Author: Kompas.com

  • Siswa Diduga Dikeroyok Senior, Polisi Akan Panggil Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        5 Desember 2025

    Siswa Diduga Dikeroyok Senior, Polisi Akan Panggil Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun Surabaya 5 Desember 2025

    Siswa Diduga Dikeroyok Senior, Polisi Akan Panggil Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun
    Tim Redaksi
    MADIUN, KOMPAS.com 
    – Penyidik Unit PPA Sastreskrim Polres Madiun Kota segera memanggil para siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun yang diduga melakukan aksi pengeroyokan terhadap adik kelasnya berinisial MA (17), hingga pingsan dan memar-memar.
    Pemanggilan dilakukan setelah polisi mendapatkan laporan pengaduan dari orangtua korban terkait kekerasan yang menimpa MA, seorang siswa kelas XI-7
    SMAN 3 Taruna Angkasa
    ,
    Madiun
    .
    Kasi Humas
    Polres Madiun
    Kota, Iptu Ubaidillah mengatakan, pemanggilan para terlapor akan dilakukan setelah polisi memeriksa pelapor terlebih dahulu.
    Sebelumnya, orangtua korban sudah melaporkan kasus pengeroyokan yang menimpa MA di Mapolres Madiun Kota pada Kamis, 4 Desember 2025.
    “Orang tua sudah melaporkan kemarin (Kamis, 4/12/2025)). Jumlah terlapornya (pengeroyok MA) sebanyak sepuluh siswa,” kata Ubaidillah saat dikonfirmasi, Jumat (5/12/2025).
    Menurut Ubaidillah, penyidik unit PPA membutuhkan waktu untuk memeriksa para terlapor. Apalagi, terlapor masih berstatus di bawah umur.
    Oleh karenanya, pemeriksaan terhadap seluruh terlapor harus didampingi Balai Permasyarakatan (Bapas).
    Ubaidillah mengatakan, saat ini penyidik masih fokus untuk memeriksa pelapor dan korban. Setelah itu, Polisi baru akan memeriksa pihak-pihak yang mengetahui peristiwa tersebut termasuk pihak
    SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun
    .
    Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 3 Taruna Angkasa, Agus Supriyono mengatakan, sangat menyesalkan terjadinya kasus pengeroyokan terhadap MA.
    Hasil pemeriksaan sementara terdapat 10 siswa yang diduga terlibat dalam aksi pengeroyokan tersebut.
    “Kami sangat menyesalkan kejadian ini. Dari pemeriksaan internal, terdapat sepuluh siswa yang diduga terlibat dalam pemukulan terhadap adik kelasnya,” ujar Agus, Jumat.
    Agus mengatakan, sekolah akan memberikan sanksi disiplin bagi para siswa yang terlibat pemukulan terhadap MA.
    Tak hanya itu, menurut dia, pihak sekolah juga akan memanggil orang tua untuk mendapatkan penjelasan dan pendampingan lebih lanjut.
    Dalam kesempata itu, Agus menyebut, sudah menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban.
    Selain itu, SMAN 3 Taruna Angkasa berkomitmen untuk memberikan pembinaan serta menjaga lingkungan belajar yang aman.
    “Kejadian ini menjadi pembelajaran penting bagi kami,” kata Agus.
    Dia menegaskan tidak akan menghambat proses hukum yang ditempuh keluarga korban. Selain itu, SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun akan kooperatif dan siap bekerja sama agar penanganan kasus berjalan secara transparan.
    “Kami menghormati laporan yang telah disampaikan kepada pihak berwajib dan akan mengikuti seluruh proses sesuai ketentuan,” ujar Agus.
    Diberitakan sebelumnya, seorang siswa kelas XI-7 SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun berinisial MA diduga menjadi korban pengeroyokan belasan seniornya hingga pingsan dan memar sekujur tubuhnya.
    Korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit lantaran kondisi tubuhnya yang mengalami luka berat.
    Orangtua korban, Edi Sutikno lalu melaporkan kejadian yang menimpa MA ke Polres Madiun Kota pada 4 Desember 2025.
    Ditemui usai membuat laporan polisi di Polres Madiun Kota, Edi bercerita tentang peristiwa nahas yang menimpa anak lelakinya itu.
    Kekerasan itu menimpa MA pada Selasa, 2 Desember 2025, sekitar pukul 21.30 hingga 00.00 WIB.
    Saat itu, korban sedang sakit dan dirawat di UKS sekolah. Namun, sesaat kemudian korban dijemput dan dibawa ke kamar 103 oleh sejumlah siswa.
    “Anak saya dihajar pingsan, kemudian dihajar lagi dan dipukul lagi sampai mau buka mata tidak bisa sampai pukul 24.00 WIB,” kata Edi.
    Edi mengaku tidak mengetahui motif dari belasan senior anaknya itu. Dia hanya mengetahui bahwa ada 10 siswa yang mengakui keterlibatannya berdasarkan keterangan dari pihak sekolah.
    Namun, Edi menyebut, pengakuan anaknya jumlah pengeroyok mencapai 20 orang.
    “Rata-rata (pelaku) kakak kelas XII,” ujar Edi.
    Usai dikeroyok, MA dilarikan ke UGD RS d. Efram Harsana Maospati. Lalu, dirawat di bangsal untuk perawatan lanjutan.
    Saat masuk rumah sakit, dokter sempat melakukan visum luar. Hasilnya, pada korban didapati luka memar di sekujur tubuh mulai dada, lengan kanan-kiri, tangan, paha, hingga punggung.
    Selain itu, terdapat pula benjolan pada bagian belakang kepala kiri sampai behel gigi korban terlepas diduga karena benturan keras.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Panggilan Darurat dari Sumatera: Pemerintah Gamang Tetapkan Bencana Nasional?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        5 Desember 2025

    Panggilan Darurat dari Sumatera: Pemerintah Gamang Tetapkan Bencana Nasional? Nasional 5 Desember 2025

