Author: Gelora.co

  • Kondisi Jokowi Makin Mengkhawatirkan, Warganet: Mungkin Rindu Gorong-gorong

    Kondisi Jokowi Makin Mengkhawatirkan, Warganet: Mungkin Rindu Gorong-gorong

    GELORA.CO –  Publik media sosial menyoroti kondisi mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang makin mengkhawatirkan.

    Dari foto yang diunggah peneliti media dan politik Buni Yani di akun Facebook pribadinya, ayah kandung Wapres Gibran Rakabuming Raka itu terlihat pucat dan melamun. Padahal biasanya Jokowi berwajah ceria.

    Postingan Buni Yani dikomentari ribuan warganet yang umumnya bernada negatif.

    “Mungkin bukan bengong, tapi rindu berat ama gorong2…?” tulis Munir Mahyudin Munir dikutip Kamis 9 Oktober 2025.

    “Masa lalunya mengancam akhir hidupnya…!!?” sambung Riky Bastian.

    “Yang dipikir harta dan kekuasaan,” kata Moh Muzaki. 

    Sebelumnya, Jokowi diketahui mengalami alergi yang menyebabkan iritasi pada kulit tubuhnya setelah menjalankan kunjungan kerja ke Vatikan beberapa bulan lalu.

  • Prabowo Akan Habisi Geng Solo dan Oligarki

    Prabowo Akan Habisi Geng Solo dan Oligarki

    GELORA.CO – Pakar politik Prof Ikrar Nusa Bhakti menyebut ada enam poin isi pertemuan empat mata antara Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan (Jaksel) beberapa hari lalu.

     

    Prof Ikrar dalam video pada Kamis, 9 Oktober 2025, menyampaikan, poin ketiga dalam pertemuan tersebut bahwa sikap Prabowo tegas tidak akan menolerir oligarki.

     

    Pasalnya, kata Prof Ikrar, oligarki ini sudah terlalu kuat menggenggam Indonesia. Menurunya, Prabowo bakal menghabisi semua oligarki di semua lini.

    “Prabowo akan menghabisi persoalan oligarki di BUMN, tambang, kehutanan, kelapa sawit, dan PSN sesuai dengan amanah yang ada. Prabowo akan menghabisi oligarki tersebut,” ujar dia.

     

    Poin keempat, lanjut Prof Ikrar, Prabowo akan membersihkan dan menertibkan aset negara yang dikorupsi oleh oligarki dan geng Solo bersama para mitranya.

     

    “Kelima, pembersihan BUMN terkait para pengelola, prioritas, dan urgensinya, Prabowo akan menggunakan Jaksa Agung dan KPK untuk membersihkan hal tersebut,” ujarnya.

     

    Adapun poin pertama pertemuan Jokowi-Prabowo, kata dia, yakni Prabowo tidak mau ikut campur soal dugaan ijazah palsu Jokowi dan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini tengah trending. 

     

    “Tampaknya Prabowo tidak bisa dan tidak mau lagi membantu dan melindunginya,” ujar dia. 

     

    Terlebih, lanjut Prof Ikrar, persoalan dugaan ijazah palsu Jokowi dan Gibran semakin terbuka dan tak terbendung lagi, khususnya setelah beredarnya data-data dan informasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

     

    “Demikian juga ijazah Gibran juga sudah terbukti palsu,” ujar Prof Ikrar. 

     

    Kedua, Prabowo tidak akan berdiam diri soal sejumlah megakorupsi yang dilakukan geng Solo maupun oligarki.

     

    “Buat Prabowo, apa yang dilakukan oleh baik itu geng Solo, ataukah kemudian oligarki, dan lain-lain, ini sudah memberatkan anggaran pendapatan dan belanja negara pada era Prabowo Subianto,” ujarnya.***

  • Usul Jokowi Konyol Duetkan Prabowo-Gibran Dua Periode

    Usul Jokowi Konyol Duetkan Prabowo-Gibran Dua Periode

    GELORA.CO –  Keinginan mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi agar putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka kembali menjadi Wakil Presiden bersama Presiden Prabowo Subianto pada Pilpres 2029, dinilai aneh.

