Author: Kompas.com

  • "Kampung Dollar" Muara Gembong yang Dulu Makmur Kini Tenggelam Ditelan Rob
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        4 Desember 2025

    "Kampung Dollar" Muara Gembong yang Dulu Makmur Kini Tenggelam Ditelan Rob Megapolitan 4 Desember 2025

    “Kampung Dollar” Muara Gembong yang Dulu Makmur Kini Tenggelam Ditelan Rob
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kampung Beting di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dulunya sangat berlimpah ikan, udang, dan kepiting.
    Melimpah ruahnya sumber makanan itu membuat warga berlomba-lomba mendirikan usaha tambak di belakang rumahnya yang langsung laut.
    Warga berbondong-bondong mengubah area mangrove di belakang rumahnya, menjadi area tambak.
    Pasalnya, bisnis tambak milik warga di Kampung Beting begitu menjanjikan dan bisa datangkan keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulannya.
    Berkembangnya usaha tambak warga membuat Kampung Beting mencapai masa kejayaannya pada tahun 1980-an hingga disebut sebagai ”
    Kampung Dollar
    “.
    Namun, kejayaan itu hanya tinggal kenangan semata. Kondisi Kampung Beting kini memperihatinkan.
    “Sedih lah saya kecil di sini, dulu di sana adalah kampung terpadat dan ekonomi bagus banget perputarannya di sana,” ucap warga bernama Halima (38) saat diwawancarai
    Kompas.com
    di lokasi, Selasa (2/12/2025).
    Namun, sekitar tahun 2000-an, bisnis tambak warga di
    Muara Gembong
    perlahan-lahan habis karena tergerus abrasi.
    Sejak itu pula, perekonomian warga di Muara Gembong, khususnya Kampung Beting terganggu.
    Padahal, dulu Halima bisa bersekolah dan mendapatkan kehidupan yang layak karena orangtuanya adalah seorang petani tambak bandeng dan udang.
    Ia mengaku, terakhir panen hasil tambak milik orangtuanya sekitar tahun 2005-an. Kini, Halima tak bisa lagi mencicipi ikan dari tambak belakang rumahnya.
    “Kalau nelayan mungkin masih produktif, tapi kalau petani tambak mungkin abrasi itu permasalahannya enggak bisa panen bandeng, udang, enggak bisa kayak dulu,” ucap dia.
    Dalam 10 tahun ke belakang, abrasi di wilayah ini semakin parah dan membuat Kampung Beting perlahan tenggelam.
    Sebab, adanya abrasi membuat banjir rob dengan ketinggian sekitar 50 cm terjadi sekitar satu minggu sekali di kampung ini.
    Banjir rob mudah masuk ke perumahan warga karena laut di Muara Gembong tak dilengkapi dengan tanggul beton.
    Selain dikelilingi laut, Kampung Beting juga dialiri Sungai Citarum yang arusnya cukup kencang.
    Sungai Citarum yang mengalir di sepanjang Kampung Beting kanan dan kirinya juga tidak dilengkapi oleh tanggul.
    Jadi, ketika hujan tiba, air sungai itu juga mudah meluap ke rumah-rumah warga.
    Tak heran, kampung ini mudah sekali tenggelam ketika banjir dari laut atau sungai datang.
    Sering tenggelamnya Kampung Beting membuat sebagian warga memilih meninggalkan tempat tinggalnya.
    “Warganya juga sudah banyak yang pindah karena rumahnya sudah tidak layak huni dan akses jalan sudah terputus,” ujar Halima.
    Pasalnya, meski banjir rob tidak sedang datang, beberapa rumah warga tetap tergenang air berwarna cokelat.
    Sementara sebagian area depan rumah warga yang sudah tak tergenang justru dipenuhi lumpur dari kali sehingga tidak bisa lagi dipijak.
    Mirisnya lagi, karena sudah tenggelam dan tak berpenghuni, sekitar dua minggu lalu sebagian akses listrik di Kampung Beting ujung sudah dicabut oleh PLN.
    KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Kampung tenggelam di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