    Panggilan Darurat dari Sumatera: Pemerintah Gamang Tetapkan Bencana Nasional?
    Sejak 2006 berkecimpung di dunia broadcast journalism, dari Liputan6 SCTV, ANTV dan Beritasatu TV. Terakhir menjadi produser eksekutif untuk program Indepth, NewsBuzz, Green Talk dan Fakta Data
    GUBERNUR
    Aceh, Muzakir Manaf, menyamakan banjir yang menerjang provinsinya sebagai tsunami kedua. Itu momen terkelam dalam sejarah Aceh sejak bergabung dengan republik Indonesia–gempa dahsyat dengan skala yang “menyundul” Skala Richter di akhir 2004 silam.
    Kini, “tsunami” itu berulang, tapi dari sebab lain: Diduga paduan faktor alam dan ulah manusia.
    “Aceh seakan mengalami tsunami kedua. Tugas kita adalah melayani mereka yang terdampak. Tidak boleh ada jeda kemanusiaan di lapangan,” kata Mualem, begitu gubernur Aceh itu karib disapa (
    Antara
    , 2/12/2025).
    Skala dampak banjir di tanah rencong menjangkau 18 kabupaten/kota, tersebar di 226 kecamatan serta 3.310 desa (gampong). Hingga 4 Desember 2025, sebanyak 277 orang meninggal di Aceh. Sedikitnya 193 korban hilang dan 1.800 luka-luka.
    Bukan hanya Aceh, banjir serupa menghumbalang Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Data terakhir, korban meninggal di Sumut mencapai 299 orang, korban hilang 159 orang dan 610 luka-luka.
    Adapun di Sumatera Barat, sebanyak 200 orang meninggal, 212 orang lainnya masih hilang dan 111 orang luka-luka. Total warga terdampak banjir besar di Aceh, Sumut, dan Sumbar menembus 3,3 juta jiwa (
    Liputan6.com
    , 4/12/2025).
    Banjir besar itu juga meluluhlantakkan infrastruktur seperti jembatan, fasilitas pendidikan, rumah ibadah, kantor hingga rumah warga.
    Data di atas menggambarkan betapa daruratnya bencana di tiga provinsi itu. Panggilan yang mestinya mendesak pemerintah pusat di Jakarta merespons dengan sigap dan supercepat.
    Terlebih dalam bencana ini, terindikasi ada kejahatan korporasi dan manusia di balik banjir dan longsor. Pemandangan kayu gelondongan di sejumlah titik lokasi banjir memberi kabar tentang adanya ulah manusia di balik bencana ini. Menteri Lingkungan Hanif Faisol mulai mengakui soal ini.
    “Ada indikasi pembukaan-pembukaan kebun sawit yang menyisakan log-log. Karena memang kan
    zero burning
    , sehingga kayu itu tidak dibakar, tapi dipinggirkan,” ujar Hanif Faisol (
    Kompas.com
    , 3/12/2025).
    Sang menteri melanjutkan, “Ternyata banjirnya yang cukup besar, mendorong itu (gelondongan kayu) menjadi bencana berlipat-lipat.”
    Dalam UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

    longsor.
    Sementara bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
    Bencana di Sumatera kali ini adalah kombinasi antara faktor alam (curah hujan ekstrem) dengan kerusakan ekologi yang diduga karena ulah manusia, khususnya korporasi.
    Daya rusaknya mencekam. Tak salah jika menteri Lingkungan Hidup bilang “bencana berlipat-lipat”. Maksudnya, dampak banjir itu ke mana-mana, sangat merusak, luas dan parah.
    Namun, mengapa pemerintah tak lekas menetapkannya sebagai bencana nasional? Apakah perlu data dan informasi lagi untuk menggedor Jakarta bertanggung jawab?
    Sebagian kepala daerah telah melempar handuk atau bendera putih, tanda tak sanggup. Mengapa Jakarta masih kagok dan gamang?
    Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah kenyataan, dan esok adalah masa depan. Korban banjir membutuhkan kehadiran pemerintah untuk menghadapi kenyataan pahit ini.
    Mereka perlu diyakinkan bahwa masa depannya bisa ditegakkan. Namun, tak mungkin mereka membangun rumah, sekolah, tempat ibadah, jembatan hingga infrastruktur publik lainnya dengan swadaya.
    Negara perlu hadir lewat pemerintah terdekat. Ketika pemerintah terdekat tak sanggup, Jakarta harus menanggung beban.
    Negeri kita punya UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pasal 51 ayat 1 menyebutkan, “Penetapan status darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.”
    Ayat 2 menorehkan siapa yang harus bertanggung jawab. Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk skala nasional dilakukan oleh presiden, skala provinsi dilakukan oleh gubernur, dan skala kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/wali kota.
    Sudah waktunya Presiden Prabowo Subianto mengambil tanggung jawab. Saat ini tak penting lagi memberi “cap” bantuan presiden untuk beras atau kebutuhan pokok untuk korban banjir di Sumatera.
    Kini dibutuhkan seorang komandan yang menggerakkan tim dari Jakarta untuk turun ke lokasi bencana.
    Data dan informasi dihimpun untuk menggerakkan pekerjaan raksasa ini. Skala prioritas dibuat paling penting menyelamatkan manusia.
    Mereka yang berada di pengungsian tak boleh lapar. Tak boleh lagi ada cerita korban banjir, seperti di Sibolga, Sumatera Utara yang berebut makanan di minimarket. Sebelumnya diberitakan “menjarah”.
    Jangan lagi ada penjabat yang dengan enteng bicara, ”
    Banjir Sumatera
    cuma besar di media sosial”. Korban banjir di Sumatera memanggil. Panggilan mereka darurat, terkait nyawa yang tak ada “penggantinya di toko”.
    Pemerintah pusat punya duit kok. Dana makan bergizi gratis (MBG) tidak seluruhnya terserap tahun ini. Untuk program ini Badan Gizi Nasional (BGN) pernah minta dana tambahan hingga berjumlah Rp 171 triliun.
    Dari dana teralokasi tahun ini, bisa dikembalikan ke kas negara jika tak sanggup diserap. Pemerintah harus tahu mana yang lebih darurat dan mana yang harus ditangguhkan.
    Ini bukan masa normal. Bertindak
    business as usual
    tidak cukup. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa harus lentur. Menurut dia, saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih memiliki lebih dari Rp 500 miliar dana siap pakai. Apakah itu cukup?
    Keadaan dan situasi lapangan yang berbicara. Satu yang pasti, anggaran penanganan bencana justru turun pada RAPBN 2026 menjadi Rp 491 miliar. Padahal di APBN 2025 masih Rp 2,01 triliun (
    CNBCIndonesia.com
    , 1/12/2025).
    Negara ini berada di lintasan “cincin api Pasifik”. Indonesia rentan dengan gempa bumi. Pada 2004 silam, negeri kita telah berpengalaman menangani bencana superbesar: Tsunami Aceh dan lalu Nias.
    Seyogianya pengalaman itu tidak bikin pemerintah kagok dan gagap lagi. Itu menimpa ujung Sumatera di masa Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kala.
    Di masa itu pemerintah terpaksa dan harus rela membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias.
    Duet militer dan sipil itu juga memobilisasi bantuan internasional karena super dahsyatnya kerusakan akibat tsunami dan gempa bumi saat itu.
    Dalam lima tahun BRR bekerja, badan ini menghabiskan Rp 74 triliun untuk merehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias. BRR membangun 134.000 rumah, 3.600 kilometer jalan dan 1.400 gedung sekolah.
    Apakah badan semacam BRR ini diperlukan untuk menjawab masalah saat ini?
    Menurut saya, iya. Itu merupakan bentuk kehadiran negara. Skala masalah dan kerjanya mungkin tak sebesar di Aceh 2004. Namun ingat, banjir akhir November 2025 ini memorakporandakan tiga provinsi di Sumatera.
    Untuk saat ini, yang paling penting adalah segera menetapkan status bencana nasional di Sumatera. Wakil rakyat di DPR jangan hanya menyerahkan urusan ini kepada presiden.
    Sebaliknya, DPR harus di depan dalam memberikan saran kepada presiden untuk menyatakan status bencana nasional di Sumatera.
    Korban banjir menunggu bantuan, daerah yang aksesnya terputus perlu segera dibuka, kerusakan infrastruktur yang massal harus segera dibangun.
    Sementara itu, mulai sekarang layak dikaji ulang keserakahan bangsa ini dalam mengeruk alam. Dalam siaran pers bertajuk “Dari Hulu yang Robek ke Kampung yang Tenggelam: Banjir Sumatera dan Ledakan Izin Ekstraktif”, Jatam mengingatkan hal yang sudah lama tidak didengar.
    Mengutip data Kementerian ESDM, Jatam memperlihatkan bahwa Sumatera telah diperlakukan sebagai zona pengorbanan untuk tambang minerba, mineral dan batu bara. Di pulau ini, ada 1.907 wilayah izin usaha pertambangan minerba aktif dengan total luas 2.458.469,09 hektare.
    Kepadatan izin ini terkonsentrasi di Bangka Belitung (443 izin), Kepulauan Riau (338), Sumatera Selatan (217), Sumatera Barat (200), Jambi (195), dan Sumatera Utara (170).
    Sementara provinsi lain seperti Lampung, Bengkulu, Aceh, dan Riau juga dijejali puluhan hingga ratusan izin di darat maupun laut.
    Menurut Jatam, luasan dan sebaran konsesi ini berarti jutaan hektare jaringan hutan, kebun rakyat, dan lahan basah yang dulu berfungsi sebagai penyangga air kini berubah menjadi area galian, infrastruktur tambang, dan jalur angkut, yang melemahkan kemampuan DAS untuk menahan dan mengalirkan air secara perlahan.
    Tekanan terhadap ekosistem Sumatera tidak berhenti pada tambang minerba. Sedikitnya 28 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) beroperasi atau dikembangkan di pulau ini, dengan sebaran terbesar di Sumatera Utara sebanyak 16 titik, diikuti Bengkulu (5 PLTA), Sumatera Barat (3), Lampung (2), dan Riau (2).
    Negeri ini harus mengkaji ulang tentang pembangunan yang bertumpu pada industri ekstraktif.
    Saya ingin ulang lagi pernyataan Bjorn Hettne dalam buku “Teori Pembangunan dan Tiga Dunia” (1990). Di buku ini, ia menyebut pembangunan adalah salah satu gagasan yang tertua dan terkuat dari semua gagasan Barat (baca: Eropa).
    Unsur utamanya, kata Hettne, tak lain metafora pertumbuhan. Pembangunan sesuai dengan metafora ini dipahami sebagai organisme, imanen, terarah, kumulatif, dan bertujuan.
    Sumatera hari ini adalah kisah pembangunan yang kehilangan arah. Saat alam rusak, cuma soal waktu ia bakal memukul balik manusia.
    Bencana Sumatera
    bukan semata karena faktor alam, tapi juga karena ulah manusia–kepanjangan tangan dari korporasi–yang serakah.
    Sesuatu yang digugat dan tidak dikehendaki oleh Presiden Prabowo ketika berulang-ulang mengucapkan ‘Serakahnomics’ di sejumlah kesempatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1
                    