    Pengamat Rocky Gerung menyampaikan hal tersebut dalam podcast bersama Jurnalis Senior Hersubeno Arief, di kanal Youtube Rocky Gerung Official, pada Kamis 9 Oktober 2025.

    “Mengusulkan supaya Gibran dan Presiden Prabowo jadi paket ke depan di 2029, orang berpikiran ngapain? (Di masa) Prabowo satu tahun aja masih mau dievaluasi, bagaimana mungkin tiba-tiba Gibran harus dipastikan mendampingi Prabowo di 2029. Itu kan konyol,” ujar Rocky.

    Mantan dosen filsafat Universitas Indonesia (UI) itu menganggap, terdapat makna lebih dalam dari keanehan usul Jokowi menjadikan Gibran Wapres dua periode bersama Presiden Prabowo di 2029 mendatang.

    “Walaupun ide itu konyol, tapi dalam kekonyolan usulan Pak Jokowi itu terbaca kegelisahan dia,” sambungnya.

    Menurutnya, terdapat sebab utama yang membuat Jokowi gelisah, sehingga mengharuskan Gibran tetap berada dalam pucuk kekuasaan tertinggi negara.

    “Dia menginginkan reputasi dia sebagai pemimpin Indonesia selama 10 tahun itu tidak dibatalkan oleh satu keputusan pengadilan nanti, entah tentang dia atau tentang anaknya, Gibran,” kata Rocky.

  • Roy Suryo cs Hampir Pasti Tersangka, Tidak Lama Lagi

    Roy Suryo cs Hampir Pasti Tersangka, Tidak Lama Lagi

    GELORA.CO  – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando yakin, pakar telematika Roy Suryo, Rismon Sianipar hingga Tifauzia Tyassuma alias Dokter Tifa bakal dijadikan tersangka kasus dugaan fitnah ijazah palsu Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya kasus ini akan berujung kepastian hukum.

    “Kalau saya hanya bisa menyampaikan, menambahkan bahwa, kalau saya pribadi, dari apa yang saya dengar, apa yang saya pelajari, hampir pasti akan segera terjadi peningkatan tahapan gelar perkara,” kata Ade di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/10/2025).

    Menurut Ade, gelar perkara yang dimaksud adalah penetapan tersangka oleh Polda Metro Jaya terhadap Roy Suryo cs dalam perkara tersebut. 

    “Proses ke arah menjadikan mereka sebagai tersangka itu, saya yakin tidak akan terlalu lama lagi itu berlangsung, barangkali bulan ini, barangkali bulan depan” ujar Ade.

    Ade berharap, Irwasum Polri Komjen Wahyu Widada turun untuk melakukan pengawasan terhadap penyidik Polda Metro Jaya. 

    “Agar tidak bermain-main di ranah, ada alasan demonstrasi dan lain-lain sebagainya ya,” ucap Ade.

    Kasus dugaan fitnah ijazah palsu Jokowi kini ditangani Subdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Kasus tersebut telah naik dari tahap penyelidikan ke penyidikan setelah pelimpahan dari empat Polres di wilayah hukum Polda Metro Jaya

  • Erick Thohir Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia

    Erick Thohir Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia

    GELORA.CO -Kekalahan Timnas Indonesia atas Arab Saudi dengan skor tipis 2-3 di Stadion King Abdullah, Jeddah, Kamis dini hari WIB, 9 Oktober 2025, kembali memantik amarah warganet.

    Warganet ramai-ramai menyalahkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang memecat Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Senin, 6 Januari 2025, dan menggantikannya dengan pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert.

    Bahkan sejak Kamis dini hari, nama Erick Thohir trending di media sosial X.

    “Orang paling bertanggungjawab atas BOBROKNYA Timnas hari ini Erick Thohir dan Arya Sinulingga. Mamam tuh formasi kepelatihan terbaik…cuihhhh,” tulis @jhonsitorus_19.

    “Cuman bisa diliat dan dikenang betapa sangarnya Timnas Indonesia Era Coach Shin Tae-Yong. Dia tau kapasitas pemain nya, mulai dari nol passing, kontrol, Fisik digenjot dan terbukti hasilnya. Tapi Ketum PSSI terbaik Erick Thohir ngide pecat,” sambung @BolaBolaAja.

