Author: CNBCindonesia.com

  • Viral Pabrik China Ungkap Harga Asli Tas Hermes, Cek Fakta Sebenarnya

    Viral Pabrik China Ungkap Harga Asli Tas Hermes, Cek Fakta Sebenarnya

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memunculkan fenomena baru di media sosial. Pabrik China yang terdampak tarif resiprokal AS ke barang impor China sebesar 145% ramai-ramai mempromosikan langsung produk jualan yang menyasar konsumen AS.

    Mereka menjual barang-barang ‘made in China’ melalui TikTok dan media sosial lainnya. Salah satu video viral di TikTok menunjukkan seorang pria yang memegang tas mirip Hermes Birkin.

    Ia mengklaim harga produksi tas mewah tersebut kurang dari US$1.400 (Rp23 jutaan). Namun, Hermes menjualnya seharga US$38.000 (Rp640 jutaan).

    Video itu sudah dihapus dari TikTok, tetapi banyak yang mengunggahnya kembali. Pria tersebut mengklaim pabrik di China menggunakan kulit dan hardware serupa Hermes Birkin. Bedanya, tak ada logo Hermes yang terpasang. Tas itu ditawarkan seharga US$1.000 (Rp16 jutaan).

    Menanggapi hal ini, juru bicara Hermes buka suara dan menegaskan tas-tas mereka diproduksi 100% di Prancis dan menolak berkomentar lebih lanjut.

    Juru bicara Birkenstock juga menanggapi video-video yang menunjukkan produk tiruan perusahaannya. Birkenstock mengatakan produknya dirancang dan diproduksi di Uni Eropa. Perusahaan telah menghubungi TikTok dan video tersebut dihapus pada 15 April 2025.

    Lululemon yang juga menjadi target video viral TikTok dari manufaktur China turut angkat bicara. Manufaktur China mengklaim menjual legging serupa Lululemon dengan harga US$5 (Rp84.000-an).

    Lululemon telah menghubungi TikTok untuk menghapus konten tersebut. Lululemon juga menegaskan pihaknya tidak bekerja dengan pabrik-pabrik yang mengunggah video viral di TikTok. Perusahaan mewanti-wanti agar konsumen tak terkecoh dengan produk dan informasi palsu.

    Barang China Diserbu Warga AS

    Meski banyak video viral di TikTok dari penjual China yang sudah dihapus, tetapi fenomena ini menunjukkan minat besar warga AS untuk membeli produk-produk murah di China. Warga AS juga menunjukkan solidaritas terhadap pedagang di China dan protes terhadap tarif resiprokal Trump. 

    Influencer AS turut mempromosikan video-video dari pedagang China. Hal ini mendorong jumlah download aplikasi e-commerce China seperti DHGate dan Taobao di AS.

    Alhasil, DHGate langsung masuk jejeran ‘Top 10’ aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi Apple dan Google pada pekan kedua April 2025.

    Video-video dari para pedagang China mendulang popularitas di TikTok dan Instagram. Mereka menghimpun jutaan view dan ribuan like. Unggahan-unggahan itu berhasil mendorong simpati warga AS terhadap China di tengah perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

    Diketahui, Trump memberlakukan tarif resiprokal sebesar 145% untuk barang-barang impor dari China yang masuk ke AS. China balas dendam dengan menetapkan tarif 125% untuk barang-barang impor AS yang dijual ke negaranya.

    “Trump menginjak-injak negara yang salah. China menang dalam perang ini,” kata salah satu netizen AS, dikutip dari The Economic Times, Jumat (25/4/2025).

    Video Pedagang China Viral di TikTok

    Media sosial menjadi jalur komunikasi langsung antara pemilik pabrik dan pedagang China dengan konsumen AS. Warga AS ramai menunjukkan protes terhadap keputusan pemerintahan Trump, sama seperti aksi penolakan saat TikTok hendak diblokir di AS.

    “Fenomena ini mengaktivasi pandangan politik warga AS, sama seperti yang terjadi saat TikTok hendak diblokir. Saat ini konteksnya adalah tarif dan hubungan kedua negara secara umum,” kata Matt Pearl, direktur yang fokus pada isu teknologi di Center for Strategic and International Studies.