                        Prabowo Teken Keppres Biaya Haji 2026, Ini Besaran yang Dibayar Jemaah
                        Nasional

    1 Prabowo Teken Keppres Biaya Haji 2026, Ini Besaran yang Dibayar Jemaah Nasional

    Prabowo Teken Keppres Biaya Haji 2026, Ini Besaran yang Dibayar Jemaah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Presiden Prabowo Subianto menyetujui Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang dibayar jemaah haji tahun 2026 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34 Tahun 2025.
    Beleid tersebut sudah diteken Presiden Prabowo pada 13 November 2025.
    “Menetapkan
    Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
    atau
    BPIH
    Tahun 1447 Hijriah/2026 Masehi yang bersumber dari
    Biaya Perjalanan Ibadah Haji
    atau
    Bipih
    dan Nilai Manfaat,” tulis salinan Keppres, Jumat (5/12/2025).
    Dikutip dari salinan Keppres, besaran Bipih akan digunakan untuk biaya penerbangan, sebagian untuk biaya pelayanan akomodasi di Makkah, sebagian untuk biaya pelayanan akomodasi di Madinah, hingga biaya hidup.
    Keppres juga merinci nilai manfaat yang diterima.
    Besaran nilai manfaat untuk jemaah haji reguler sebesar Rp 6,69 triliun.
    Sementara, besaran nilai manfaat untuk jemaah haji khusus sebesar Rp 7,2 miliar.
    Berikut ini rincian besaran Bipih jemaah haji reguler yang perlu dibayar jemaah tiap embarkasi:
    a. Embarkasi Aceh sebesar Rp 45.109.422
    b. Embarkasi Medan sebesar Rp 46.163.512
    c. Embarkasi Batam sebesar Rp 54.125.422
    d. Embarkasi Padang sebesar Rp 47.869.922
    e. Embarkasi Palembang sebesar Rp 54.206.922
    f. Embarkasi Jakarta (Pondok Gede, Cipondoh, Bekasi) sebesar Rp 58.542.722
    g. Embarkasi Solo sebesar Rp 53.233.422
    h. Embarkasi Surabaya sebesar Rp 60.645.422
    i. Embarkasi Balikpapan sebesar Rp 55.575.922
    j. Embarkasi Banjarmasin sebesar Rp 55.538.922
    k. Embarkasi Makassar sebesar Rp 55.893.179
    l. Embarkasi Lombok sebesar Rp 54.951.822
    m. Embarkasi Kertajati sebesar Rp 58.559.022
    n. Embarkasi Yogyakarta sebesar Rp 52.955.422
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Peringatkan Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        5 Desember 2025

    BMKG Peringatkan Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan Nasional 5 Desember 2025

    BMKG Peringatkan Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi meningkatnya curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.
    “Kami mengajak masyarakat untuk tetap waspada tetapi tidak perlu panik. Pastikan saluran air berfungsi baik, jaga kebersihan lingkungan, dan pantau pembaruan cuaca melalui InfoBMKG sebelum beraktivitas,” ujar Kepala
    BMKG
    Teuku Faisal Fathani, dalam keterangan pers, Jumat (5/12/2025).
    Ia mengatakan, beberapa wilayah masih berpeluang mengalami hujan dengan intensitas lebat dalam beberapa hari mendatang.
    “Kami mengingatkan masyarakat agar tidak mudah mempercayai informasi cuaca dari sumber yang tidak resmi,” ujar dia.
    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto memaparkan bahwa dinamika atmosfer berskala global, regional, dan lokal yang tengah aktif, seperti Gelombang Rossby Ekuator, Gelombang Kelvin, dan Madden–Julian Oscillation (MJO), meningkatkan intensitas hujan di Indonesia.
    “Aktivitas gelombang atmosfer tersebut terutama memperkuat pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” kata dia.
    Selain itu, Bibit Siklon Tropis 93W di timur Filipina turut memberi dampak tidak langsung pada peningkatan hujan di Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
    Berikut daftar wilayah dengan potensi
    hujan lebat
    sepekan ke depan.
    Potensi hujan lebat pada 5–7 Desember 2025 berpotensi terjadi:
    Sementara pada hujan lebat 8–11 Desember 2025, hujan lebat berpotensi terjadi:
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Love-Hate Relationship Gen Z dengan BPJS, Ngebantu atau Bikin Ribet?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        5 Desember 2025

    Love-Hate Relationship Gen Z dengan BPJS, Ngebantu atau Bikin Ribet? Nasional 5 Desember 2025