    Ketua Umum PSSI Erick Thohir sudah buka suara usai Timnas Indonesia kalah 2-3 dari Arab Saudi pada laga perdana Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 di King Abdullah Sports City, Jeddah, Kamis dini hari WIB, 9 Oktober 2025.

    Erick mengakui hasil tersebut bukan yang diharapkan, namun menegaskan bahwa para pemain sudah memberikan segalanya di lapangan.

    “Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Arab Saudi dengan skor akhir 3-2. Bukan hasil yang diinginkan, Timnas Indonesia telah berjuang sekuat tenaga,” kata Erick di keterangan foto timnas pada unggahan seperti dikutip dari Instagram @erickthohir

  • Aksi Roy Suryo dan Dokter Tifa Datangi Makam Keluarga Jokowi Bikin PSI Meradang: Tidak Bermoral!

    Aksi Roy Suryo dan Dokter Tifa Datangi Makam Keluarga Jokowi Bikin PSI Meradang: Tidak Bermoral!

    GELORA.CO – Aksi Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo dan dokter Tifa yang mendatangi makam keluarga Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dikecam Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

    Makam keluarga Jokowi berada di kawasan Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

    Pemakaman Keluarga Mundu itu menjadi tempat peristirahatan terakhir orangtua Jokowi. 

    Dimana ibunda Jokowi Sudjiatmi Notomihardjo dimakamkan disamping kiri pusara suaminya, Widjiatno Notomihardjo

    Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman menilai tindakan Roy Suryo dan Tifauzia Tyassuma, nama lengkap dr Tifa, tidak bermoral dan hanya mengejar sensasi.

    “Mereka kehabisan akal untuk menjelek-jelekkan dan memfitnah Pak Jokowi, akhirnya pergi ke makam yang entah apa relevansinya,” kata Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman dikutip dari laman resmi, Kamis (9/10/2025).

    Menurut Andi, mereka telah berniat buruk saat mengunjungi makam keluarga Jokowi.

    Andi menganggap mereka bukan mencari kebenaran terkait ijazah Jokowi.

    “Niat buruk ditambah gila publikasi membuat pikiran sehat mereka hilang. Tidak tersisa lagi rasa hormat untuk para orang tua yang sudah mendahului. Memalukan,” kata Andy.

    Kecaman Kader PSI 

    Selain Andy, Ketua Direktorat Diseminasi Informasi dan Sosial Media DPP PSI, Dian Sandi Utama juga mengecam tindakan Roy Suryo dan dokter Tifa.

    Dian Sandi menilai, tindakan mendatangi makam keluarga Jokowi hingga memberikan analisis suka-suka dianggap tidak etis dan menyinggung nilai-nilai kesopanan.

    Terlebih mereka mendatangi makam keluarga Jokowi tanpa izin dari yang bersangkutan.

    Dalam media sosial pribadinya @DianSandiU, Dian Sandi menyebut bahwa aksi yang dilakukan Roy Suryo Cs sudah kelewat batas.

    “Kemarin saya masih menganggap mereka sekadar kurang waras,” ujar Dian di X @DianSandiU, pada Rabu (8/10/2025).

    “Tapi setelah mereka pergi cek makam keluarga Pak Jokowi, fix mereka memang sudah gila!,” tambahnya.

    Dian Sandi mengatakan bahwa apa yang dilakukan Roy Suryo Cs sudah tidak etis dan tidak manusiawi.

    “Kalau kalian setuju dengan apa yang dilakukan mereka, itu karena korbannya bukan kalian,” timpalnya.

  • Pemain Timnas Tampil Bak Singa

    Pemain Timnas Tampil Bak Singa

    GELORA.CO –  Pelatih tim nasional Indonesia Patrick Kluivert menilai para pemainnya telah menunjukkan semangat juang tinggi meskipun harus menelan kekalahan 2–3 dari Arab Saudi pada pertandingan Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Kamis (9/10/2025) dini hari WIB.

    “Hasil ini sangat mengecewakan, tetapi para pemain saya bertarung seperti singa. Saya bangga dengan usaha mereka,” kata Kluivert dalam konferensi pers seusai pertandingan, dikutip dari rekaman audio yang diterima pewarta. Pelatih asal Belanda itu menilai Indonesia memulai laga dengan baik, namun kehilangan kendali permainan setelah berhasil unggul terlebih dahulu melalui eksekusi penalti Kevin Diks.