    “Hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi antara pedagang China dan konsumen AS, sekaligus memperlihatkan ketergantungan AS dengan barang-barang asal China,” kata dia.

    Jumlah video yang mendorong warga AS membeli langsung produk dari pabrik China meningkat 250% sepanjang pekan hingga 13 April 2025, menurut analis Graphika, Margot Hardy.

    Di TikTok, tagar #ChineseFactory (pabrik China) menghimpun 29.500 unggahan per 23 April 2025. Di Instagram, jumlahnya mencapai 27.300.

    Pakar Ritel Buka Suara

    Pakar ritel dan vendor di China mengatakan tidak mungkin video viral yang mengklaim sebagai produsen merek seperti Lululemon dan Hermes, menjual produk asli dari merek tersebut.

    Pasalnya, pabrik-pabrik merek mewah tersebut biasanya telah menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat dan tidak mungkin menghancurkan hubungan jangka panjang mereka dengan merek-merek besar sebagai imbalan atas penjualan langsung beberapa barang, kata Sucharita Kodali, analis ritel di Forrester.

    Kodali berasumsi viralnya video-video dari produsen China di media sosial sepertinya diizinkan oleh pemerintah China.

    “Kepentingan Lululemon atau Chanel saat ini di China mungkin berada di urutan ke-100 dalam daftar hal-hal yang menjadi perhatian menteri perdagangan dan pejabat China di sana,” kata Kodali.

    Para produsen mungkin juga sedang terburu-buru untuk menutup penjualan sebelum tarif baru pada tanggal 2 Mei 2025 mendatang.

    Warga AS Jadi Mitra Afiliasi Ecommerce China

    Elizabeth Henzie, 23, dari Mooresville, North Carolina, mengatakan bahwa ia merasa biaya produksi dan harga eceran yang dijelaskan dalam video tersebut sangat mengejutkan.

    Ia membuat sheet khusus berisi pabrik-pabrik yang mengklaim menjual tiruan sneaker, tas mewah, dan lainnya, dan menautkannya di profil TikTok miliknya. Postingan tersebut telah menarik lebih dari 1 juta penayangan.

    Henzie kini bekerja sebagai mitra afiliasi untuk DHGate. Ia akan menerima produk gratis dari perusahaan tersebut untuk video ulasan dan komisi jika orang melakukan pembelian melalui tautannya. Ia yakin orang-orang di China pada dasarnya berusaha membantu warga AS.

    “Melihat banyak negara yang bersatu untuk mencoba membantu konsumen AS telah menggenjot moral saya,” kata Henzie.

    “Meski kondisi di AS saat ini buruk, menurut saya hal ini mendorong warga untuk lebih solid,” ia menjelaskan.

    TikTok yang dimiliki ByteDance asal China mengatakan telah menghapus beberapa video viral yang mempromosikan barang-barang mewah asal China. Menurut platform, beberapa video tersebut menyalahi kebijakan perusahaan dengan mempromosikan produk palsu.

    Namun, banyak yang mengunggah ulang video-video tersebut. Bahkan banyak video lawas tentang manufaktur China yang tersebar di linimasa media sosial di tengah isu tarif yang kontroversial.

    TikTok menolak berkomentar lebih lanjut. Instagram yang dimiliki Meta juga menolak berkomentar terkait video viral dari China.

    Pedagang China Empot-empotan

    Para pedagang China mengatakan mereka mengunggah video-video tersebut saat penjualan anjlok. Yu Qiule, 36, pemilik pabrik di Shandong yang memproduksi peralatan fitness, mengatakan ia mulai mengunggah video di TikTok sejak pertengahan Maret 2025.

    Tujuannya adalah mencari konsumen lebih banyak setelah isu tarif menyebabkan gelombang pembatalan pesanan ke pabriknya.

    Louis Lv, general manager untuk ekspor di Hongye Jewelry Factory di Yiwu, Zhejiang, mengatakan perusahaannya mulai mengunggah di TikTok sejak akhir 2024. Kala itu, penjualan domestik mulai menunjukkan penurunan.

