepet,” kata Lia.
    Ia menyebut proses
    e-voting
    hampir mirip dengan menggunakan ponsel. Pemilih cukup menyentuh foto calon kuwu di layar tablet.
    “Tantangannya paling di pemilih orangtua, ada yang masih belum paham. Tapi kami sigap membantu mengarahkan bilamana ada yang belum paham,” jelasnya.
    Di TPS 12 tercatat 340 warga masuk dalam daftar pemilih tetap. Pilwu Desa Pabean Udik diikuti tiga calon kuwu.
    “Ini hasilnya itu langsung otomatis terekam, jadi lebih cepat, langsung tahu siapa yang dapat suara terbanyak, tapi tetap sama saja nanti kita hitung ulang lagi,” ujar Lia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tampil Beda di Peringatan 40 Hari PB XIII, PB XIV Hangabehi: Baju Putih Kebetulan di-Laundry
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Desember 2025

    Tampil Beda di Peringatan 40 Hari PB XIII, PB XIV Hangabehi: Baju Putih Kebetulan di-Laundry Regional 10 Desember 2025

    Tampil Beda di Peringatan 40 Hari PB XIII, PB XIV Hangabehi: Baju Putih Kebetulan di-Laundry
    Tim Redaksi
    SOLO, KOMPAS.com
    – Pakubuwono (PB) XIV Hangabehi menghadiri peringatan 40 hari wafatnya PB XIII di Sasana Handrawina Keraton Kasunanan Surakarta, Rabu (10/12/2025).
    Kehadirannya menarik perhatian karena ia mengenakan beskap hitam, jarit motif parang, dan kacamata hitam, berbeda dari para tamu yang sebagian besar memakai beskap putih.
    PB XIV
    Hangabehi
    menegaskan tidak ada maksud khusus di balik busana yang ia kenakan.
    “Enggak ada (pembedanya). Kebetulan (pakaian) yang putih di-laundry. Beliau (menunjuk tamu lainnya) juga abu-abu, masih ada beberapa yang berpakaian yang tidak punya seragam putih,” candanya.
    Ia menjelaskan bahwa idealnya acara wilujengan memang menggunakan beskap putih.
    “Tapi memang biasanya wilujengan diharuskan pakai beskap putih. Tapi enggak apa-apa dengan motif lain yang penting tidak motif bludru, tidak motif bunga-bunga atau motif yang sifatnya tidak boleh dipakai di keraton,” ujarnya.
    Usai peringatan 40 hari,
    PB XIV Hangabehi
    menyampaikan bahwa dirinya kini fokus pada pembenahan Bangsal Pradonggo yang mengalami penurunan pada bagian atapnya.
    Supaya tidak roboh, atap bangsal kini ditopang dengan bambu.
    “Saya masih mikir baru saja saya urus untuk pemasangan bambu karena masih ranah revitalisasi. Nanti panggung (Songgobuono) selesai masih tahap awal museum juga selesai, malah ketambahan yang ada di Bangsal Pradonggo mengalami penurunan kayu,” katanya.
    Ia menegaskan belum memikirkan rencana jumenengan karena prioritasnya adalah perbaikan keraton.
    “Jadi saya masih fokus untuk pembenahan-pembenahan keraton yang mana memang harus disegerakan. Kalau tidak nanti dampaknya lebih parah lagi untuk kerusakan-kerusakan lain. Fokus di situ dulu,” ucapnya.
    Sebagaimana diketahui, KGPH Mangkubumi atau Hangabehi diikrarkan sebagai PB XIV dalam rapat keluarga besar putri-putri dalem PB XII dan putra-putri PB XIII di Sasana Handrawina pada Kamis (13/11/2025).
    Rapat itu difasilitasi Maha Menteri Keraton Surakarta, Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan.
    Sementara itu, GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng mengatakan sebelum acara peringatan 40 hari, keraton juga menggelar khataman Quran tiga hari sebelumnya.
    Menurutnya, hanya sebagian abdi dalem dan sentana dalem yang mengikuti acara
    40 hari wafatnya PB XIII
    .
    Gusti Moeng menjelaskan alasan acara digelar siang hari.
    “Ini kan musim hujan. Kalau sore hujan kan kasihan (abdi dalem). Karena banyak (abdi dalem) yang dari pinggiran kota,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Warga Indramayu Saat Pertama Kalinya Gunakan Hak Pilih di Pilwu Digital
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        10 Desember 2025