    Love-Hate Relationship Gen Z dengan BPJS, Ngebantu atau Bikin Ribet?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com-
    Buat sebagian Gen Z, BPJS itu udah kayak
    love and hate relationship
    gitu, kadang bikin
    happy
    karena ngebantu tapi dibikin kesel juga sama beberapa hal.
    Ada yang berasa kebantu banget karena biaya kesehatan jadi ringan, tapi nggak sedikit yang bete sama antri yang panjang, buang waktu sampe harus ngorbanin cuti, bahkan obat yang terasa kurang lengkap dibanding klinik swasta.
    Buat generasi yang dikenal nggak mau repot dan kesabarannya setipis tisu, pengalaman
    Gen Z
    pakai BPJS sering jadi
    reality check
    , apalagi urusan layanan publik nggak selalu mulus.
    Kompas.com
    ngobrol dengan empat Gen Z yang punya cerita love-hate sama BPJS. Yuk ulik ceritanya!
    Ternyata para Gen Z masih pakai BPJS untuk pengobatan ringan, cek kesehatan, atau tindakan yang kalau bayar sendiri bisa bikin dompet langsung kosong.
    Fajar Al Haidar (24 tahun) misalnya, udah akrab sama BPJS sejak SMP. Sebagai Karyawan Swasta yang kerjaannya lumayan sibuk, BPJS itu semacam senjata andalan kalau lagi nge-drop.
    “Sejauh ini pake BPJS buat berobat sakit biasa sih, kayak demam, batuk, pilek. Waktu itu juga pernah sakit kayak alergi ke kulit dan dua kali berobat, karena masih kambuh, akhirnya dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar,” kata Fajar, saat diwawancarai
    Kompas.com
    , Selasa (2/12/2025).
    Ada juga, nih, Desy Fitria (23), seorang staf tata usaha sekolah yang baru pakai BPJS Oktober tahun ini, padahal udah daftar BPJS dari lama.
    “Pertama kali gue pake BPJS itu baru tahun ini di bulan Oktober. Itu pun dipakai karena harus operasi,” tuturnya.
    Bukan sombong atau apa, pertama kali pake BPJS juga karena sakit awalnya dikira lambung, eh ternyata kena usus buntu dan harus operasi.
    Dari pada nguras kocek sendiri, dia akhirnya nyobain
    benefit
    dari BPJS buat operasi usus buntunya itu.
    Kalau Sherina Natasya (25) dan Felia (24), pilih pakai BPJS untuk sakit-sakit ringan aja. Misalnya, batuk, pilek, demam, atau pengobatan saluran akar gigi.
    “Biasanya untuk kasus sakit biasa seperti demam, batuk, pilek, sakit yang tidak perlu rujukan ke rumah sakit,” ungkap Sherina.
    Sebagai budak
    corporate
    yang mengadu nasib di Jakarta, biaya buat berobat gigi itu nggak main-main, makanya keduanya pilih pake BPJS.
    “Kalau ada gigi yang sakit, berlubang, atau harus perawatan saluran akar, itu aku usahain pakai BPJS, karena kalau bayar sendiri itu mahal banget,” tambah Almira.
    Ada
    quotes
    terkenal dari film Sore: Istri Dari Masa Depan, yang bilang, “Kalau aku harus ngulang seribu kali pun, kayaknya aku bakal tetep milih kamu, deh”.
    Kalau Gen Z ke BPJS mungkin bilangnya gini, “Daripada aku harus ngeluarin uang banyak buat berobat, kayaknya aku bakal tetep milih kamu, deh”.
    Meskipun ada kesel-keselnya, tapi para Gen Z tetep punya alasan tersendiri kenapa masih pilih berobat pake BPJS dan kenapa mereka suka beralih ke klinik swasta.
    Banyak Gen Z yang merasa tetap butuh BPJS karena satu alasan kuat yaitu
    cost efficiency
    .Ketika biaya periksa di klinik swasta makin tinggi, BPJS terasa kayak penyelamat darurat yang wajib ada.
    Bahkan, menurut Fajar, prosedurnya juga semakin gampang dengan sistem yang terintegrasi secara online.
    “Ngerasa terbantu sih, nggak ngerasa ribet, karena pas dateng tinggal ngasih kartu aja, bahkan digital juga udah bisa,” katanya.
    Ia bahkan merasakan kemudahan kalau berobat di luar domisili. Katanya sih tinggal ngurus lewat aplikasi JKN Mobile dan cari klinik dengan rating yang bagus supaya dapet pelayanan yang oke.
    Kalau Desy ngerasa manfaat paling besar, yaitu ketika harus menjalani operasi usus buntu. Bayangin kalau nggak ada BPJS dan harus bayar operasinya sendiri, bisa bikin kantong boncos, dong.
    “Sebenernya merasa terbantu banget, apalagi gue nggak perlu keluar biaya yang besar lagi untuk berobat yang kasusnya harus sampai operasi gini,” kata dia.
    Sherina juga bilang gitu, sebagai anak yang sering banget flu, dia ngerasa hemat banyak uang buat berobat. Lumayan, uangnya bisa dipake buat
    self-reward
    pas udah sembuh.
    Nggak cuma menghemat biaya, Felia juga menilai layanan dokter yang ia terima cukup baik.
    “Layanan dari dokternya juga cukup kompeten dan bersih. Alhamdulillah sejauh ini dari segi tindakan dokter belum pernah nemuin yang kurang,”
    Meski banyak keluhan, alasan-alasan ini membuat Gen Z mikir-mikir lagi buat ninggalin BPJS.
    Kalau ada satu hal yang bikin Gen Z komplain serempak soal BPJS, jawabannya pasti waktu yang kebuang sia-sia. Antri lama, proses berlapis, sampai rujukan yang jadwalnya “keburu sembuh sebelum masuk poli”.
    Desy cerita pengalamannya ketika melalui rumitnya alur pengobatan saat kondisinya gawat. Padahal kondisinya udah nggak bisa ditunda dan nunggu-nunggu lagi.
    “Prosesnya lama sih, antrinya juga panjang, bahkan ketika gue udah dapet surat rujukan buat ke poli dan lanjut ke IGD, itu lama,” ucap dia.
    Buat kontrol pasca operasi, dia harus nyesuain waktu kerja sama jadwal kontrol yang cuma di jam tertentu. Sedangkan kalau di klinik swasta, menurutnya jam pelayanan lebih fleksibel dan cepat.
    Felia punya pengalaman serupa saat mau berobat gigi. Bahkan ia dapet rujukan beberapa minggu setelah daftar. Waktu yang terbuang bahkan berbulan-bulan hanya untuk pengobatan satu gigi.
    “Perawatan satu gigi aja bisa makan waktu 3 sampai 4 bulan, sedangkan sekarang yang bermasalah ada 3,” terang Almira.
    Sebagai pekerja kantoran, ia beberapa kali harus ambil cuti. Terlebih dia harus periksa gigi setiap 1 sampai 2 minggu sekali. Alhasil, cutinya dipake buat berobat gigi ke klinik terus.
    “Mau nggak mau aku harus korbanin waktu kerja dengan minta masuk setengah hari atau kadang ambil cuti,” tutur dia.
    Selain waktu, keluhan Gen Z lainnya adalah pelayanan dan obat yang dinilai kurang lengkap dibandingkan klinik swasta.
    Fajar ingat pengalamannya di tahun 2023. Waktu itu, dia coba scaling gigi yang di-
    cover
    BPJS. Ia mengaku kurang nyaman, berbeda dengan pengalamannya ketika scaling di klinik gigi swasta.
    “Mungkin saat itu dokternya masih KOAS atau baru. Jadi beberapa kali ngerasa ngilu giginya,” ucapnya.
    Tiga narasumber lainnya, yaitu Desy, Sherina, dan Felia justru merasa obat dari BPJS lebih terbatas dan dianggap tidak sebagus di klinik swasta.
    “Obatnya itu lebih terbatas dan enggak sekomplit gue berobat di swasta,” ujar Desy.
    Felia bahkan pernah ngalamin adanya kesenjangan layanan, yang katanya berasa kayak jadi anak tiri kalau berobat pakai BPJS. Mereka yang berobat reguler jauh rasanya kayak diutamain dibandingkan yang pakai BPJS.
    “Kadang merasa pake BPJS itu kaya dianaktirikan, kelihatan kesenjangan layanan dan obat yang diberikan juga.”
    Menanggapi keluhan dari para Gen Z ini, Kepala Humas
    BPJS Kesehatan
    , Rizzky Anugerah menjelaskan, kalau sistem rujukan berjenjang adalah aturan yang memang sudah ditetapkan.
    “FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) berfungsi sebagai garda awal sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit,” katanya saat dihubungi
    Kompas.com
    , Rabu (3/12/2025).
    Menurutnya, sistem ini tujuannya untuk menjaga kapasitas layanan rumah sakit supaya nggak makin numpuk.
    Tapi, untuk pasien yang sakitnya sudah kategori gawat darurat, Rizzky mengimbau buat langsung datengin rumah sakit yang bekerja sama maupun tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
    “Mekanisme ini bukan untuk mempersulit, melainkan untuk menjaga mutu layanan, serta menghindari penumpukan pasien di rumah sakit,” tambah dia.
    BPJS, lewat Aplikasi Mobile JKN, terus beradaptasi dengan kebutuhan Gen Z yang maunya serba cepat, apalagi waktu jadi hal yang paling berharga buat para Gen Z di tengah kesibukannya.
    Nggak cuma itu, layanan tersebut juga bisa merangkun rekam medis pasien dari waktu ke waktu.
    “Pada aplikasi tersebut, mereka dapat mengambil antrean online, mengecek ketersediaan kamar di rumah sakit, melakukan perubahan data kepesertaan, hingga melakukan Skrining Riwayat Kesehatan,” tutupnya.
    Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com coba bikin kamu paham dengan bahasa yang mudah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Utang Pinjol Rp 1 Juta Menyeret Siska ke Lingkaran Gali Lubang Tutup Lubang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Utang Pinjol Rp 1 Juta Menyeret Siska ke Lingkaran Gali Lubang Tutup Lubang Megapolitan 5 Desember 2025