    Namun, video-videonya mulai banyak ditonton sejak pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif ke produk-produk impor China.

    “Filosofi pebisnis China adalah kami akan pergi ke manapun bisnis berada,” kata dia.

    (fab/fab)

  • Kejayaan Nvidia Runtuh Gara-gara Trump, Huawei Langsung Gaspol

    Kejayaan Nvidia Runtuh Gara-gara Trump, Huawei Langsung Gaspol

    Jakarta, CNCB Indonesia – Nvidia sempat jadi sorotan industri teknologi gara-gara kinerja moncer menyusul perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Nvidia sempat menggeser posisi Apple sebagai perusahaan paling bernilai di dunia.

    Kinerja perusahaan juga beberapa kali memecahkan rekor dengan pertumbuhan yang naik berkali-kali lipat. Namun, kejayaan Nvidia ternyata tidak berumur panjang.

    Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang ditandai tarif resiprokal dan kebijakan pemblokiran berdampak besar terhadap bisnis Nvidia. Sepanjang 2025, saham Nvidia sudah anjlok 19,74%.

    Saat ini, kapitalisasi pasar Nvidia terpantau US$2.708 triliun, menurut laman Companies Market Cap. Angka tersebut di bawah Apple (US$3.143 triliun) dan Microsoft (US$2.912 triliun).

    Nasib Nvidia terancam lantaran pemerintahan Trump melakukan pembatasan ekspor chip terbaru dari AS ke China. Kali ini, chip H20 Nvidia yang dirancang khusus untuk pasar China juga terancam diblokir.

    Padahal, China merupakan pasar penting bagi bisnis Nvidia. Potensi Nvidia keluar dari pasar China mendatangkan peluang bagi Huawei yang berambisi untuk menjadi raja chip AI.

    Huawei bersiap menguji prosesor AI terbaru dan paling canggih untuk menggantikan Nvidia, menurut laporan The Wall Street Journal, dikutip dari Reuters, Senin (28/4/2025).

    Huawei dikatakan telah mendekati beberapa perusahaan teknologi China untuk menguji kelayakan teknis chip baru tersebut, yang disebut Ascend 910D, kata laporan itu, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Perusahaan China berharap hasil pengujian chip AI Ascend terbaru bisa lebih canggih ketimbang chip H100 Nvidia yang dilarang masuk China. Sampel gelombang pertama prosesor tersebut dijadwalkan akan diterima sekitar Mei 2025 mendatang.

    Reuters melaporkan pada awal pekan ini bahwa Huawei berencana mengapalkan secara massal chip AI Ascend 910C ke konsumen China paling cepat bulan depan.

    Huawei dan perusahaan teknologi China sudah kesusahan selama bertahun-tahun untuk membangun chip canggih seperti Nvidia untuk berkompetisi dengan produk-produk perusahaan asal AS dalam pelatihan model AI.

    Pelatihan model AI sangat krusial untuk memroses data dan mengembangkan algoritma yang membantu mereka belajar dan membuat keputusan yang akurat.

    Washintong sudah lama memblokir chip-chip AI tercanggih Nvidia ke China. Pemerintah AS khawatir chip-chip tersebut digunakan untuk mengembangkan kekuatan militer China.

    Chip H100 Nvidia sudah diblokir untuk dijual di China pada 2022 silam, bahkan sebelum chip tersebut resmi diluncurkan.

    Nvidia menolak berkomentar dan Huawei tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    (fab/fab)

  • China Kabur, Saham Raksasa AS Mendadak Terbang

    China Kabur, Saham Raksasa AS Mendadak Terbang

    Jakarta,CNBC Indonesia – Data industri pada awal April 2025 menunjukkan dua raksasa e-commerce China, Temu dan Shein, mencabut iklan digital dari Google. Padahal, Temu dan Shein disebut sebagai pengiklan terbesar untuk mesin pencari Google Search di Amerika Serikat (AS).