    Cerita Warga Indramayu Saat Pertama Kalinya Gunakan Hak Pilih di Pilwu Digital Bandung 10 Desember 2025

    Cerita Warga Indramayu Saat Pertama Kalinya Gunakan Hak Pilih di Pilwu Digital
    Tim Redaksi
    INDRAMAYU, KOMPAS.com
    – Pemilihan kuwu (pilwu) serentak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, digelar hari ini, Rabu (10/12/2025). Beberapa warga berkesempatan mencoba menyalurkan hak pilihnya secara digital.
    Total ada 139 TPS digital yang disebar di 139 desa yang hari ini melaksanakan pilwu.
    Pemilihan secara
    e-voting
    ini merupakan hal yang baru dan
    Indramayu
    pun ditunjuk sebagai
    pilot project
    pilwu digital
    di Jawa Barat.
    Sumiati (55), salah satu warga Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu, berbagi pengalaman saat menggunakan
    hak pilih
    secara digital tersebut.
    “Bagi saya sih susah. Beda sama anak zaman sekarang, mereka
    mah
    gampang. Kalau
    nyoblos
    pakai paku kan enak, saya sudah biasa,” ujar Sumiati sembari tersenyum.
    Hak pilih Sumiati sendiri tercatat di TPS 12 Pabean Udik, yang ditunjuk menjadi TPS digital di desanya.
    Di sana tersedia dua bilik suara yang di dalamnya sudah tersedia layar monitor seukuran tablet.
    Saat menyalurkan hak pilih, kata Sumiati, ia sempat panik karena calon yang ingin ia pilih tidak kunjung bisa dipilih.
    Baru pada percobaan kedua, pilihannya bisa terekam setelah dipandu oleh petugas.
    “Mungkin gemetar ya karena layar sentuh, ini kok enggak
    nyambung-nyambung
    , tetapi karena memang saya tidak pas saat milih, pilihannya jadi tidak kepencet,” ujar dia.
    Pada kesempatan itu, Sumiati datang ke TPS bersama anaknya, Anisa (30). Berbeda dengan ibunya, Anisa justru cepat menyelesaikan hak pilihnya.
    Menurut Anisa, pilwu digital jauh lebih mudah dan praktis.
    Ia juga tidak mendapati kendala apa pun walau baru pertama kali mencoba sistem pemilihan baru tersebut.
    “Bagi kami yang muda sebenarnya ini justru lebih mudah, soalnya kan tinggal klik saja mau pilih calon yang mana, tidak perlu ribet buka-buka kertas lagi,” ucap dia.
    Di sisi lain, baik Sumiati maupun Anisa, ketika diberi pertanyaan lebih memilih pelaksanaan pilwu digital atau pilwu konvensional, keduanya kompak memilih pilwu digital.
    Alasannya karena lebih modern, praktis, serta tidak ribet.
    Warga lainnya, Ali Udi (59), juga sepakat dengan Sumiati dan Anisa.
    Ia menilai pelaksanaan pilwu digital jauh lebih baik dibanding konvensional.
    Ali sendiri tidak mendapat kendala apa pun saat menyalurkan hak pilihnya.
    Menurutnya, sistem pemilihan digital tersebut tidak ada bedanya dengan bermain ponsel.
    “Memang kalau dibandingkan lebih baik cara begini, lebih transparan, praktis, dan mudah juga,” ujar dia.
    Namun, di balik itu, kata Ali, pemilih jadi tidak bisa golput dan pemilih wajib untuk memilih salah satu calon.
    “Kekurangannya mungkin tidak bisa golput ya, jadi harus pilih salah satu. Kalau pilih semua itu tidak bisa, dikosongin juga tidak bisa,” ujarnya sembari tertawa.
    Lain halnya dengan Anton Rafendi (52), ia menilai kekurangan pilwu digital ini lebih kepada perangkat layar yang kurang besar.
    Fasilitas berupa tablet dinilainya menyulitkan bagi pemilih yang sudah lansia.
    “Harusnya
    digedein
    lagi biar kelihatan, layarnya itu kekecilan kalau menurut saya,” ujarnya.
    Kekurangan lainnya, menurut Anton, sistem pilwu digital ini mengharuskan pemilih wajib datang ke TPS walau bagaimana pun kondisinya.
    Anton bercerita, ada tetangganya yang mengalami sakit stroke dan tidak bisa datang langsung ke TPS sehingga tidak bisa menyalurkan hak pilihnya.
    “Tadi keluarganya datang nanya bisa tidak pilihnya dari rumah, ternyata tidak bisa, harus di TPS. Kalau yang konvensional kan ada kebijakan tuh petugasnya datang ke rumah biar dia bisa milih, tetapi mungkin karena ini pakai tablet, jadi tidak bisa dibawa ke mana-mana,” ujar Anton.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jelang Libur Nataru, Polisi dan Dishub Pasuruan Lakukan Rampcheck di PO Bus
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        10 Desember 2025