    Utang Pinjol Rp 1 Juta Menyeret Siska ke Lingkaran Gali Lubang Tutup Lubang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Siska (bukan nama sebenarnya) tak pernah membayangkan utang Rp 1.000.000 yang dimiliknya bisa menjadi mimpi buruk yang panjang.
    Sebagai orangtua tunggal, setiap rupiah selalu ia hitung dengan cermat. Namun ketika listrik hampir diputus, kontrakan menunggak dua bulan, dan beras di rumah sudah habis, pilihan untuk mengutang terasa seperti satu-satunya jalan keluar.
    Uang Rp 1.000.000 yang ia pinjam dari aplikasi pinjaman
    online
    (
    pinjol
    ) adalah pinjaman pertamanya. Meski jumlahnya tidak besar, beban yang harus ia tanggung justru terasa seperti gunung.
    Padahal, ia selalu berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan yang seadanya dan kebutuhan rumah tangga.
    Dalam kondisi panik dan terdesak, janji “langsung cair, tanpa ribet” yang ditawarkan iklan di media sosial terasa seperti secercah harapan.
    Ia bahkan tidak sempat berpikir panjang apakah aplikasi itu legal atau tidak. Yang ia tahu hanyalah uang cepat bisa menyelamatkan hari itu juga.
    Namun, kelegaan sesaat itu segera berubah menjadi kecemasan. Dalam hitungan hari, jumlah tagihan utangnya membengkak jauh di luar perkiraannya.
    Dari hanya satu
    aplikasi pinjol
    , Siska akhirnya harus berurusan dengan lima aplikasi sekaligus. Hidupnya berubah menjadi siklus “gali lubang tutup lubang” yang tak berujung.
    Siska menuturkan awal mula ia mengajukan pinjaman sebesar Rp 1.000.000 untuk membayar kontrakan dan membeli sembako.
    Ia berharap bisa mengatur keuangan dan membayar tepat waktu, tapi bunga dan biaya administrasi yang dikenakan aplikasi pinjol membuat cicilan membengkak dalam hitungan hari.
    “Kira-kira satu minggu setelah cair. Tiba-tiba pas mau bayar kok jumlahnya lebih besar. ‘Lah, ini minjem sejuta kok balikin jadi sejuta lebih banyak banget?” ujarnya.
    Ketika jatuh tempo mendekat, Siska tidak memiliki dana yang cukup. Temannya malah menyarankan ia untuk meminjam lagi di aplikasi lain demi menutupi pinjaman pertama.
    Rasa ragu dan khawatir sebenarnya muncul, tapi tekanan membuatnya pasrah dan hilang arah.
    “Awalnya saya ragu, tapi karena takut diteror ya saya pinjem lagi. Dari situlah mulai gali tutup lubang,” katanya.
    Dalam beberapa minggu, satu pinjaman berkembang menjadi lima. Setiap kali cicilan mendekati jatuh tempo, Siska dipaksa mencari pinjaman baru.
    “Tiap mau jatuh tempo saya minjam yang lain terus,” ujarnya.
    Siska mencoba berhenti meminjam. Ia berharap bisa melunasi utang yang ada dan memulai kembali hidupnya dengan lebih tenang.
    Namun, niat itu gagal karena teror dari penagih utang atau
    debt