    Tempat tinggal Halima di Kampung Gobah juga sudah mulai terkena abrasi.
    “Sebetulnya, sudah mulai terkena abrasi tapi belum ke pemukiman, karena kalau Kampung Gobah itu pemukimannya hanya sepanjang aliran Sungai Besar Citarum,” ucap dia.
    Namun, seluruh tambak warga di Kampung Gobah juga sudah hancur tergerus oleh abrasi.
    Oleh karena itu, ia takut suatu saat kampung tempat tinggalnya memiliki nasib yang sama seperti Kampung Beting.
    Halimah berharap pemerintah bisa segera melakukan tindakan untuk mengatasi abrasi di kawasan Muara Gembong.
    Ia juga meminta agar pemerintah bisa mengajak masyarakat untuk sama-sama menanggulangi abrasi.
    Di Muara Gembong sudah banyak kegiatan menanam mangrove untuk mengatasi abrasi.
    Namun, dampak penanaman mangrove itu dinilai belum signifikan untuk mencegah abrasi.
    Oleh karena itu, ia berharap pemerintah bisa membangun tanggul untuk penahan abrasi di sekitar laut Muara Gembong.
    Sebab, jika tak ada tanggul, maka ia khawatir seluruh desa di Muara Gembong bisa tenggelam.
    “Karena kalau dibiarkan bisa satu kampung, dua kampung, atau satu desa akan tenggelam, kan kita berusaha kayaknya kalau masyarakat masih mau lah kalau pemerintah bikin seperti apa,” ucap dia.
    Ketua RT 05, RW 06, Dusun 3, Maska juga menilai, penanaman mangrove di kampungnya belum terlalu efektif untuk mencegah abrasi.
    “Banyak sih komunitas yang terjun di wilayah saya ini, cuma penurunan alat berat untuk menanggulangi abrasi belum ada, baru sebatas penanggulangan dengan cara penanaman pohon mangrove atau apa itu aja, yang tidak langsung berdampak hasilnya berbeda dengan alat berat untuk tanggul,” ujar Maska.
    Maska berharap, ada bantuan berupa alat berat dari pemerintah untuk mengatasi abrasi.
    Menjalani hidup di
    Kampung Tenggelam
    tentu saja bukan perkara yang mudah untuk dijalani warga.
    Ketika terjadi rob, air laut bukan hanya merendam perumahan, tapi juga merendam akses jalan utama keluar masuknya warga.
    Saat jalan terendam rob, warga akan sulit untuk keluar desa dan terhambat ketika mau beraktivitas.
    “Justru itu karena akses jalan yang terendam justru motor sampai ke jok airnya. Orang sering terganggu mau berpergian,” ujar Maska.
    Sering terjadinya rob membuat jalan di sepanjang Desa Kampung Beting rusak parah.
    Warga lain bernama Udin (24) juga mengaku, aktivitasnya begitu terganggu setiap kali rumahnya terendam rob.
    Udin terpaksa harus menunggu rob surut ketika ingin beraktivitas ke luar rumah.
    “Bisa aja, tapi nunggu airnya surut, biasanya tiga jam surut. Sekarang air datangnya pagi,” ucap Udin.
    Ia mengaku, begitu tersiksa dengan kondisi Kampung Beting yang seringkali tenggelam.
    Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Susan Herawati menyebut, hancurnya kejayaan Kampung Dollar atau Kampung Beting terjadi di tahun 2000-an.
    Pasalnya, di tahun itu usaha tambak warga di Kampung Beting habis total tergerus abrasi.
    “Sejak tahun 2000-an, abrasi dan penurunan muka tanah jadi penyebab rusaknya tambak nelayan di Muara Beting, dan hingga saat ini tidak ada lagi tambak warga yang aktif,” ungkap Susan.
    Abrasi parah yang terjadi di kampung ini disebabkan karena banyaknya hutan mangrove yang diubah menjadi area tambak warga.
    Padahal mangrove sendiri memegang peran penting untuk mencegah abrasi di daerah pesisir.
    Tak heran, jika kondisi Kampung Beting saat ini begitu memperihatinkan karena sudah tenggelam dan tak ada lagi perputaran roda ekonomi.
    Oleh sebab itu, Susan menilai tenggelamnya Kampung Beting di Muara Gembong bukan murni karena faktor alam.
    “KIARA menilai bahwa hal ini bukan murni faktor alamiah, tetapi human made disaster atau bencana yang ditimbulkan oleh ulah manusia,” ucap dia.
    Berdasarkan data dari KIARA, Menteri Kehutanan atas usulan Bupati Bekasi, menerbitkan surat keputusan Menhut Nomor SK.475/Menhut-II/2005 pada 16 Desember 2005 untuk mengubah fungsi dari hutan lindung menjadi hutan produksi seluas 5,1 hektare di Muara Gembong.
    Di sisi lain, berdasarkan dokumen Strategi Pengelolaan Sumber Daya Ekosistem Pesisir Muara Gembong, Teluk Jakarta 2019 menyebutkan, bahwa menurut Perhutani di tahun 2010 luas hutan mangrove alami di Muara Gembong mencapai 10,4 hektare, akan tetapi 95 persen vegetasi mangrove tersebut berubah menjadi tambak dan lahan pertanian.
    Berdasarkan data tersebut, mangrove di wilayah Muara Gembong tersisa 524 hektare. Hal ini berbanding terbalik dengan data citra satelit yang diolah MapBiomas Indonesia 2025 yang menyatakan bahwa di tahun 2010 hanya tersisa sekitar 67 hektare dan tahun 2023 hanya sekitar 23 hektare.
    “Jelas degradasi luas ekosistem mangrove ini catatan buruk tata kelola mangrove yang dilakukan pemerintah,” ucap dia.
    Pemerintah disarankan bisa membangun kembali rumah-rumah masyarakat dan infrastruktur ekologisnya yang adaptif terhadap banjir rob.
    Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa tidak adanya perizinan usaha maupun aktivitas industri ekstraktif dan eksploitatif lainnya yang membebani wilayah pesisir dan menyebabkan abrasinya semakin parah.
    “Selain itu, juga menghentikan, mengevaluasi, mengaudit, serta memproses industri maupun korporasi yang terbukti berkontribusi terhadap alih fungsi mangrove dan penurunan muka tanah yang terjadi baik di pesisir Muara Gembong maupun dalam scope yang lebih besar yaitu pesisir pantai utara Jawa,” jelas dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RS Polri Pastikan Kerangka di Tenjo adalah Alvaro Kiano
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        4 Desember 2025