    Jelang Libur Nataru, Polisi dan Dishub Pasuruan Lakukan Rampcheck di PO Bus Surabaya 10 Desember 2025

    Jelang Libur Nataru, Polisi dan Dishub Pasuruan Lakukan Rampcheck di PO Bus
    Tim Redaksi
    PASURUAN, KOMPAS.com
    – Menjelang liburan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Polres Pasuruan dan Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan melakukan rampcheck terhadap angkutan umum.
    Kegiatan tersebut dilakukan guna memastikan kelayakan kendaraan serta keselamatan penumpang angkutan umum. Di antaranya menyangkut standar keselamatan teknis.
    Salah satunya rampcheck yang dilakukan di Perusahaan Otobus (PO) untuk bus pariwisata di Pool Solo Putra Makmur, Kecamatan Kejayan, Kabupaten
    Pasuruan
    , Selasa (9/12/2025).
    Kanit Kamsel Satlantas
    Polres Pasuruan
    , Aipda Arifian Miftahul Firdaus menegaskan bahwa pemeriksaan ini sebagai langkah pencegahan dini terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. 
    “Setiap bus harus dipastikan dalam kondisi prima sebelum membawa penumpang,” kata Aipda Arifian, Selasa.
    Berdasarkan pengamatan, selama dua jam, petugas gabungan memeriksa sebayak 18 bus pariwisata.
    Pemeriksaan dimulai dari aspek vital kendaraan, sistem pengereman, lampu penerangan, lampu jarak jauh, lampu kota, lampu sein, klakson hingga alat pemadam api ringan (APAR).
    Selain itu, legalitas administrasi juga diperiksa seperti STNK, SIM pengemudi, dan buku uji kendaraan. Serta peralatan dukung seperti perlengkapan P3K dan pemecah kaca.
    “Fokus kami adalah rem blong dan kelayakan teknis lainnya. Kami tidak ingin ada korban jiwa saat momen
    Nataru
    2025/2026 hanya karena kelalaian dalam perawatan kendaraan,” ujar Aipda Arifian.
    Dari hasil rampcheck, pihaknya menegaskan kepada pemilik PO maupun sopir dan awak bus harus memeriksa secara detail sebelum dan sesudah armada bus dipakai.
    “Armada yang ditemukan tidak layak jalan akan dilarang beroperasi sampai pemilik memperbaiki sesuai standar keselamatan,” kata Aipda Arifian.
    Selain itu, Kepolisian dan Dinas Perhubungan juga mengimbau agar penumpang atau masyarakat yang menjumpai armada bus atau kendaraan umum lainnya kurang layak segera melaporkannya.
    Menurut Arifian, pihaknya berjanji akan menindaklanjuti laporan yang masuk.
    “Kalau ada sopir atau awak bus ugal-ugalan di jalan, silahkan lapor ke pos terdekat atau
    online
    ,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kaltim Terancam “Bom Waktu” Bencana: Hutan Menyusut, Tambang dan Sawit Jadi Sorotan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Desember 2025

    Kaltim Terancam “Bom Waktu” Bencana: Hutan Menyusut, Tambang dan Sawit Jadi Sorotan Regional 10 Desember 2025