    Hal ini memicu kekhawatiran investor bahwa bisnis iklan Google akan anjlok karena ketegangan perang dagang antara AS dan China yang berdampak ke pasar iklan digital.

    Kendati begitu, secara mengejutkan Alphabet yang merupakan induk Google melaporkan kinerja moncer pada kuartal-I (Q1) 2025. Saham Alphabet langsung lompat 3% pada Jumat (25/4), pasca laporan kinerja yang solid.

    Google mampu membuktikan ke investor bahwa investasi teknologi kecerdasan buatan (AI) mampu menggenjot bisnis iklan perusahaan. Hal ini membuat investor bernapas lega di tengah kompetisi AI yang sengit dan tekanan perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump melalui tarif tambahan dan tarif resiprokal ke China.

    Pendapatan bisnis iklan Google tumbuh lebih baik dari ekspektasi pasar sebesar 8,5% di kuartal-I (Q1) 2025. 

    Sementara itu, laporan tentang Amazon dan Microsoft yang mengurangi beberapa proyek data center telah memicu kekhawatiran bahwa Big Tech mungkin terlalu agresif dalam pengeluaran terkait AI.

    Meningkatnya ketidakpastian ekonomi kini dapat memaksa perusahaan untuk memikirkan kembali rencana mereka di masa depan.

    “Dengan sentimen negatif dan pemeriksaan data, kesulitan regulasi, kekhawatiran persaingan, dan ketakutan terkait kondisi makro, Alphabet melaporkan pertumbuhan kuat di seluruh segmen utama,” tulis analis Deutsche Bank Benjamin Black, dikutip dari Reuters, Senin (28/4/2025).

    Google mencatat bahwa perubahan kebijakan perdagangan pemerintahan Trump baru-baru ini akan menyebabkan “sedikit hambatan” bagi bisnis iklannya tahun ini.

    Kendati demikian, untuk Q1 2025, kinerja moncer Google membantu mengangkat saham media sosial lebih tinggi pada Jumat (25/4). Saham Meta (Instagram, Facebook, WhatsApp) naik 1,5% dan saham platform berbagi gambar Pinterest naik hampir 2%. Saham Snap (Snapchat) juga naik lebih dari 3%.

    Rasio harga terhadap laba Alphabet selama 12 bulan ke depan berada di angka 17,33, tertinggal dari Microsoft sebesar 26,56 dan Meta sebesar 20,49.

    Sepanjang tahun ini, sahamnya Alphabet masih turun sekitar 16%. Sementara Microsoft dan Meta masing-masing telah kehilangan sekitar 8% dan 9%.

    “Mungkin kinerja Google adalah apa yang dibutuhkan pasar ini, yakni dosis kinerja fundamental yang kuat,” kata analis Bernstein Mark Shmulik.

    (fab/fab)

  • Antrean Mengular di Toko Game, Tarif Trump Bikin Panik

    Antrean Mengular di Toko Game, Tarif Trump Bikin Panik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Antrean panjang mengular di luar Makuhari Messe Convention Center, Tokyo, pada Sabtu (26/4). Antrean tersebut terjadi saat para penggemar Nintendo berkesempatan untuk mencoba perangkat game terbaru, Switch 2, menjelang perilisannya.

    Namun, di balik antrean tersebut, kekhawatiran muncul terkait kemungkinan lonjakan harga akibat tarif impor yang dikenakan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Sejak masa pemerintahan Trump, tarif impor telah meningkat tajam, mencakup produk-produk elektronik dari berbagai negara mitra dagang, termasuk China.

    Hidenori Tanaka, seorang karyawan perusahaan real estate berusia 55 tahun yang hadir di acara tersebut, mengungkapkan kegelisahannya.

    “Sejak Trump menjadi presiden, tarif impor naik, dan saya khawatir harga konsol game akan ikut melonjak, bukan hanya untuk perangkat utama, tapi juga untuk aksesorisnya,” katanya, dikutip dari Reuters, Senin (28/4/2025).

    Tarif yang diberlakukan sejak beberapa tahun lalu menyebabkan kekhawatiran di kalangan konsumen global, terutama di sektor teknologi yang sangat bergantung pada rantai pasokan internasional.