    RS Polri Pastikan Kerangka di Tenjo adalah Alvaro Kiano Megapolitan 4 Desember 2025

    RS Polri Pastikan Kerangka di Tenjo adalah Alvaro Kiano
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Rumah Sakit Polri Kramat Jati memastikan bahwa kerangka yang ditemukan di Tenjo, Bogor, Jawa Barat, merupakan Alvaro Kiano Nugroho (6).
    Hal tersebut dipastikan Kepala RS Polri Brigjen Polisi Prima Heru di RS Polri Kramat Jati, setelah mencocokkan sampel DNA Alvaro dengan orangtuanya Arum.
    “Berdasarkan hasil pemeriksaan DNA dan gigi, dapat disimpulkan bahwa kerangka dengan nomor register: 0062/XI/2025/ML adalah
    Alvaro Kiano Nugroho
    , anak biologis dari Arum Indah Kusumastuti,” ungkap Prima di RS Polri Kramat Jati, Kamis (4/12/2025).
    Tim forensik melakukan pencocokan sampel pada gigi yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).
    “Sampel DNA post-mortem korban serta sampel DNA ante-mortem dari saudari Arum Indah Kusumastuti ke Biro Lab DNA Pusdokkes Polri pada hari yang sama, tanggal 24 November 2025,” ungkapnya.
    Alvaro Kiano
    menghilang selama delapan bulan sejak Maret 2025. Ia diduga diculik dari masjid oleh orang yang mengaku ayahnya.
    Sejak saat itu, jejaknya tak terendus meski pihak keluarga mencari berbagai cara untuk menemukannya.
    Pada November 2025, kerangka Alvaro ditemukan di Tenjo, Kabupaten Bogor. Ternyata, ia diculik lalu dibunuh oleh ayah tirinya, Alex Iskandar.
    Namun, beberapa hari setelah ditangkap, Alex mengakhiri hidupnya di ruang konseling Mapolres Jakarta Selatan.
    Kapolres Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, awalnya Alex menjemput Alvaro untuk diajak membeli mainan ke mal.
    Namun, sebelum ke mal, Alex membawa Alvaro ke rumahnya di wilayah Tangerang terlebih dahulu untuk mandi.
    Setelah itu Alvaro mulai merasa tidak nyaman karena ayah tirinya mandi terlalu lama.
    Ia menangis dan meminta diantar pulang ke rumah kakek dan neneknya di wilayah Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
    Tak tahan mendengar rengekan Alvaro, Alex mengambil handuk yang tergantung di rak dan membekap mulut anak tirinya itu.
    Ia kemudian mencekik serta menindih tubuh Alvaro hingga bocah tersebut tidak lagi bernapas.
    “Karena panik, dia masih berusaha untuk bagaimana mencari supaya mau menghilangkan barang bukti korban AKN,” jelas Nicolas.
    Alex mengikat tubuh Alvaro dengan tali, memasukkannya ke dalam plastik hitam, dan menyimpannya di garasi rumah dalam posisi tertutup mobil.
    “Dari situlah dia meninggalkan korban AKN ini kurang lebih selama tiga hari,” kata dia.
    Alex mulai mencari tempat lain ketika jasad Alvaro mulai membusuk. Ia kemudian teringat wilayah Tenjo, Kabupaten Bogor, karena memiliki saudara yang tinggal di sana.
    Akhirnya, Alex mengangkat jasad Alvaro ke dalam mobil dan membawanya ke bawah Jembatan Cilalay, lokasi yang kerap dipakai warga untuk membuang sampah secara ilegal.
    Setelah itu, Alex bahkan membantu keluarga membuat laporan kehilangan ke Polsek Pesanggrahan, membuat polisi tidak mencurigainya
    “Karena pada saat penjemputan itu dia mengaku bahwa, ‘saya mau jemput anak saya.’ Sedangkan juga kakek daripada si AKN ini juga meminta bantuan ayah tirinya untuk mencari,” tutur Nicolas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warung Mie di Bogor Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Sumatera–Aceh yang Terdampak Bencana
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        4 Desember 2025