    Kaltim Terancam “Bom Waktu” Bencana: Hutan Menyusut, Tambang dan Sawit Jadi Sorotan
    Tim Redaksi
    SAMARINDA, KOMPAS.com
    – Deretan banjir bandang dan longsor yang menelan korban serta melumpuhkan permukiman di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan sekadar bencana alam.
    Bagi
    Kalimantan Timur
    (Kaltim), peristiwa itu adalah cermin masa depan jika pola pengelolaan hutan dan sumber daya alam terus berjalan seperti sekarang.
    Pengamat Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
    Universitas Mulawarman
    ,
    Saipul Bahtiar
    , menilai risiko bencana di Kaltim bukan lagi potensi, melainkan bom waktu yang ditanam lewat kebijakan negara selama puluhan tahun.
    “Ini bukan kejadian tiba-tiba. Dari era kayu, lalu masuk ke tambang terbuka dan sawit. Semua itu sama-sama menebang hutan. Dampaknya hari ini mulai kita rasakan,” kata Saipul dalam wawancara, Rabu (10/12/2025).
    Saipul menelusuri akar persoalan sejak era Orde Baru, ketika Kalimantan menjadi pusat eksploitasi kayu untuk pasar domestik dan ekspor.
    Setelah era kayu meredup, eksploitasi bergeser ke pertambangan, yang pada awalnya masih menggunakan metode tertutup.
    Perubahan drastis terjadi sejak awal 2000-an.
    Model tambang terbuka dan ekspansi besar-besaran perkebunan sawit mulai dijalankan secara paralel, didukung kebijakan nasional dan kemudahan perizinan.
    “Tambang terbuka dan sawit itu sama-sama mengunduli lahan. Hutan ditebang, lalu diganti lahan industri,” ujarnya.
    Menurut Saipul, pergeseran ini mengubah struktur ekologis Kaltim secara fundamental.
    Daya serap air yang selama ini dijaga hutan hujan tropis perlahan hilang, sementara permukaan tanah berubah menjadi bentang lahan terbuka yang rentan banjir dan longsor.
    Pemerintah kerap menyebut aktivitas tambang dan sawit telah memenuhi standar ramah lingkungan. Namun, Saipul menilai klaim itu tidak sejalan dengan kondisi di lapangan.
    Salah satu indikator yang disorot adalah kualitas air sungai.
    Sungai Mahakam dan sejumlah anak sungainya menjadi sumber utama air baku masyarakat, namun kini terpapar limbah industri.
    “Air sungai sudah tercemar sisa batubara, pupuk sawit, dan pestisida. Tapi inilah air yang dipakai warga untuk minum dan kebutuhan harian,” katanya.
    Kondisi tersebut, menurut Saipul, menunjukkan adanya kegagalan negara dalam melindungi hak dasar warga atas lingkungan hidup yang sehat.
    Masalah lain yang tak kalah krusial adalah reklamasi pascatambang.
    Secara aturan, perusahaan wajib memulihkan lahan setelah izin berakhir.
    Namun di lapangan, lubang-lubang tambang dibiarkan menganga.
    “Dana jaminan reklamasi itu tidak rasional. Jumlahnya jauh dari cukup untuk mengembalikan lahan ke kondisi semula. Akhirnya reklamasi formalitas saja,” ujar Saipul.
    Ia menyebut, bekas lubang tambang yang berubah menjadi danau tanpa pengamanan kini tersebar di berbagai wilayah Kaltim, bahkan dekat permukiman warga.
    Saipul menegaskan, kerusakan lingkungan di Kaltim diperparah oleh perubahan jenis vegetasi.
    Akar pohon hutan hujan tropis berfungsi menyerap, menyimpan, dan mengatur aliran air.
    Fungsi ini tidak tergantikan oleh tanaman monokultur seperti sawit.
    “Ketika hutan diganti sawit atau tambang, sistem alami pengendali banjir hilang. Dalam kondisi hujan ekstrem, bencana tinggal menunggu waktu,” katanya.
    Ia menilai, potensi bencana di Kaltim bahkan lebih besar dibanding wilayah Sumatera dan Aceh, mengingat skala bukaan lahan yang sudah sangat luas.
    Dalih pertumbuhan ekonomi kerap digunakan untuk mempertahankan ekspansi tambang dan sawit.
    Namun, Saipul mempertanyakan narasi bahwa investasi otomatis membawa kesejahteraan masyarakat.
    “Yang menikmati keuntungan itu pemilik modal. Masyarakat sekitar tambang justru mewarisi banjir, jalan rusak, dan kemiskinan,” ujarnya.
    Saipul menyebut banyak wilayah kaya batubara di Kaltim tetap tertinggal secara sosial dan infrastruktur.
    Kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan antara kontribusi sumber daya alam dan kesejahteraan rakyat.
    Sejak kewenangan perizinan ditarik ke pemerintah pusat, menurut Saipul, proses mitigasi bencana justru makin diabaikan.
    Banyak izin diterbitkan tanpa kajian risiko ekologis yang serius.
    “Ini bentuk pengabaian mitigasi. Ketika bencana terjadi, yang disalahkan pemerintah sebelumnya. Pola seperti ini berulang dan tidak pernah selesai,” katanya.
    Ia menilai, kebijakan hari ini lebih berorientasi pada angka pendapatan jangka pendek ketimbang keberlanjutan lingkungan dan keselamatan masyarakat.
    Saipul menegaskan, revisi kebijakan masih mungkin dilakukan.
    Namun, jika pola eksploitasi terus berlanjut, Kaltim berisiko menghadapi bencana yang jauh lebih besar di masa depan.
    “Kalau mau jujur, ini memang terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” ujarnya.
    Ia juga mengkritik klaim keberhasilan daerah yang sering dibanggakan lewat besarnya kontribusi Kaltim terhadap pendapatan nasional.
    Menurut Saipul, data penguasaan lahan, pajak, dan manfaat ekonomi belum pernah dibuka secara transparan ke publik.
    Menurut Saipul, akar persoalan terletak pada penguasaan sumber daya alam oleh swasta.
    Selama batubara dan sawit dikelola privat, manfaatnya tidak akan mengalir ke masyarakat luas.
    “Kalau benar untuk kesejahteraan rakyat, seharusnya dikelola negara lewat BUMN atau BUMD. Kalau tidak, ini hanya pembohongan publik,” tegasnya.
    Ia mengingatkan, tanpa perubahan arah kebijakan, Kaltim berpotensi mewarisi krisis lingkungan yang lebih parah daripada bencana yang kini melanda wilayah lain di Indonesia.
    “Yang tersisa nanti bukan kesejahteraan, tapi alam yang hancur dan masyarakat yang menanggung akibatnya,” tutup Saipul.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Angin Puting Beliung Terjang Watukrus Sikka NTT, 1 Rumah Rusak
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Desember 2025