    Meski harga yang lebih tinggi menjadi potensi tantangan, ada indikasi permintaan yang sangat tinggi untuk Switch 2, penerus dari Nintendo Switch yang telah terjual lebih dari 150 juta unit sejak 2017.

    Perusahaan asal Kyoto tersebut mengungkapkan bahwa mereka telah menerima 2,2 juta aplikasi melalui undian untuk mendapatkan Switch 2 di Jepang, meskipun tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut.

    “Jujur, saya tidak berpikir akan mendapatkan kesempatan. Semua orang di media sosial mengatakan mereka gagal, jadi saya pikir saya juga akan gagal,” kata Hyuma Hashiguchi, seorang yang beruntung memenangkan undian dan menjadi salah satu yang pertama membeli Switch 2.

    Nintendo juga mengadakan acara serupa di berbagai kota besar dunia, seperti New York, Berlin, dan Hong Kong, memperlihatkan antusiasme yang tinggi dari para penggemar game di seluruh dunia.

    Switch 2 akan dibanderol dengan harga 49.980 yen (sekitar Rp 5,8 juta) untuk versi bahasa Jepang.

    Di Amerika Serikat, meskipun ada kekhawatiran mengenai tarif, Nintendo akhirnya memutuskan untuk mempertahankan harga awal pada US$449,99.

    (fab/fab)

  • Nasib Raja Chip AS di Ujung Tanduk, Ini Buktinya

    Nasib Raja Chip AS di Ujung Tanduk, Ini Buktinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nasib Intel kini benar-benar di ujung tanduk. Harga sahamnya anjlok lebih dari 8% pada Jumat (25/4/2025) usai perusahaan mengeluarkan proyeksi pendapatan dan laba yang jauh di bawah ekspektasi.

    Strategi baru dari CEO Lip-Bu Tan pun belum cukup menenangkan pasar.

    Bertahun-tahun keputusan bisnis yang keliru membuat raja chip AS tertinggal di industri kecerdasan buatan (AI) yang kini tengah naik daun. Di saat bersamaan, tensi perang dagang Amerika Serikat dan China semakin menebar ketidakpastian, menekan permintaan prosesor PC buatan Intel.

    Dalam presentasinya, Tan berjanji akan mengembalikan budaya inovasi Intel dengan fokus pada kekuatan utama di bidang teknik. Ia juga berencana memangkas birokrasi internal dan melakukan efisiensi tenaga kerja.

    Namun, analis Evercore ISI mengingatkan, mengubah arah perusahaan sebesar Intel seperti “membelokkan kapal perang” karena sulit dilakukan secara cepat.

    Tak hanya itu, analis J.P. Morgan menyoroti minimnya rincian dari Tan terkait strategi penguatan bisnis manufaktur chip dan upaya menarik lebih banyak pelanggan ke divisi foundry Intel.

    Padahal, Tan tetap berfokus pada bisnis kontrak manufaktur dan bahkan baru-baru ini bertemu dengan CEO TSMC untuk menjajaki potensi kolaborasi.

    Intel sempat mendapat angin segar berkat aksi para pelanggan yang menimbun chip, di tengah kekhawatiran lonjakan tarif akibat konflik dagang AS-China.

    Ben Barringer, analis global teknologi di Quilter Cheviot, mengatakan bahwa Intel bisa sedikit diuntungkan jika China memberikan pengecualian tertentu terhadap impor AS, mengingat besarnya eksposur Intel di pasar Asia.

    Strategi AI Dipertanyakan

    Di sisi lain, pernyataan Tan soal memperkuat produk-produk Intel untuk mengimbangi tren AI justru memicu lebih banyak pertanyaan. Banyak pihak bertanya-tanya bagaimana Intel akan mengejar ketertinggalan dari Nvidia yang kini mendominasi pasar AI.

    “Intel harus bergerak cepat. Mereka punya banyak investasi yang harus dikejar di bidang AI,” kata Ruben Roy analis di Stifel, dikutip dari Reuters, Senin (28/4/2025).