    Warung Mie di Bogor Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Sumatera–Aceh yang Terdampak Bencana Megapolitan 4 Desember 2025

    Warung Mie di Bogor Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Sumatera–Aceh yang Terdampak Bencana
    Editor
    BOGOR, KOMPAS.com
    — Sebuah warung makan, Mie Aceh Semeru di Jalan Cilandek, Kota Bogor, Jawa Barat menggratiskan makanan bagi mahasiswa asal Sumatera dan Aceh yang orang tuanya terdampak bencana.
    Pemilik
    Mie Aceh Semeru
    , Rahmat (34) mengatakan, langkah itu merupakan inisiatif pribadinya sebagai bentuk kepedulian kepada para perantau yang kini ikut merasakan dampak bencana di kampung halamannya.
    “Tidak ada nama khusus untuk program ini. Ini hanya inisiatif sederhana karena saya melihat korban bukan hanya yang di Aceh. Anak-anak mereka yang kuliah di luar Aceh dan Sumatera juga ikut terdampak,” kata Rahmat dikutip dari
    TribunnewsBogor.com
    , Rabu (3/12/2025).
    Rahmat memastikan mahasiswa asal Sumatera dan Aceh bisa makan gratis kapan saja di warungnya.
    Menurut dia, keberlangsungan pendidikan mereka tidak boleh terganggu oleh kondisi keluarga di kampung.
    “Selama masih belum kondusif maka warung mie Aceh Semeru ini gratis untuk anak-anak aceh anak anak sumatera barat dan sumatera utara. Kapanpun mereka kesini boleh makan sepuasanya,” ujarnya.
    Ia mengaku memahami betul kondisi para perantau karena pernah mengalami hal serupa saat masih kuliah dan kesulitan biaya.
    “Jadi memang saya dulu perantau merasakan ketika ada orang tua belum ngirim uang ataupun beasiswanya terpending mala kita harus bekerja keras untuk makan. Dan sekarang saya alhamdulillah diberikn rezeki lebih oleh Allah akhirnya kenapa engga kita bantu orang lain,” ujarnya.
    Bantuan ini sudah berjalan tiga hari.
    Selain memberi makan gratis, Rahmat juga menyalurkan donasi uang tunai untuk mahasiswa yang tinggal jauh dari warungnya.
    “Ini sudah hari ketiga jadi kalau ada yang deket mereka langsung datang kesini makan, ada yang uda dua kali juga. Tapi yang jauh jauh biasanya mereka kami kirimkan donasi saya kasih dari range 200 sampai 250 ribu,” tandasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Puan: DPR Siap Evaluasi Bencana Aceh-Sumatera, tapi Saat Ini Fokus Evakuasi dan Bantuan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Puan: DPR Siap Evaluasi Bencana Aceh-Sumatera, tapi Saat Ini Fokus Evakuasi dan Bantuan Nasional 4 Desember 2025

    Puan: DPR Siap Evaluasi Bencana Aceh-Sumatera, tapi Saat Ini Fokus Evakuasi dan Bantuan
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Puan Maharani menegaskan bahwa DPR siap bekerja sama dengan pemerintah untuk mengevaluasi penyebab bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh dan Sumatera.
    “Namun, prioritas utama saat ini adalah penanganan tanggap darurat, mengingat masih banyak warga terdampak yang membutuhkan evakuasi maupun bantuan logistik,” ucapnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (4/12/2025).
    Puan menyampaikan hal tersebut saat menanggapi sejumlah usulan yang meminta pemerintah memberlakukan moratorium izin tambang baru serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perusahaan pemegang izin.
    Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup (LH) juga berencana memanggil delapan perusahaan yang beroperasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara, yang dinilai berkontribusi memperparah bencana.
    “Kami bersinergi dengan pemerintah bahwa ada keinginan untuk mengevaluasi ini: akibatnya apa dan bagaimana perencanaannya ke depan. Tentu saja itu akan ditindaklanjuti,” kata Puan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2025) sore.
    Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Rabu (3/12/2025) sore, total korban meninggal akibat banjir dan
    longsor di Aceh
    , Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai 807 jiwa.
    Sebanyak 647 orang masih dinyatakan hilang, 2.600 orang terluka, dan sekitar 582.500 warga mengungsi.
    Selain itu, ribuan rumah serta sejumlah fasilitas umum, seperti jembatan, rumah ibadah, dan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan.
    Oleh karena itu, Puan menegaskan bahwa pemerintah dan DPR kini memusatkan seluruh sumber daya untuk masa tanggap darurat.
    “Masih banyak korban yang belum ditemukan, wilayah yang terisolasi, dan bantuan yang harus segera didistribusikan,” ujarnya.
    Puan mengatakan, setelah tahap tanggap darurat selesai, fokus selanjutnya adalah masa rehabilitasi dan rekonstruksi, termasuk pemulihan infrastruktur dan fasilitas umum yang rusak.
    “Itu dulu yang harus kami fokuskan karena kondisi cuaca masih tidak menentu,” tuturnya.
    Meski demikian, lanjut Puan, DPR tetap siap menindaklanjuti evaluasi penyebab bencana.
    “DPR RI juga akan aktif menanggapi hal tersebut. Yang pasti sekarang kami fokus dulu kepada para korban dan wilayah yang masih membutuhkan bantuan,” tegas Puan.
    Sebagai informasi, Center of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan kerugian akibat banjir di tiga provinsi tersebut mencapai Rp 68,67 triliun.
    Angka tersebut mencakup kerusakan rumah, kehilangan pendapatan, kerusakan fasilitas publik, hingga kehilangan produksi pertanian.
    Puan menambahkan bahwa DPR telah mengirim tim ke Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh untuk memantau langsung kondisi di lapangan.
    DPR juga menyalurkan bantuan logistik untuk korban banjir bandang dan tanah longsor pada Minggu (30/11/2025), yang diserahkan langsung oleh Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurizal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ketua MPR China Temui Prabowo di Istana Jakarta, Disambut Tarian Pa'gelo
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Ketua MPR China Temui Prabowo di Istana Jakarta, Disambut Tarian Pa'gelo Nasional 4 Desember 2025