    Angin Puting Beliung Terjang Watukrus Sikka NTT, 1 Rumah Rusak Regional 10 Desember 2025

    Angin Puting Beliung Terjang Watukrus Sikka NTT, 1 Rumah Rusak
    Tim Redaksi
    SIKKA, KOMPAS.com
    – Hujan lebat disertai angin puting beliung melanda Desa Watukrus, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin (8/12/2025).
    Peristiwa ini mengakibatkan atap rumah semi pemanen milik, Yosef Beator (56), petani setempat, roboh.
    “Kejadiannya Senin, 8 Desember 2025, malam,” ujar Yosef saat dihubungi, Rabu (10/12/2025).
    Yosef mengungkapkan, insiden tersebut berlangsung secara tiba-tiba.
    Dia menceritakan, awalnya dia dan keluarga merasakan guncangan kuat pada bagian atap.
    Menyadari kondisi semakin berbahaya, mereka berlari keluar dan mengungsi ke bangunan bekas garasi mobil yang berada tepat di depan rumah.
    Tak lama berselang, bagian atap rumah roboh. Lalu, pecahan genteng dan kayu penyangga berjatuhan.
    “Kami bersyukur tidak korban yang terluka,” kata Yosef.
    Menurut dia,  kerugian materil akibat peristiwa tersebut mencapai Rp 50 juta.
    Kanit Intelkam Polsek Bola, Bipka Yohanes Heri Kriswanto mengatakan bahwa saat ini korban dan keluarga menempati bangunan garasi yang berada di depan rumah mereka.
    Menurut dia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
    Sikka
    telah menyerahkan bantuan berupa 1 lembar terpal ukuran 6 x 4 meter, dan 5 lembar selimut.
    Bantuan ini diberikan untuk memastikan korban dan keluarganya mendapat perlindungan sementara dari hujan serta kebutuhan dasar selama masa pemulihan.
    “Mereka merencanakan memperbaiki rumah dengan kemampuan sendiri sambil menunggu dukungan lanjutan dari pihak terkait,” kata Yohanes.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1,6 Juta Honorer Jadi ASN Sepanjang 2025, Kepala BKN: Ini Akan Terus Bertambah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Desember 2025