    “Kami memulai pertandingan dengan cukup baik, tetapi setelah unggul 1–0, kami kehilangan momentum. Kami tidak menjaga ruang antar lini dengan baik sehingga pemain sayap lawan bisa memanfaatkan celah dan menekan pertahanan kami,” ujar dia.

    Menurut Kluivert, gol pertama Arab Saudi menjadi titik balik yang mengubah jalannya pertandingan. Setelah itu, timnya kesulitan mengembalikan ritme permainan. Meski menelan kekalahan, Kluivert menegaskan tidak ingin mencari-cari alasan. Ia mengakui sejumlah pemain Indonesia yang bermain di Eropa dan Amerika baru bergabung dua hari sebelum laga, namun hal tersebut disebutnya bukan alasan untuk hasil akhir.

    “Saya bukan tipe pelatih yang bersembunyi di balik alasan. Ya, pemain-pemain dari luar negeri baru datang kemarin, dan itu bukan situasi ideal, tetapi kami harus menerimanya,” ujar pelatih asal Belanda itu.

    Kluivert menyebut pertandingan berjalan seimbang dan Indonesia hanya kalah tipis dari segi efektivitas. “Selisihnya kecil. Arab Saudi memang diuntungkan karena bermain di kandang, tetapi secara umum kami bisa mengimbangi permainan mereka,” ujar pelatih berusia 48 tahun tersebut.

    Dalam kesempatan itu, Kluivert juga memuji penampilan penjaga gawang Marteen Paes, yang tampil impresif meski kebobolan tiga gol.

    Kluivert kemudian memberikan kabar mengenai kondisi bek kiri Calvin Verdonk, yang absen karena cedera paha.

    “Calvin mengalami sedikit robekan di otot paha. Kami akan memantau pemulihannya dari hari ke hari dan berharap dia bisa bermain melawan Irak,” kata dia.

    Mantan striker Barcelona dan tim nasional Belanda itu juga menyampaikan apresiasi kepada para suporter Indonesia yang hadir di stadion maupun yang tinggal di Arab Saudi. Pelatih yang baru menangani tim Garuda sejak awal 2025 itu menegaskan fokus tim kini tertuju pada laga berikutnya melawan Irak yang dijadwalkan berlangsung tiga hari mendatang.

    “Kami akan menganalisis pertandingan ini, memperbaiki kesalahan, dan bangkit. Laga melawan Irak adalah pertandingan penting yang harus kami menangkan,” ujar Kluivert menutup jumpa pers.

    Dengan hasil ini, Indonesia berada di posisi ketiga klasemen sementara Grup B. Indonesia akan memainkan pertandingan keduanya di grup ini, yakni menghadapi Irak pada Ahad (12/10/2025) dini hari WIB.

  • Parcok dari Tahun 2000 Bukan 2020

    Parcok dari Tahun 2000 Bukan 2020

    GELORA.CO –  – Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Napoleon menyebut Polri bukan ‘Parcok’ alias Partai Coklat, sehingga harus diselamatkan dari kepentingan politik praktis.

    Dirinya mengkritik kondisi internal Korps Bhayangkara yang dinilai sudah kehilangan independensi sebab terlalu dekat dengan kekuasaan politik.

    “Polri itu bukan Parcok. Siapa yang tidak suka dengan statemen ini berarti dia Parcok atau yang membuat Parcok,” kata dia, Rabu, 7 Oktober 2025.

    Dia menyebut fenomena ‘Parcok’ bukan hal baru. Namun, lanjutnya, sudah mendarah daging sejak dua dekade lalu.

    Napoleon mengatakan istilah Parcok muncul buntut penilaian publik kalau Polri berafiliasi dengan partai politik demi dapat keuntungan dari pemerintah. Menurutnya persepsi itu berakar dari perilaku sebagian pimpinan Polri yang menjual independensi institusi untuk kepentingan kekuasaan.

    “Parcok ini dimulai dari sekitar tahun 2000-an, bukan 2020. Karena ada pimpinan-pimpinan Polri waktu itu yang menggadaikan institusi besar ini kepada kepentingan partai tertentu. Turun ke Kapolri berikutnya, dan hari ini pun kita lihat itu,” katanya.