    Ketua MPR China Temui Prabowo di Istana Jakarta, Disambut Tarian Pagelo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua MPR China Wang Huning menemui Presiden RI Prabowo Subianto, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/12/2025) siang.
    Pantauan Kompas.com di lokasi, Wang mendatangi Istana dengan mengenakan setelan jas berwarna hitam.
    Terlihat sejumlah pasukan Paspampres,
    tarian Pa’gelo
    dari Toraja, serta marching band menyambut kedatangan Wang.
    Ketika Wang keluar dari mobil, dia langsung disambut oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.
    Prasetyo dan Wang lalu berjalan berdampingan menuju selasar Istana.
    Di sana, Presiden Prabowo yang mengenakan setelan jas berwarna abu-abu gelap dan peci hitam telah menanti untuk menyambut Wang.
    Prabowo dan Wang langsung berjalan masuk Ruang Kredensial untuk berfoto bersama dan mengisi buku tamu.
    Keduanya belum memberikan pernyataan apapun.
    Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya dan Wakil Dubes RI untuk China, Irene.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kemenperin Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Banjir dan Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Kemenperin Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Banjir dan Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar Nasional 4 Desember 2025

    Kemenperin Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Banjir dan Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat terdampak banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
    Pelepasan bantuan dilakukan oleh Menteri Perindustrian (Menperin)
    Agus Gumiwang Kartasasmita
    pada Rabu (3/12/2025) di Jakarta. 
    “Kami memahami bahwa bencana yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat ini memiliki skala yang cukup besar, sehingga masyarakat di daerah terdampak tentu membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak,” ujar Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (4/12/2025).
    Bantuan yang dikirimkan terdiri atas kebutuhan dasar, seperti paket sembako, air minum, pakaian layak pakai, perlengkapan kebersihan, serta dukungan logistik lainnya.
    Selain bantuan barang, Kemenperin juga menyalurkan bantuan uang tunai yang dihimpun dari pejabat dan pegawai sebagai bentuk gotong royong internal.
    Pengumpulan donasi internal ini telah mencapai satu truk muatan bantuan barang dan dana tunai yang akan disalurkan melalui satuan kerja Kemenperin di daerah untuk mendukung operasional dapur umum dan kebutuhan mendesak lainnya.
    “Hari ini kami mengirimkan sebagian bantuan terlebih dahulu sebagai tahap awal, dan akan ada pengiriman berikutnya yang kami susulkan,” ujar Agus Gumiwang Kartasasmita.
    Ia juga mengapresiasi para pelaku industri yang turut memberikan dukungan baik dalam bentuk barang maupun dana tunai.
    “Banyak bantuan dari perusahaan manufaktur yang sudah disalurkan, baik melalui Kemenperin maupun lembaga lain. Yang terpenting adalah adanya panggilan kepedulian untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak,” ungkapnya.
    Salah satu bantuan yang dikirimkan hari ini adalah Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) untuk penyulingan air dan kendaraan multifungsi berbasis teknologi manufaktur nasional yang dapat menyediakan air bersih.
    Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, AMMDes untuk penyulingan air sangat relevan dengan kebutuhan wilayah terdampak, mengingat persoalan air bersih menjadi kendala utama.
    “Hari ini dikirim satu unit, dan kami sedang berkoordinasi dengan produsen untuk mempercepat penambahan unit berikutnya. Semua barang bantuan yang kami kirim akan kami pastikan bahwa barang tersebut adalah produk industri dalam negeri,” jelas Menperin.
    Dari sisi industri, laporan sementara menunjukkan bahwa kawasan industri di Aceh, Sumut, dan Sumbar secara umum tidak mengalami kerusakan berarti dan masih dapat beroperasi.
    Kendala justru dialami beberapa pabrik di luar kawasan industri akibat masalah akses serta