    1,6 Juta Honorer Jadi ASN Sepanjang 2025, Kepala BKN: Ini Akan Terus Bertambah Regional 10 Desember 2025

    1,6 Juta Honorer Jadi ASN Sepanjang 2025, Kepala BKN: Ini Akan Terus Bertambah
    Tim Redaksi
    PALANGKA RAYA, KOMPAS.com
    – Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyebut penyelesaian tenaga kontrak dan honorer di berbagai lembaga negara tersu dikebut.
    Sepanjang tahun ini, sekitar 1,6 juta orang telah diangkat menjadi aparatur sipil negara (
    ASN
    ), baik sebagai CPNS maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
    Kepala
    BKN
    Zudan Arif Fakrulloh mengatakan jumlah tersebut berasal dari sekitar 6 juta peserta yang mengikuti proses seleksi.
    “Jadi yang tes itu kan kurang lebih ada 6 juta orang, yang sudah terangkat menjadi PPPK Penuh, PPPK Paruh Waktu, dan CPNS itu ada kurang lebih 1,6 juta orang ASN baru, ini akan terus bertambah,” ujar Zudan di Kantor Gubernur Kalteng, Selasa (9/12/2025) petang.
    Zudan menegaskan bahwa angka 1,6 juta ASN baru bukan final. Kebutuhan instansi yang terus berjalan memungkinkan jumlah tersebut terus meningkat.
    “1,6 juta ASN baru ini akan terus bertambah, usulan sedang kami proses, kalau di Kalteng relatif sudah selesai,” katanya.
    Ia menyebut BKN telah meminta seluruh kementerian, lembaga, pemerintah provinsi, serta pemerintah kabupaten/kota untuk segera mengajukan kebutuhan formasi CPNS.
    “Yang akan meminta formasi silakan segera usulkan. Kami harus menetapkan dulu formasi. Kalau tidak ada yang mengajukan formasi, maka tidak ada tes CPNS, karena tidak ada formasi yang tersedia,” bebernya.
    Di sisi lain, Zudan mengungkapkan bahwa permohonan formasi CPNS dari berbagai instansi saat ini masih sangat sedikit.
    “Permohonannya belum banyak yang masuk, permohonan kebutuhan formasi dari berbagai institusi belum banyak yang masuk,” ujarnya.
    Karena itu, belum ada kepastian jadwal pembukaan seleksi CPNS selanjutnya.
    “Kalau enggak ada permintaan formasi bisa jadi enggak ada seleksi CPNS, kan enggak ada yang minta,” kata Zudan.
    Zudan menekankan bahwa usulan formasi adalah langkah awal seleksi sebelum CPNS dan PPPK dapat dibuka.
    “Hal ini dilakukan karena beberapa alasan strategis yang mendasar, terkait efisiensi anggaran, akuntabilitas, dan prinsip meritokrasi,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mahasiswi Surabaya Ubah Kantong Teh yang Mengandung Mikroplastik Menjadi Produk Dekorasi Bernilai
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        10 Desember 2025

    Mahasiswi Surabaya Ubah Kantong Teh yang Mengandung Mikroplastik Menjadi Produk Dekorasi Bernilai Surabaya 10 Desember 2025