    Sebelumnya diberitakan, eks Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Inspektur Jenderal (Purn) Napoleon Bonaparte, melontarkan kritik pedas terhadap Korps Bhayangkara. Ia menilai, reformasi Polri selama ini tak akan pernah berhasil jika tidak dimulai dari pucuk pimpinan.

    “Reformasi polisi ini bagus, tetapi harus dari puncak, dari atas,” kata dia, Rabu, 8 Oktober 2025.

    Napoleon menyoroti sistem kepemimpinan Polri yang dinilainya terlalu sentralistik. Ia bahkan tak segan menyebut bahwa kekuasaan Kapolri bak tak terbantahkan di dalam institusi.

    “Kita tahulah di Polri itu ‘Tuhan’ nya ada dua. Allah sama Kapolri,” ucap Napoleon.

  • Pengamat Skakmat Pernyataan Provokatif Mantan Kepala BAIS TNI Soleman Ponto terhadap Polri

    Pengamat Skakmat Pernyataan Provokatif Mantan Kepala BAIS TNI Soleman Ponto terhadap Polri

    GELORA.CO –  Pernyataan mantan Kepala BAIS TNI, Soleman B Ponto, tentang Polri kembali menuai perhatian.

    Bukan karena bobot argumennya, melainkan karena bias dan aroma provokatif yang menyertainya.

    Salah satu kecaman terhadap pernyataan Soleman B Ponto datang dari Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi.

    “Alih-alih menyampaikan kritik yang konstruktif, Ponto justru terjebak dalam narasi yang berpotensi membenturkan institusi TNI dengan Polri, bahkan mendiskreditkan Polri di mata masyarakat,” kata Haidar Alwi, Kamis (9/10/2025).

    Dua poin pernyataan Ponto yang disoroti Haidar Alwi antara lain soal penerimaan hibah dari pihak ketiga dan penugasan anggota di luar struktur Polri.

    Dalam kritik pertamanya, Ponto menyebut Polri menerima hibah dua hektar tanah di kawasan PIK 2 dari Agung Sedayu Group untuk pembangunan asrama Brimob.

    Ia menarasikan hal itu dengan nada insinuatif, seolah-olah hibah tersebut mengandung kepentingan terselubung.

    “Keduanya menampilkan ketidakobjektifan yang mencolok, seolah-olah Polri menjadi pihak tunggal yang layak dicurigai,” tuturnya.

    “Ironisnya, TNI sebagai institusi yang pernah menaungi Ponto juga menerima hibah dalam skala yang tidak kalah besar namun tak pernah menjadi bahan kritiknya,” ungkap Haidar.

    Data menunjukkan, TNI menerima 11.250 unit rumah dinas Kodim dari PT Hutama Andalan Karya Abadi (HAKA), dana CSR Rp57,5 miliar dari 14 perusahaan, puluhan ribu meter persegi keramik dari PT Arwana Citra Mulia Tbk, serta kendaraan dan genset dari PT Respati Solusi Rekatama dan PT ANTAM.

    Semua itu diterima atas nama sinergi pembangunan pertahanan negara, dan tidak pernah dianggap bermasalah.

    “Maka ketika hibah kepada Polri disampaikan dengan kacamata negatif, sementara hibah kepada TNI diabaikan begitu saja, sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa kritik Ponto bersifat berpura-pura bahkan cenderung mengandung agenda terselubung,” jelasnya.

    Ponto mengungkit data bahwa ada 4.351 anggota Polri bertugas di luar struktur institusi, lalu menyebut hal itu sebagai penyimpangan.

    Padahal, Ponto menutup mata terhadap kenyataan bahwa di tubuh TNI sendiri terdapat 4.472 prajurit yang juga ditugaskan di berbagai instansi sipil.

    “Bila fenomena ini diterima sebagai hal yang wajar di lingkungan TNI, mengapa tiba-tiba menjadi masalah besar ketika terjadi di Polri? Sikap seperti ini bukan hanya tidak objektif, tapi juga membangun persepsi timpang seolah-olah TNI steril dan Polri bermasalah,” ujarnya.

    Menurutnya, kritik memang perlu, namun harus lahir dari integritas dan intelektual, bukan motif emosional atau politik.