    gangguan utilitas, terutama pasokan air dan listrik.
    “Pemerintah berkomitmen mempercepat pemulihan utilitas dan akses agar aktivitas masyarakat dan industri dapat kembali normal,” tegasnya.
    Untuk mendukung ketepatan distribusi bantuan, Kemenperin juga bekerja sama dengan TNI yang menyiapkan pesawat angkut menuju tiga wilayah terdampak.
    Sementara itu, bantuan uang tunai yang dihimpun akan digunakan satuan kerja di daerah untuk memperkuat operasional dapur umum dan pemenuhan kebutuhan harian masyarakat terdampak secara cepat.
    Kemenperin berharap kolaborasi pemerintah, pelaku industri, dan berbagai pihak dapat

    mempercepat pemulihan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat di wilayah terdampak bencana.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gibran ke Korban Banjir: Warga Sumatera Tidak Sendirian
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Gibran ke Korban Banjir: Warga Sumatera Tidak Sendirian Nasional 4 Desember 2025

    Gibran ke Korban Banjir: Warga Sumatera Tidak Sendirian
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming menegaskan bahwa warga di Sumatera yang sedang dirundung banjir tidak sendirian menghadapi bencana ini.
    “Dari Bapak Presiden Prabowo, ini saya aturkan dukacita yang mendalam kepada seluruh korban. Saya mohon maaf sebelumnya. Bapak-Ibu tidak sendiri, warga Sumatera tidak sendiri,” kata Gibran kepada korban pengungsian di
    Agam
    , Sumatera barat, Kamis (4/12/2025).
    Dia juga menyampaikan salam dari Presiden RI Prabowo Subianto kepada warga terdampak bencana saat mengunjungi kobran pengungsian yang ada di Kabupaten ini.
    Gibran menegaskan, Presiden Prabowo telah memerintahkan jajaran untuk melakukan percepatan pemulihan pascabencana di Sumatera.
    “Kami diperintah Bapak Presiden untuk melakukan percepatan pemulihan pasca bencana ini,” tegas dia.
    Salah seorang warga di pengungsian pun turut mengucapkan syukur saat mendengar pernyataan Gibran.
    “Alhamdulillah, alhamdulillah. Bencana nasional, alhamdulillah. Sumatera masih berjaya, alhamdulillah,” ujar seorang warga.
    Wapres RI juga memastikan, pendistribusian bantuan dan logistik terus dipercepat baik via darat maupun udara.
    “Lalu untuk, tadi sudah disampaikan juga, perbaikan-perbaikan akses komunikasi, puskesmas, sekolah, jembatan, jalan, ini juga akan dipercepat agar arus bantuan logistik, BBM ini bisa lancar kembali,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gibran Mendarat di Agam Sumbar, Dengar dan Catat Keluhan Korban Banjir
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Gibran Mendarat di Agam Sumbar, Dengar dan Catat Keluhan Korban Banjir Nasional 4 Desember 2025

    Gibran Mendarat di Agam Sumbar, Dengar dan Catat Keluhan Korban Banjir
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendarat di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, untuk meninjau korban banjir di lokasi, Kamis (4/12/2025).
    Helikopter yang dinaiki Gibran mendarat di
    Agam
    pukul 07.16 WIB dan sampai di lokasi pengungsian yang didirikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Agam sekitar pukul 7.30 WIB.
    Gibran lantas berinteraksi dengan warga pengungsi di lokasi, mendengar keluhan warga, sembari menulis di catatan kecil.
    Gibran juga mendengarkan paparan dari pemerintah daerah setempat.
    Per sore 3 Desember 2025 ini, jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, bertambah menjadi 770 orang.
    Jumlah ini disampaikan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
    Korban jiwa di Sumatera Barat mencapai 194 orang, dan masih ada 111 orang belum ditemukan.
    Jumlah korban terdampak banjir di Sumbar adalah 140.500 orang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Tangis dan Maaf Ibu Penjarah Rumah Uya Kuya: Maafkan Pak, Anak Saya 3 Bulan Enggak Pulang
                        Megapolitan