    collector
    yang terus menekannya.
    “Begitu satu jatuh tempo, mereka neleponin terus. Jadi saya panik lagi. Ya udah minjem lagi” kata Siska.
    Setiap dering telepon dan notifikasi pesan WhatsApp menjadi sumber kecemasan. Waktu tidur menjadi penuh dengan pikiran tentang tagihan yang semakin membengkak.
    Bahkan pada siang hari, hati Siska tetap tidak tenang. Ia menyadari bahwa lingkaran setan ini bukan hanya masalah uang, tapi juga tekanan psikologis yang membuatnya sulit berpikir jernih.
    Bukan hanya bunga yang membuat Siska meminjam lagi.
    Debt collector
    pinjol juga menggunakan metode intimidasi agresif.
    Mereka menghubungi Siska puluhan kali dalam sehari dan mengirim pesan WhatsApp secara spam. Ada yang berbicara sopan, namun banyak yang kasar dan menakutkan.
    “Nelepon sampai 60 kali sehari pernah, Mas. Kadang dari nomor luar negeri. WA juga spam,” ungkap Siska.
    Tekanan ini membuat Siska merasa tidak punya pilihan lain selain meminjam uang lagi untuk menutupi pinjaman sebelumnya.
    Tidak hanya dirinya, para
    debt collector
    juga menghubungi keluarga dan tetangganya untuk memberikan tuduhan yang tak benar.
    “Mereka juga sebar berita ke tetangga, bilang saya kabur bawa uang,” tutur Siska.
    Kesadaran bahwa dirinya bukan satu-satunya korban pinjol datang ketika Siska akhirnya membuka diri kepada keluarganya. Dukungan dari sang adik menjadi titik awal pemulihan.
    Adiknya menenangkannya dan meyakinkan bahwa apa yang terjadi tidak sepenuhnya salahnya, serta masih ada jalan keluar meski terlihat sulit.
    Dukungan itulah yang mendorongnya untuk meminta pertolongan lebih lanjut.
    “Adik saya akhirnya nyuruh saya lapor ke lembaga bantuan. Baru dari situ saya mulai ngerti kalau saya bukan satu-satunya korban,” ujarnya.
    Melalui dukungan keluarga dan lembaga perlindungan, Siska mulai memahami cara keluar dari lingkaran utang.
    Siska mengisahkan bagaimana ia bisa
    terjerat pinjol
    hingga lima aplikasi sekaligus.
    Ia bilang, sebagai orangtua tunggal, seluruh beban rumah tangga bertumpu pada dirinya.
    Setiap hari ia bekerja di warung milik tetangganya dan penghasilannya hanya cukup untuk membeli kebutuhan paling dasar.
    Tidak ada ruang untuk menabung, apalagi menutup kebutuhan lain yang lebih besar.
    Di saat bersamaan, slip tagihan listrik menjadi pengingat bahwa pemutusan bisa terjadi kapan saja.
    Dari ponsel, pesan WhatsApp dari ibu kos muncul hampir setiap hari, menanyai kapan ia bisa melunasi kontrakan yang sudah terlambat dua bulan. Semua tagihan itu seolah mengejar dari segala arah.
    Sebagai satu-satunya orang dewasa di rumah, Siska hidup dari hari ke hari dengan sumber keuangan yang rapuh.
    Tidak ada suami, tidak ada keluarga yang bisa diandalkan secara rutin. Yang ada hanya seorang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah dan makan yang ia upayakan sekuat tenaga agar tetap berjalan.
    Dalam keadaan seperti itu, pikirannya seperti menemui jalan buntu. Ia merasa berada di tengah pusaran tekanan yang terus mempersempit langkahnya.
    Pada akhirnya, Siska mengenang dengan jelas momen ketika ia menyerah dan memutuskan menekan pilihan “ajukan pinjaman” di layar ponselnya.
    “Kebutuhan rumah tuh numpuk, listrik mau diputus, kontrakan nunggak dua bulan. Ya akhirnya saya nekat cari pinjaman biar bisa nutup dulu yang mendesak,” kata Siska.
    Baginya, membayar kontrakan adalah hal paling utama. Jika tidak mampu membayar, ia dan anaknya tidak punya tempat lain untuk tinggal.
    Hal itulah yang membuat keputusan meminjam uang dari aplikasi pinjol tampak seperti satu-satunya jalan keluar, sebuah cara yang saat itu ia anggap untuk mengambil napas ketika merasa hampir tenggelam.
    Saat menggulirkan Instagram di ponselnya sambil rebahan, sebuah iklan muncul seolah menawarkan secercah harapan.
    “Lagi
    scroll
    HP sambil rebahan, muncul tuh iklan yang bilang ‘langsung cair, tanpa ribet’. Saya klik karena penasaran,” kata dia.
    Saat itu, Siska belum memahami seluk-beluk dunia pinjol. Ia tidak tahu perbedaan antara aplikasi legal dan ilegal, tentang bunga yang tak masuk akal, atau potensi ancaman yang mungkin mengikuti.
    Yang ia lihat hanya sesuatu yang tampaknya bisa menyelesaikan masalahnya seketika.
    Proses pengajuannya pun berlangsung begitu cepat, hampir tidak masuk akal bagi orang yang sebelumnya belum pernah meminjam.
    “Prosesnya cepet banget. Enggak pake foto KTP yang ribet, cuma selfie sama isi-isi data,” jelas dia.
    Tak lama kemudian, uang yang ia ajukan benar-benar masuk.
    “Pertama tuh saya ambil Rp 1.000.000. Buat bayar kontrakan dan sebagian buat beli sembako,” ujar dia.
    Siska sempat merasa lega. Seolah ada sedikit ruang bernapas setelah berminggu-minggu dihimpit ketakutan.
    Namun, ia tidak mengetahui bahwa keputusan sederhana itu justru menjadi pintu pertama menuju jurang yang jauh lebih gelap, yang menelannya dalam kebiasaan gali lubang-tutup-lubang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Taman Bermain Anak Ciremai Menanti Sentuhan Perbaikan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Taman Bermain Anak Ciremai Menanti Sentuhan Perbaikan Megapolitan 5 Desember 2025