    Mahasiswi Surabaya Ubah Kantong Teh yang Mengandung Mikroplastik Menjadi Produk Dekorasi Bernilai
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Jeanne Theresia Mintarja mendapatkan inspirasi yang tidak terduga dari keseharian keluarga yang gemar minum teh.
    Mahasiswi Program Studi Desain dan Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif Universitas
    Surabaya
    (FIK Ubaya) itu tergerak ketika mengetahui kantong
    teh celup
    ternyata mengandung
    mikroplastik
    .
    Bahan yang kerap dibuang begitu saja tersebut justru dilihat sebagai peluang untuk diolah kembali menjadi produk
    ramah lingkungan
    .
    “Ada info-info kalau kantong teh itu mengandung mikroplastik. Nah itu menjadi inspirasi utama yang jadi ide untuk bisa diolah. Karena tidak baikkan untuk lingkungan kalau langsung dibuang saja,” ujarnya kepada jurnalis termasuk Kompas.com, Selasa (9/12/2025) sore.
    Dari kegelisahan itu lahirlah “Dipt”, brand yang diciptakan untuk rangkaian produk dekorasi berbahan dasar limbah kantong teh celup.
    Nama yang dipilih karena memiliki arti “tercelup”, merujuk pada bahan utama yang selama ini dianggap tak berguna.
    Produk-produk Dipt meliputi jam meja, lampu meja, catur, hingga tray atau alas multifungsi yang mengedepankan estetika sekaligus nilai keberlanjutan.
    Selama proses panjang tersebut sudah dijalani sejak mengajukan judul pada semester lima.
    Mahasiswi berusia 21 tahun itu menyebut penelitian dan pengembangan produknya berlangsung cukup lama, termasuk pengumpulan bahan hingga pengerjaan setiap produk secara satu per satu.
    “Sudah lama sejak saya mengajukan judul semester 5 termasuk pengumpulan bahan sampai ke proses pembuatan produk satu per satu,” kata Jeanne Theresia Mintarja.
    Tantangan terbesar justru muncul saat menentukan bentuk produk. Ia ingin karyanya tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga fungsional dan dapat diterima masyarakat luas.
    “Yang paling susah pemilihan produknya sih karena saya memang fokusnya material karena sebagai tugas akhir.”
    “Lalu bagaimana caranya produk ini bisa diterima sama masyarakat luas. Nah sulitnya di situ mau dibuat produk apa jam kah atau sesuatu yang bisa buat hiasan dengan karakteristik,” imbuhnya.
    Apalagi minimnya referensi ilmiah mengenai pengolahan kantong teh membuat proses eksplorasi ini semakin menantang.
    Ia berkali-kali gagal, terutama saat mencoba menyatukan material kayu dengan cetakan kantong teh. Namun, perlahan ia menemukan metode yang tepat.
    Jeanne menjelaskan proses awal pembuatan dimulai dari pemilahan kantong teh berdasarkan warna, masih putih atau sudah coklat.
    Kantong-kantong itu kemudian dihancurkan dengan blender menggunakan bantuan air, hingga menjadi bubur.
    “Saya blender semua dengan bantuan air dan jadilah bubur yang dipilih mau jadi lembaran atau padatan.” 
    “Kalau misal untuk padatan saya buat cetakan dulu lalu dipadatkan. Tapi kalau untuk lembaran saya buat sama seperti membuat kertas daur ulang,” tutur mahasiswa asli Surabaya itu.
    Dalam pengembangannya, ia juga memanfaatkan bahan ramah lingkungan lain seperti guar gum sebagai perekat dan biovarnish agar permukaan produk tampak berkilau dan lebih tahan lama.
    Sisa potongan kayu dari pengrajin mebel sekitar pun digunakan untuk memperkuat struktur produk.

    So far
    masih terfokus sama 3 produksi, alas atau tatakan yang bisa dipakai untuk alas apa saja, perhiasan dll, kemudian jam meja dan lampu meja.” 
    “Jadi fokus 3 produksi itu dulu sambil ada variasi untuk estetikanya. Yang utamanya lebih ke home decor,” kata Jeanne.
    “Selanjutnya dikembangkan untuk lebih ke warna karena kebanyakan saat ini warnanya masih coklat aja. Mungkin tambah warna makanan yang original,” imbuhnya.
    Selanjutnya karya yang dihasilkan akan dipamerkan dan dijual perdana dalam skala kecil pada pameran tugas akhir tahunan FIK Ubaya, Grade X, yang digelar Januari 2026.
    Meski begitu, ia tidak menutup kemungkinan produksinya diperluas secara masif.
    Hanya saja, dengan pengerjaan yang masih sepenuhnya manual dan mengandalkan sinar matahari untuk pengeringan, ia memilih fokus meningkatkan kualitas terlebih dahulu.
    “Karena proses yang cukup panjang saya banderol mulai 100.000-an tergantung bentuk dan alat apasaja,” pungkas siswa lulusan SMU Hendrikus.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lowongan Petugas Sensus Ekonomi 2026 di Pangkalpinang, Gaji Rp 4 Jutaan, Ini Syaratnya
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Desember 2025

    Lowongan Petugas Sensus Ekonomi 2026 di Pangkalpinang, Gaji Rp 4 Jutaan, Ini Syaratnya Regional 10 Desember 2025