    Intel lebih banyak bergantung pada akuisisi startup untuk mengembangkan sayap di ranah AI. Sayangnya, selain Mobileye, akuisisi lainnya belum memberikan dampak signifikan.

    “Seharusnya Intel punya solusi internal sejak awal. Tapi mereka melewatkan peluang dan malah coba mengejar lewat akuisisi,” kritik Anshel Sag, analis di Moor Insights & Strategy.

    Salah satu kesalahan terbesar Intel adalah gagal memanfaatkan ledakan permintaan chip AI. Kesempatan ini dibiarkan hingga Nvidia bisa melesat kencang tanpa pesaing. Kini, Intel menghadapi tantangan berat karena tidak memiliki kekayaan intelektual GPU sekuat Nvidia.

    (fab/fab)

  • Kebijakan ‘Gila’ Jadi Bumerang, Trump Mulai Tertolak di Dalam Negeri

    Kebijakan ‘Gila’ Jadi Bumerang, Trump Mulai Tertolak di Dalam Negeri

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tingkat persetujuan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menurun saat ia mendekati 100 hari menjabat. Menurut jajak pendapat baru, warga Amerika dinyatakan semakin skeptis terhadap tindakannya untuk mengubah pemerintahan.

    Melansir CNBC International, tiga jajak pendapat yang dilakukan pada Minggu menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika tidak menyetujui penanganan Trump terhadap jabatan presiden.

    Tingkat persetujuannya – yang berkisar antara 39% dan 45% dalam tiga survei tersebut – adalah yang terendah untuk presiden yang baru terpilih mana pun pada hari ke-100 dalam lebih dari tujuh dekade.

    Sebuah jajak pendapat Washington Post-ABC News-Ipsos menemukan bahwa 39% orang dewasa AS menyetujui penanganan Trump terhadap jabatan presiden; jajak pendapat CNN/SSRS menemukan bahwa 41% orang Amerika menyetujui; dan jajak pendapat NBC News menemukan bahwa 45% orang dewasa AS menyetujui.

    Peringkat persetujuan terbaru adalah perubahan yang mencolok dari saat Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari dan melihat peningkatan dalam peringkat dukungannya.

    Trump juga kehilangan kepercayaan di antara para pemilih dalam kemampuannya menangani ekonomi, sebuah isu yang ia jadikan sebagai inti dari upayanya untuk menduduki Gedung Putih pada tahun 2024 dan secara konsisten menjadi isu utama bagi para pemilih. Tarifnya yang luas menyuntikkan volatilitas ke pasar keuangan.

    Sebanyak 52% orang dewasa AS menyatakan keyakinannya pada kemampuan Trump untuk menangani ekonomi, menurut jajak pendapat CNN/SSRS. Ini mengalami penurunan 13 poin dari bulan Desember.

    Jajak pendapat Washington Post-ABC News-Ipsos menemukan bahwa hampir tiga perempat orang Amerika, 72%, berpikir bahwa kebijakan ekonomi Trump ‘sangat’ atau ‘agak’ mungkin akan menyebabkan resesi ekonomi dalam jangka pendek.

    Jajak pendapat NBC News menemukan bahwa mayoritas orang Amerika tidak menyetujui penanganan Trump terhadap perdagangan dan tarif (61%) dan inflasi serta biaya hidup (60%).

    Para pemilih juga kehilangan kepercayaan pada kemampuan Trump dalam menangani imigrasi, isu politik penting lainnya yang menjadi titik fokusnya selama masa jabatannya di Gedung Putih. Sebanyak 45% warga Amerika menyetujui kemampuan Trump dalam menangani imigrasi, turun dari 60% pada Desember.

    Peringkat persetujuan Trump turun tajam berdasarkan garis partai, dengan mayoritas Partai Republik menyetujui kepresidenan Trump dan mayoritas Partai Demokrat tidak menyetujuinya.

    Di antara pemilih independen, blok pemilih yang kalah tipis dari Trump pada November, 58% tidak menyetujui penanganan Trump terhadap kepresidenan, menurut Washington Post.