    Taman Bermain Anak Ciremai Menanti Sentuhan Perbaikan
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com –
    Pagi di Taman Bermain Anak Ciremai tidak pernah benar-benar sepi, tetapi tidak juga begitu ramai.
    Di antara rimbun pepohonan tua yang menaungi bangku-bangku semen, taman kecil ini seperti menahan napas panjang—masih hidup, namun jelas menua.
    Di sudut taman, seorang pria berjaket biru duduk sendirian di bangku berbentuk kubus.
    Ia sibuk dengan ponselnya, sesekali menengok ke jalan raya yang membentang di depan taman.
    Lalu lalang motor, angkot yang berhenti menunggu penumpang, dan pejalan kaki yang melintas pelan menjadi latar suara keseharian yang terus mengiringi.
    Dari situ, wahana bermain anak yang dulu mungkin menjadi rebutan kini tampak berdiri kaku.
    Sebuah monkey bar berwarna merah, biru, dan kuning yang semestinya memanggil anak-anak untuk memanjat—memperlihatkan cat yang mengelupas dan karat di sana-sini.
    Lingkaran-lingkarannya yang tersusun vertikal tampak kusam, menandakan usia panjang tanpa perawatan berarti.
    Tak jauh dari situ, ayunan besi menjadi saksi bisu betapa lama taman ini tidak tersentuh pembaruan.
    Rantainya bukan lagi rantai utuh, sebagian adalah tambalan kain dan tali yang sudah rapuh, diikat seadanya agar kursi ayunan tetap tergantung.
    Kursinya sendiri memudar, cat kuning dan biru bergantian menutupi besi yang telah tipis oleh karat.
    Ayunan itu bergeming, seolah tidak percaya diri lagi untuk menampung berat seorang anak.
    Di area tengah, jalur pedestrian dari conblock mengitari taman kecil ini.
    Sebagian batu permukaan sudah ditumbuhi lumut, menandakan lembap dan teduhnya tempat itu sepanjang hari.
    Beberapa pengunjung tampak memanfaatkan taman sekadar untuk beristirahat.
    Di antara suasana yang sunyi itu, Taman Bermain Anak Ciremai terasa seperti ruang publik yang masih bertahan berkat pepohonannya, bukan lagi karena fasilitas bermainnya.
    Salah seorang warga yang datang membawa anaknya bermain pagi itu, Untung (50), menuturkan bahwa taman sudah rusak lebih dari setahun lalu.
    Awalnya hanya cat yang mulai pudar kemudian lantai mulai ambles, hingga akhirnya ayunan benar-benar tidak bisa dipakai lagi.
    “Ada setahun lah lebih kali ya, tapi masih suka dipakai, ya seadanya aja,” ujar Untung saat ditemui, Kamis (4/12/2025).
    Ia mengatakan, warga yang punya anak kecil termasuk dirinya masih membawa anaknya ke taman ini, tetapi kini harus lebih berhati-hati.
    Jika dulu anak-anak leluasa bermain, sekarang mereka sering kali hanya bisa duduk atau bermain di bagian taman yang masih aman.
    “Kurang lengkap aja kali ya. Kalau buat anak-anak, yang ada-adanya aja dipakai. Kayak ini kan sebenarnya rusak-rusak (ayunan),” katanya sambil menunjuk ke salah satu rangka ayunan.
    Untung masih ingat masa ketika taman ini jauh lebih hidup.
    Pada pagi hari, anak-anak berlarian, sementara warga dewasa berolahraga ringan atau sekadar berbincang.
    Menjelang sore, suara tawa anak-anak memenuhi udara ketika matahari mulai turun.
    “Dulu ya rame. Pagi sore pasti banyak yang main,” ujarnya.
    Masalah lain sempat muncul ketika rumput dibiarkan tumbuh tinggi.
    Kondisi itu memicu keberadaan nyamuk dalam jumlah lebih banyak dari biasanya.
    Meski kini rumput sudah dipangkas, warga tetap mengingat masa itu sebagai tanda betapa kurang terawatnya area ini.
    “Iya kalau banyak nyamuk ya, emang waktu itu juga sih udah banyak. Tadinya rumput-rumputnya pada tinggi,” kata Untung.
    Selain masalah fasilitas, taman ini juga mengalami perubahan fungsi yang tidak positif.
    Seiring kurangnya perawatan dan minimnya penerangan di malam hari, taman sering dijadikan tempat nongkrong remaja.
    Untung yang bekerja dengan sistem shift kerap melewati taman pada malam hari sepulang kerja.
    Dari pengalamannya, ia sering melihat beberapa anak muda berkumpul di sudut taman.
    “Nah itu suka, anak-anak suka kadang-kadang buat nongkrong ya. Kalau pulang malam gitu lihat, banyak orang gitu, kayak ngerokok gitu-gitu,” ujar dia.
    Ia tidak mengatakan hal itu sebagai masalah besar, tetapi mengakui bahwa kondisi tersebut membuat sebagian warga merasa waswas.
    Terlebih ketika ada anak kecil atau ibu-ibu yang harus melewati area itu pada malam hari.
    Darmadi (47), warga lainnya yang sudah tinggal sejak 2010, mengatakan hal serupa. Dalam kesehariannya, ia hampir selalu melewati taman, entah pagi saat berangkat kerja atau sore ketika menemani anak-anak bermain.
    Baginya, perubahan wajah taman kini sangat jelas dibandingkan masa ketika tempat itu masih terawat.
    “Beda lah, kadang ada aja anak nongkrong sambil ngerokok. Nggak tiap hari, cuma sering keliatan kalau saya pulang malam,” kata dia.
    Darmadi juga mengatakan bahwa
    kondisi taman
    yang mulai rusak membuat anak-anak tidak lagi bisa bermain bebas.
    Akibatnya, sebagian memilih bermain di jalan atau berpindah ke taman lain yang kondisinya lebih baik.
    “Sekarang mereka main seadanya aja. Karena fasilitasnya banyak yang nggak lengkap. Kadang malah main di jalan,” ujarnya.
    Meski kondisinya menurun, warga tidak pernah kehilangan harapan. Ribuan langkah dan suara warga sudah akrab dengan taman kecil itu.
    Sebagai ruang publik yang berada di tengah permukiman, keberadaannya dianggap penting, bukan hanya sebagai tempat bermain, tetapi juga ruang interaksi sosial warga.
    Untung berharap pemerintah setempat dapat memberi perhatian lebih pada taman-taman kecil seperti
    Taman Ciremai
    .
    Menurut dia, fasilitas sederhana saja sudah cukup, asal aman dan nyaman.
    “Ya mungkin lebih itu aja kali ya. Lebih diperbaiki aja ya fasilitasnya sama keamanannya kali ya kalau malam,” kata dia.
    Darmadi juga memiliki harapan serupa. Baginya, taman ini tidak perlu dibuat mewah.
    Cukup memastikan ayunan berfungsi, perosotan aman, bangku kokoh, dan penerangan terang.
    “Ayunannya dibenerin dulu. Itu yang paling dipakai anak-anak,” kata dia.
    Ia menilai taman kecil seperti ini sering luput dari perhatian, padahal justru menjadi ruang vital bagi warga sekitar.
    Anak-anak yang tinggal di permukiman sangat bergantung pada satu-satunya ruang terbuka di lingkungan mereka.
    “Penting banget, taman ini tuh tempat mereka gerak dan ketemu teman,” kata Darmadi.
    Kepala Bidang Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperumkim) Kota Bogor, Devi Librianti, menegaskan bahwa taman tersebut tetap dirawat.
    “Sebenarnya taman tidak terbengkalai, ada petugas yang rutin membersihkan, ada pemeriksaan rutin namun beberapa part belum diganti,” kata Devi.
    Menurut dia, rutinitas kebersihan tetap berjalan setiap hari. Daun jatuh dibersihkan, sampah dikumpulkan, dan alat permainan diperiksa.
    Namun pemeriksaan bukan berarti semua kerusakan bisa langsung dibenahi.
    Devi mengatakan, taman-taman kecil seperti Ciremai biasanya mendapatkan pemeliharaan ringan.
    Jika ada bagian permainan yang patah, petugas bisa melakukan perbaikan cepat seperti pengelasan.
    “Untuk perbaikan mainan kalau patah bisa langsung dilas, tapi kalau ada part yang hilang kami harus mengusulkannya dulu di penganggaran karena kami tidak menyetok part,” ujarnya.
    Devi menjelaskan bahwa taman Ciremai sebenarnya sudah mendapatkan pembaruan, terakhir pada 2023.
    “Untuk fasilitas bermain anaknya terakhir diperbaharui tahun 2023,” kata dia.
    Namun pembaruan itu belum berlanjut ke revitalisasi besar.
    Rencana prioritas tahun ini tidak memasukkan taman Ciremai sebagai lokasi revitalisasi menyeluruh.
    “Taman ini belum masuk daftar prioritas untuk direvitalisasi, paling pemeliharaan alatnya saja,” ujar Devi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jakarta Berpotensi Hujan Siang–Sore, Intensitas di Sejumlah Wilayah Meningkat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Jakarta Berpotensi Hujan Siang–Sore, Intensitas di Sejumlah Wilayah Meningkat Megapolitan 5 Desember 2025