    Lowongan Petugas Sensus Ekonomi 2026 di Pangkalpinang, Gaji Rp 4 Jutaan, Ini Syaratnya
    Tim Redaksi
    BANGKA, KOMPAS.com
    – Ratusan petugas survei akan direkrut untuk melaksanakan Sensus Ekonomi Nasional 2026 di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
    Pangkalpinang
    ,
    Dewi Savitri
    mengungkapkan, surveyor yang direkrut akan berasal dari masyarakat umum dan mahasiswa yang mendapatkan izin dari kampus.
    “Kami perkirakan lebih dari 100 orang untuk kegiatan sensus ekonomi selama dua bulan,” kata Dewi seusai kegiatan forum jurnalis data statistik di Pangkalpinang, Rabu (10/12/2025).
    Dewi menjelaskan, proses
    perekrutan surveyor
    akan dimulai pada Februari 2026, seiring dengan dimulainya program
    Sensus Ekonomi Nasional
    .
    Menurutnya, sensus ini sangat penting karena dilaksanakan sekali dalam sepuluh tahun.
    “Ada survei badan usaha dan ekonomi masyarakat di dalamnya. Responden maupun petugas harus memberikan informasi yang benar, ada aturannya,” ujar Dewi.
    Gaji yang akan diterima oleh surveyor diperkirakan berkisar Rp 4 juta per bulan, dengan masa kerja selama dua bulan.
    Dewi menekankan, surveyor harus memiliki waktu penuh selama tahapan survei berlangsung.
    “Nanti kami akan sampaikan juga saat perekrutannya, secara
    online
    atau ke BPS akan diiklankan juga,” ucapnya.
    Sensus Ekonomi Nasional akan mencakup pengisian kuesioner online yang berlangsung dari 1 hingga 31 Mei 2026, dilanjutkan dengan pendataan lapangan pada periode Juni hingga Juli 2026.
    Hasil dari sensus ini akan menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan dan arah pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Eks Jenderal Usul Presiden Bisa Langsung Tunjuk Kapolri, Tanpa Melalui DPR
                        Nasional

    7 Eks Jenderal Usul Presiden Bisa Langsung Tunjuk Kapolri, Tanpa Melalui DPR Nasional

    Eks Jenderal Usul Presiden Bisa Langsung Tunjuk Kapolri, Tanpa Melalui DPR
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Mantan Kapolri Jenderal (Purn) Da’i Bachtiar mengusulkan agar Presiden bisa langsung memilih Kapolri tanpa melalui proses politik di DPR.
    Da’i menyebut, Pusat Purnawirawan (PP) Polri telah membahas perubahan aturan tersebut dengan Komisi Percepatan
    Reformasi Polri
    .
    Hal tersebut Da’i sampaikan usai PP Polri bertemu dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri di Gedung Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta Pusat, Rabu (10/12/2025).
    “Yang tadi disinggung adalah bahwa
    pemilihan Kapolri
    itu kan Presiden toh, hak prerogatifnya Presiden. Tetapi, Presiden harus mengirimkan ke
    DPR
    untuk minta persetujuan. Nah, ini juga jadi pertanyaan. Apakah masih perlu aturan itu?” ujar Da’i.
    “Tidakkah sepenuhnya kewenangan prerogatif dari seorang Presiden memilih calon Kapolri dari persyaratan yang dipenuhi dari Polri itu sendiri? Tidak perlu membawa kepada forum politik gitu, melalui DPR,” sambung dia.
    Da’i khawatir, jika dipilih melalui DPR, Kapolri yang terpilih bakal memikul beban balas jasa.
    Sebab, selama ini, calon Kapolri yang dipilih Presiden harus melalui
    fit and proper test
    di DPR dulu.
    Jika disetujui, barulah nama calon Kapolri dikembalikan ke Presiden.
    “Sebab apa? Ini dikhawatirkan ada beban-beban yang dihadapi oleh si Kapolri ini setelah milih, karena mungkin ada balas jasa dan sebagainya di forum persetujuan itu. Walaupun tujuannya baik ya, kontrol kepada kekuasaan prerogatif dari Presiden,” ujar Da’i.
    Meski begitu, Da’i menyerahkan sepenuhnya keputusan penggantian aturan pemilihan Kapolri kepada Komisi Percepatan Reformasi Polri.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.