    Sebab, ketika seorang mantan Kepala BAIS TNI mengabaikan keseimbangan fakta, maka kredibilitas argumennya runtuh di hadapan logika publik.

    “Kritik yang adil membangun kepercayaan. Kritik yang bias membangun perpecahan. Dan sayangnya, apa yang disampaikan Soleman Ponto lebih mendekati yang kedua,” pungkas Haidar.***

  • Pengamat Skakmat Pernyataan Provokatif Mantan Kepala BAIS TNI Soleman Ponto terhadap Polri

    Pengamat Skakmat Pernyataan Provokatif Mantan Kepala BAIS TNI Soleman Ponto terhadap Polri

    GELORA.CO –  Pernyataan mantan Kepala BAIS TNI, Soleman B Ponto, tentang Polri kembali menuai perhatian.

    Bukan karena bobot argumennya, melainkan karena bias dan aroma provokatif yang menyertainya.

    Salah satu kecaman terhadap pernyataan Soleman B Ponto datang dari Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi.

    “Alih-alih menyampaikan kritik yang konstruktif, Ponto justru terjebak dalam narasi yang berpotensi membenturkan institusi TNI dengan Polri, bahkan mendiskreditkan Polri di mata masyarakat,” kata Haidar Alwi, Kamis (9/10/2025).

    Dua poin pernyataan Ponto yang disoroti Haidar Alwi antara lain soal penerimaan hibah dari pihak ketiga dan penugasan anggota di luar struktur Polri.

    Dalam kritik pertamanya, Ponto menyebut Polri menerima hibah dua hektar tanah di kawasan PIK 2 dari Agung Sedayu Group untuk pembangunan asrama Brimob.

    Ia menarasikan hal itu dengan nada insinuatif, seolah-olah hibah tersebut mengandung kepentingan terselubung.

    “Keduanya menampilkan ketidakobjektifan yang mencolok, seolah-olah Polri menjadi pihak tunggal yang layak dicurigai,” tuturnya.

    “Ironisnya, TNI sebagai institusi yang pernah menaungi Ponto juga menerima hibah dalam skala yang tidak kalah besar namun tak pernah menjadi bahan kritiknya,” ungkap Haidar.

    Data menunjukkan, TNI menerima 11.250 unit rumah dinas Kodim dari PT Hutama Andalan Karya Abadi (HAKA), dana CSR Rp57,5 miliar dari 14 perusahaan, puluhan ribu meter persegi keramik dari PT Arwana Citra Mulia Tbk, serta kendaraan dan genset dari PT Respati Solusi Rekatama dan PT ANTAM.

    Semua itu diterima atas nama sinergi pembangunan pertahanan negara, dan tidak pernah dianggap bermasalah.

    “Maka ketika hibah kepada Polri disampaikan dengan kacamata negatif, sementara hibah kepada TNI diabaikan begitu saja, sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa kritik Ponto bersifat berpura-pura bahkan cenderung mengandung agenda terselubung,” jelasnya.

    Ponto mengungkit data bahwa ada 4.351 anggota Polri bertugas di luar struktur institusi, lalu menyebut hal itu sebagai penyimpangan.

    Padahal, Ponto menutup mata terhadap kenyataan bahwa di tubuh TNI sendiri terdapat 4.472 prajurit yang juga ditugaskan di berbagai instansi sipil.

    “Bila fenomena ini diterima sebagai hal yang wajar di lingkungan TNI, mengapa tiba-tiba menjadi masalah besar ketika terjadi di Polri? Sikap seperti ini bukan hanya tidak objektif, tapi juga membangun persepsi timpang seolah-olah TNI steril dan Polri bermasalah,” ujarnya.

    Menurutnya, kritik memang perlu, namun harus lahir dari integritas dan intelektual, bukan motif emosional atau politik.

    Sebab, ketika seorang mantan Kepala BAIS TNI mengabaikan keseimbangan fakta, maka kredibilitas argumennya runtuh di hadapan logika publik.

    “Kritik yang adil membangun kepercayaan. Kritik yang bias membangun perpecahan. Dan sayangnya, apa yang disampaikan Soleman Ponto lebih mendekati yang kedua,” pungkas Haidar.***