    7 Tangis dan Maaf Ibu Penjarah Rumah Uya Kuya: Maafkan Pak, Anak Saya 3 Bulan Enggak Pulang Megapolitan

    Tangis dan Maaf Ibu Penjarah Rumah Uya Kuya: Maafkan Pak, Anak Saya 3 Bulan Enggak Pulang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Suasana haru mewarnai sidang kasus penjarahan rumah milik politikus PAN, Surya Utama atau Uya Kuya, di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Rabu (3/12/2025).
    Usai memberikan keterangan sebagai saksi, Uya Kuya didatangi beberapa anggota keluarga para terdakwa yang telah menunggunya di luar ruang sidang.
    Ibu dari salah satu terdakwa menghampiri Uya Kuya sambil menangis dan memohon maaf atas peristiwa yang menimpa sang pesohor.
    “Maafin ya, Pak. Maafkan, anak saya sudah tiga bulan enggak pulang,” ucap salah satu keluarga sembari memegang tangan Uya Kuya di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Rabu.
    Uya Kuya terlihat berusaha menenangkan keluarga tersebut. Ia mengatakan bahwa sejak awal sudah memaafkan para terdakwa, tetapi proses hukum tetap menjadi kewenangan aparat.
    “Ibu dengarkan saya, saya sudah maafkan dari awal, selanjutnya biar pihak berwenang, kalau keringanan bukan wewenang saya,” jawab Uya Kuya.
    Sebelum sidang ditutup, suasana ruang persidangan sempat berubah haru ketika keempat terdakwa kasus penjarahan meminta maaf secara langsung di hadapan majelis hakim. Mereka adalah Dimas Dwiki, Reval Ahmad, Anisa, dan Warda Wahdatullah.
    Momen itu terjadi setelah majelis hakim yang dipimpin Immanuel menanyakan kepada Uya Kuya soal kesediaannya menerima permintaan maaf para terdakwa.
    “Saudara Surya Utama, atau Saudara Uya Kuya ya. Ini kesempatan pertama saudara di persidangan ini. Saya hanya ingin merespons apa yang saudara katakan tadi, bahwa secara kemanusiaan saudara sudah memaafkan mereka. Biarlah hukum yang akan menyelesaikan masalah ini,” ujar Hakim Immanuel.
    Hakim kemudian kembali memastikan apakah Uya bersedia menerima permintaan maaf tersebut.
    “Jika keempat orang ini hari ini ingin meminta maaf secara pribadi kepada saudara dari sisi kemanusiaan, saudara bersedia menerima maaf dan salamnya?” tanya Hakim.
    “Intinya, Yang Mulia, sebelum mereka meminta maaf pun saya sudah memaafkan mereka,” kata Uya.
    Uya Kuya kemudian diminta maju bersama dua saksi lainnya, yaitu Riziansyah dan Abdurahman. Majelis hakim meminta Uya dan para saksi berdiri di depan ruang sidang untuk menerima permohonan maaf.
    “Silakan. Kita anggap sama-sama sebagai korban. Yang mau meminta maaf secara pribadi, silakan,” ucap hakim ketua.
    Uya Kuya menyebut bahwa mertua serta kucing-kucing peliharaannya masih tinggal di rumah kontrakan setelah rumahnya dijarah oleh sekelompok orang tidak dikenal.
    “Mertua saya sampai sekarang masih ngontrak rumah. Kontrakan rumah. Kucing-kucing saya juga masih saya kontrakan rumah juga khusus, gitu kan,” ucap Uya.
    Uya memastikan akan segera merenovasi rumahnya yang rusak akibat penjarahan tersebut.
    “Ya saya renovasi lah saya, karena berantakan sekali ya. Dan ya mungkin akan dilakukan renovasi sudah mulai minggu-minggu ini lah ya,” imbuh dia.
    Gregorius, pengacara Anisa, membantah kliennya terlibat dalam aksi penjarahan tersebut.
    Ia mengeklaim bahwa saat kejadian, Anisa hanya datang untuk merekam dan membantu mengangkat televisi yang diduga milik Uya Kuya.
    “Dia hadir di situ hanya untuk merekam terjadinya kerusuhan, diajak oleh teman, dan tidak tahu-menahu bahwa TV yang dia minta bantuan untuk diangkat itu, itu adalah barang curian,” ucap Gregorius
    Gregorius juga membantah bahwa kliennya ikut terprovokasi oleh kelompok tertentu untuk melakukan aksi penjarahan di
    rumah Uya Kuya
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bagaimana Cara Membuat Masyarakat Makin Waspada terhadap Bencana?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Desember 2025

    Bagaimana Cara Membuat Masyarakat Makin Waspada terhadap Bencana? Nasional 4 Desember 2025