    (tfa)

  • Video Trump: Tarif Impor 145% Membuat Bisnis AS-China Nyaris Terhenti

    Video Trump: Tarif Impor 145% Membuat Bisnis AS-China Nyaris Terhenti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan bahwa kebijakan tarif tinggi yang diterapkannya telah memutus sebagian besar hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Senin, 28/04/2025) berikut ini.

  • Video: 17 Warga Gaza Meninggal Dunia Diserang Israel

    Video: 17 Warga Gaza Meninggal Dunia Diserang Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sedikitnya 17 warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan meninggal dalam serangan udara Israel di jalur Gaza pada Minggu waktu setempat.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Senin, 28/04/2025) berikut ini.

  • Sah! Pertamina Pimpin Clean Energy Task Force – ASCOPE

    Sah! Pertamina Pimpin Clean Energy Task Force – ASCOPE

    Jakarta, CNBC Indonesia– Indonesia secara resmi menerima estafet kepemimpinan dari Malaysia pada Clean Energy Task Force (CETF) ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE). Serah terima kepemimpinan ini berlangsung pada Mid-Year Task Force Meeting yang diselenggarakan Rabu, April 2025 di Singapura.

    Pertamina NRE, sebagai subholding energi baru dan terbarukan PT Pertamina (Persero), dipercaya mewakili upaya kolaboratif negara-negara ASEAN dalam mendorong pengembangan energi bersih dan transisi energi berkelanjutan di kawasan ASEAN. Kegiatan ini menjadi momentum ASCOPE untuk memperkuat kerja sama energi, khususnya di sektor energi baru terbarukan.

    Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman menyampaikan apresiasi kepada Malaysia yang memimpin dan mendorong pencapaian milestone CETF di periode 2022-2025.

    Fadli juga menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pencapaian tujuan CETF, khususnya dalam mempercepat implementasi energi bersih dan berkelanjutan, meningkatkan kerja sama lintas negara, serta menyelaraskan inisiatif ASCOPE dengan target transisi energi ASEAN secara keseluruhan.

    “Kami merasa bangga dan terhormat dipercaya memimpin Task Force ini. Ini adalah kesempatan strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama regional, khususnya dalam mendorong transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan di ASEAN,” ujar Fadli dikutip Senin (28/4/2025).

    Pada acara serah terima tersebut juga ditunjuk Vice Chairs dari 3 negara, yakni Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Masing-masing Vice Chairs diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian rencana aksi CETF.

    Aksi ini mencakup, namun tidak terbatas pada identifikasi dan implementasi partnership antar negara anggota ASCOPE, advokasi dan penyusunan rekomendasi regulasi, pengembangan kapasitas secara berkelanjutan, serta akses terhadap pendanaan hijau.

    “Kepemimpinan Pertamina NRE dalam CETF ASCOPE 2025 menegaskan peran strategis Indonesia dalam kancah energi ASEAN, serta memperkuat komitmen nasional terhadap target Net Zero Emission 2060 dengan terus berupaya mengembangkan energi baru terbarukan serta inisiatif hijau lainnya,” ungkap Fadli.

    VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina berkomitmen menjadikan ASCOPE sebagai platform kolaborasi terdepan di ASEAN yang mendorong solusi energi yang aman, terjangkau, dan tangguh demi kesejahteraan negara anggota.

    “Tujuan Pertamina adalah memfasilitasi kerja sama regional, memastikan keamanan energi, serta mempromosikan praktik berkelanjutan demi memperkuat kemakmuran ASEAN,” kata Fadjar.

    (dpu/dpu)

  • Video: Paus Fransiskus Dimakamkan, Persiapan Konklav Akan Dimulai

    Video: Paus Fransiskus Dimakamkan, Persiapan Konklav Akan Dimulai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Vatikan akan menutup Kapel Sistina untuk umum mulai senin waktu setempat/ sebagai bagian dari persiapan Konklaf untuk memilih Paus baru, menyusul wafatnya Paus Fransiskus.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Senin, 28/04/2025) berikut ini.