    Jakarta Berpotensi Hujan Siang–Sore, Intensitas di Sejumlah Wilayah Meningkat
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan akan turun di sejumlah wilayah DKI Jakarta pada Jumat (5/12/2025).
    Polanya tersebar dari hujan ringan hingga sedang, terutama pada siang sampai sore hari.
    Kondisi ini membuat warga diminta mengatur mobilitas dan tetap bersiap menghadapi potensi genangan di beberapa titik rawan.
    Prediksi cuaca tersebut tercantum dalam prakiraan harian
    BMKG
    , yang merinci kondisi setiap kota administrasi di Jakarta.
    BMKG memprakirakan cuaca di Kepulauan Seribu akan berawan sepanjang hari.
    Suhu diprediksi berada pada kisaran 26–28 derajat Celsius dengan kelembaban 76–87 persen.
    Kondisi ini menandakan adanya potensi peningkatan awan namun tanpa hujan signifikan.
    Jakarta Pusat diprediksi dilanda hujan ringan.
    Suhu udara berada di kisaran 25–30 derajat Celsius dengan kelembaban 73–93 persen.
    Hujan ringan pada siang hari berpotensi membuat beberapa ruas jalan utama, terutama kawasan perkantoran, menjadi lebih padat.
    Untuk wilayah Jakarta Utara, cuaca diperkirakan berawan.
    Suhu berkisar 25–28 derajat Celsius, sementara kelembaban mencapai 77–91 persen.
    Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan intensitas cuaca lebih tinggi karena diprediksi mengalami hujan sedang.
    Suhu berada di kisaran 24–30 derajat Celsius, kelembaban 71–95 persen.
    Hujan sedang berpotensi memunculkan genangan cepat di titik-titik langganan seperti Kembangan, Duri Kosambi, dan sekitarnya.
    Wilayah Jakarta Selatan diprediksi turun hujan ringan dengan suhu 24–31 derajat Celsius dan kelembaban tinggi pada kisaran 68–97 persen.
    Wilayah yang memiliki kontur lebih berbukit berpotensi mengalami hujan lokal yang muncul tiba-tiba.
    Jakarta Timur juga diprediksi mengalami hujan ringan.
    Suhu berkisar 24–30 derajat Celsius dengan kelembaban 72–96 persen.
    Kawasan ini dikenal memiliki beberapa titik rawan genangan di dekat bantaran sungai, terutama saat hujan lebih merata.
    BMKG menyarankan masyarakat tetap memperhatikan
    prakiraan cuaca
    berkala karena kondisi atmosfer saat ini labil dan berpotensi berubah cepat.
    Selain itu, warga yang beraktivitas di luar ruangan disarankan membawa perlengkapan seperti jas hujan atau payung, terutama pada jam-jam rawan saat intensitas hujan meningkat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Disnaker Ponorogo Tegaskan Dewi Astutik Berangkat sebagai PMI Ilegal
                        Surabaya

    10 Disnaker Ponorogo Tegaskan Dewi Astutik Berangkat sebagai PMI Ilegal Surabaya

    Disnaker Ponorogo Tegaskan Dewi Astutik Berangkat sebagai PMI Ilegal
    Tim Redaksi
    PONOROGO, KOMPAS.com
    – Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Suko Kartono, menegaskan bahwa Dewi Astutik tidak pernah tercatat sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) resmi.
    Dewi Astutik
    merupakan warga
    Ponorogo
    . Ia ditangkap BNN di Kamboja karena diduga menjadi gembong
    narkoba internasional
    .
    Suko memastikan bahwa keberangkatan Dewi tidak melalui prosedur Disnaker maupun jalur resmi penempatan PMI.
    “Dia tidak melalui Disnaker. Berarti tidak resmi. Ilegal,” ujarnya ditemui di kantornya pada Kamis (4/12/2025).
    Suko mengungkapkan, berdasarkan penelusuran data, riwayat keberangkatan Dewi ke Taiwan pada tahun 2013 maupun masa kerja di luar negeri tidak ada dalam sistem Disnaker.
    Ia menjelaskan bahwa praktik keberangkatan ilegal masih banyak terjadi karena para calon PMI sengaja menghindari jalur resmi.
    “Kalau PMI mau ke luar negeri secara ilegal, mereka tidak mungkin menghubungi Disnaker. Yang bisa kami lakukan hanyalah sosialisasi agar masyarakat tidak menempuh jalur ilegal,” imbuhnya.
    Dewi, perempuan 42 tahun asal Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, diketahui sudah lama bekerja sebagai PMI di Hong Kong, Taiwan dan terakhir Kamboja.
    Namun perpindahannya ke Kamboja diduga kuat menggunakan identitas palsu milik anggota keluarganya, sehingga jejak kepergiannya sulit terpantau.
    Perempuan yang masuk daftar buronan internasional ini diduga menjadi aktor intelektual di balik penyelundupan dua ton sabu jaringan Golden Triangle yang digagalkan pada Mei 2025.
    Ia juga diduga terlibat dalam sejumlah kasus besar pada 2024 yang berkaitan dengan jaringan Golden Crescent.
    Aparat menangkap Dewi Astutik saat ia hendak memasuki lobi sebuah hotel di Sihanoukville, Kamboja, melalui operasi terkoordinasi antara Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI di Kamboja dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pramono Ingin RS Sumber Waras Berstandar Internasional, Sudah Diajukan ke Prabowo 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Pramono Ingin RS Sumber Waras Berstandar Internasional, Sudah Diajukan ke Prabowo Megapolitan 5 Desember 2025

    Pramono Ingin RS Sumber Waras Berstandar Internasional, Sudah Diajukan ke Prabowo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Gubernur Jakarta Pramono Anung mengungkapkan rencana Rumah Sakit (RS) Sumber Waras akan dijadikan berstandar internasional.
    Namun, hal itu harus mendapatkan persetujuan pemerintah pusat untuk memasukkan
    RS Sumber Waras
    menjadi
    proyek strategis nasional
    (PSN).
    “Saya sedang menjajaki rumah sakit ini untuk kita bangun menjadi salah satu rumah sakit internasional, dan kami sudah mengajukan menjadi Proyek Strategis Nasional. Kementerian Kesehatan sudah menyetujui, Menko Perekonomian sudah menyetujui, dan sudah diajukan kepada Bapak Presiden,” ujar Pramono di Balai Kota Jakarta, Jumat (5/12/2025).
    “Kalau itu bisa dilakukan, maka Jakarta dalam tahun-tahun dekat ini akan mempunyai rumah sakit yang berstandar internasional. Satu, Sumber Waras, yang kedua adalah Rumah Sakit Cakung,” lanjutnya.
    Jakarta sendiri saat ini sudah memiliki 31 rumah sakit.
    Tetapi menurut Pramono, hal itu belum cukup karena Jakarta akan berkembang menjadi kota global.
    “Komitmen kita untuk menjadi kota global sekaligus akan menjadi top twenty di tahun 2030, kesehatan menjadi kata kunci. Karena inilah yang kemudian menjadi ukuran. Maka persoalan-persoalan lapangannya harus ditangani secara baik,” tutur Pramono.
    Menurut dia, rumah sakit berstandar internasional harus bekerja sama dengan pemerintah.
    “Salah satu hal yang saya dorong betul kepada Ibu Kepala Dinas (Dinas Kesehatan) untuk segera mewujudkan rumah sakit internasional yang dikelola secara langsung oleh Pemda DKI Jakarta, yang mungkin juga bisa bekerja sama dengan pemerintah pusat,” jelasnya.
    Sebelumnya, Pramono telah membicarakan soal PSN RS Sumber Waras dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartanto di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (10/11/2025).
    Selain RS Sumber Waras, Pramono juga membahas usulan Kota Tua masuk dalam PSN.
    “Kenapa kami usulkan menjadi PSN? Karena itu tadi supaya mendapatkan treatment di dalam proses pembangunannya menjadi lebih mudah, lebih baik,” terang Pramono usai bertemu Airlangga, Senin.
    Ia meyakini, pemerintah pusat akan mendukung kedua usulan Pemprov Jakarta, selagi pihaknya melengkapi kebutuhan administrasi untuk pembangunan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.