    Bagaimana Cara Membuat Masyarakat Makin Waspada terhadap Bencana?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Banjir bandang Sumatera menyentak Indonesia, perlu ada peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana alam.
    Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa masa depan pembangunan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ketangguhan menghadapi bencana.
    “Urusan bencana adalah urusan kita semua. Kita harus tangguh, bukan hanya manusianya, tapi juga alamnya, perusahaannya, masyarakatnya,” kata Pratikno di Jakarta, Rabu (3/12/2025).
    Ia menyebutkan bahwa apa yang sedang terjadi di sejumlah provinsi saat ini menjadi pengingat bahwa bencana bukan hanya peristiwa alam semata, melainkan peristiwa sosial yang berdampak luas.
    Ribuan warga terdampak, akses jalan terputus, suplai beras dan logistik terganggu, hingga air bersih sulit didapat.
    Pratikno menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix, yakni pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat sipil. Model kolaborasi ini, menurutnya, menjadi fondasi untuk membangun ketangguhan nasional dalam menghadapi bencana yang semakin kompleks.
    “Pemerintah butuh masukan, butuh dukungan, butuh kolaborasi. Kita harus sekuat tenaga mencegah bencana. Kalau bencana tidak bisa dihindari, kita harus punya mitigasi yang kuat,” jelas dia.
    “Kita perlu kapasitas tanggap darurat yang kuat, dan kapasitas rehabilitasi serta rekonstruksi yang kuat,” jelasnya.
    Ia menambahkan bahwa interaksi antara berbagai pihak tidak boleh terjadi hanya satu kali dalam setahun, tapi harus dilakukan secara berkelanjutan untuk memperkuat kesiapsiagaan bangsa menghadapi ancaman bencana.?
    “Ini kerjaan kita bersama, bukan hanya pemerintah. Kami terus menerima masukan dari berbagai pihak untuk memperkokoh ketangguhan kita,” ujar Pratikno.
    Terkait bagaimana membangun kewaspadaan atau
    awareness
    masyarakat, Pratikno menilai Indonesia memiliki banyak instrumen sosial yang dapat digerakkan. Salah satunya adalah lembaga pendidikan, yang ada di hampir semua desa.
    Sekolah, katanya, dapat menjadi pusat edukasi kebencanaan yang efektif karena mampu menjangkau generasi muda dan komunitas lokal.
    Selain itu, ia menyoroti peran besar lembaga keagamaan, yang memiliki jaringan luas dan kedekatan langsung dengan masyarakat.
    “Lembaga keagamaan ada di seluruh Indonesia. Mereka memiliki forum, struktur, dan komunitas yang bisa menjadi mitra dalam membangun pemahaman kebencanaan,” jelasnya.
    Forum-forum masyarakat lainnya, baik formal maupun informal juga disebut dapat berfungsi sebagai saluran edukasi dan mobilisasi. Dengan pendekatan multisektor inilah, Pratikno berharap ketangguhan masyarakat dapat ditingkatkan.
    “Kami mengajak semua pihak untuk membangun masyarakat tangguh. Tidak cukup hanya pemerintah yang tangguh, tetapi masyarakat juga harus tangguh. Infrastruktur kita juga harus tangguh,” tegasnya.
    Untuk meningkatkan kewaspadaan publik, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, memastikan pihaknya juga memperkuat aksesibilitas informasi cuaca dan iklim melalui berbagai kanal komunikasi.
    Peringatan dini berbasis dampak terus ditingkatkan kualitasnya agar masyarakat tidak hanya mengetahui potensi cuaca berbahaya, tetapi juga memahami kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan.
    “Untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, BMKG memperkuat penyampaian informasi cuaca dan iklim yang mudah diakses, meningkatkan kualitas peringatan dini berbasis dampak, serta memperluas edukasi publik melalui berbagai program literasi dan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait,” ungkap dia kepada
    Kompas.com
    , Rabu (3/12/2025).
    BMKG juga memperluas edukasi publik melalui literasi kebencanaan, kerja sama dengan pemerintah daerah, sekolah, komunitas, hingga lembaga penanggulangan bencana.
    “Informasi kami sampaikan secepat mungkin dan melalui banyak kanal, supaya masyarakat menerima peringatan tepat waktu dan mengetahui langkah antisipatif yang perlu dilakukan,” ujar Andri.
    Andri mengatakan, meski informasi dan peringatan dini telah disampaikan secara rutin, kejadian banjir dan longsor masih sering menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar.
    Menurut Andri, hal ini menunjukkan bahwa tantangan utama bukan hanya pada penyebaran informasi, tetapi juga pada peningkatan pemahaman risiko dan kesiapsiagaan masyarakat dalam merespons peringatan tersebut.
    “Faktanya, meskipun peringatan sudah keluar, masih banyak masyarakat yang belum memahami risiko atau belum melakukan langkah mitigasi yang diperlukan,” kata Andri.
    Ke depan, BMKG menilai bahwa penguatan edukasi risiko, perencanaan tata ruang yang lebih adaptif, dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci mencegah jatuhnya korban dalam kejadian bencana hidrometeorologi yang cenderung meningkat frekuensinya.
    “Tantangan ke depan tidak hanya pada aspek penyampaian informasi, tetapi juga pada peningkatan pemahaman risiko serta kesiapsiagaan masyarakat dalam merespons peringatan dini secara lebih efektif,” tegasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.