Ia bahkan menunjukkan bekas kakinya yang patah sebagai bukti kekalahannya di tangan Giran. Penolakan itu membuat Sani dan Giran sangat sedih. Mereka tidak ingin terpisah karena cinta mereka begitu tulus.
Untuk mencari jalan keluar, keduanya sepakat bertemu secara diam-diam di ladang. Saat sedang berbicara di ladang, sepotong ranting berduri tersangkut di sarung Sani hingga melukai pahanya.
Giran segera mengambil daun obat untuk menyembuhkan lukanya. Namun, tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang. Meski Sani dan Giran mencoba membela diri, masyarakat yang telah dipengaruhi oleh Bujang Sembilan tetap menjatuhkan hukuman.
Mereka berdua diarak ke puncak Gunung Tinjau untuk dijatuhi hukuman. Sebelum menerima hukuman, Giran mengucapkan doa yang mengguncang alam.
“Jika kami bersalah, biarkan tubuh kami hancur di dalam kawah gunung ini. Namun, jika kami tidak bersalah, biarlah gunung ini meletus dan mengutuk Bujang Sembilan menjadi ikan.”
Setelah berdoa, Giran dan Sani melompat ke dalam kawah gunung. Beberapa saat kemudian, gunung itu meletus dengan dahsyat, menghancurkan seluruh kampung. Bujang Sembilan yang sebelumnya menuduh mereka, dikutuk menjadi ikan-ikan yang kini mendiami Danau Maninjau.
Letusan itu menyisakan kawah besar yang lambat laun dipenuhi air dan membentuk danau yang indah, yang kemudian dikenal sebagai Danau Maninjau. Legenda tersebut memiliki makna dan mengajarkan beberapa nilai penting manusia semasa hidup.
Nilai penting tersebut yakni agar tidak mudah berprasangka buruk terhadap orang lain, karena bisa berujung pada ketidakadilan. Kemudian tidak menyimpan dendam, sebab kebencian hanya akan membawa kehancuran.
Terakhir adalah cinta sejati harus diperjuangkan, tetapi tetap harus diiringi dengan kebijaksanaan dan kesabaran. Danau Maninjau, selain menjadi destinasi wisata yang memukau, juga menyimpan kisah legenda yang penuh makna.
Kisah ini menjadi pengingat bagi masyarakat agar selalu menjunjung tinggi keadilan, kepercayaan, dan kasih sayang dalam kehidupan.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2960536/original/051003800_1573098169-tds1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)