Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) Dan Driscoll mengklaim bahwa sistem rudal Amerika Serikat (AS) yang saat ini ditempatkan di Filipina, salah satu negara sekutu, telah membuktikan kemampuannya sebagai pencegah serangan China.
Melansir Newsweek pada Rabu (19/3/2025), Angkatan Darat AS sebelumnya menempatkan sistem rudal Kemampuan Jarak Menengah (MRC), yang juga dikenal sebagai Typhon, di Filipina pada April 2024 lalu. Sistem berbasis darat tersebut dapat meluncurkan dua jenis rudal, yang mengenai target di udara dan di permukaan sejauh 1.000 mil jauhnya.
Typhon awalnya ditempatkan untuk latihan, tetapi AS dan Filipina kemudian memutuskan untuk menyimpannya di sana tanpa batas waktu. China kemudian mengecamnya sebagai “langkah yang sangat berbahaya.” Sistem tersebut dapat mengancam pantai timur dan selatan China dari Filipina.
“Kami membuktikan efek jera MRC melalui pengerahan dinamis di Filipina dan menantikan semua peluang proyeksi kekuatan di masa mendatang!” kata Driscoll dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
Dalam unggahan tersebut, Driscoll mengungkapkan telah mengunjungi Satuan Tugas Multi-Domain ke-1 di Pangkalan Gabungan Lewis-McChord di Washington pada 13 Maret lalu. Ia menggambarkan Senjata Hipersonik Jarak Jauh (LRHW) dan MRC, yang dioperasikan oleh unit tersebut, sebagai “sistem utama yang kredibel dalam pertempuran.”
“Pangkalan Gabungan Lewis-McChord merupakan landasan kemampuan militer kita untuk memproyeksikan kekuatan dengan cepat dan efektif di seluruh kawasan Indo-Pasifik,” katanya.
Angkatan Darat AS saat ini juga tengah mempertimbangkan untuk mengirim Satuan Tugas Multi-Domain (MDTF), yang menampung MRC dan sistem rudal LRHW ke Jepang, yang merupakan sekutu utama lainnya dalam strategi Indo-Pasifik AS untuk melawan China.
Outlet spesialis Defense News melaporkan pada Selasa bahwa unit Angkatan Darat AS kedua yang mengoperasikan sistem rudal MRC dan LRHW, MDTF ke-3 yang bermarkas di Hawaii, sedang dipersiapkan untuk ditempatkan di kawasan Indo-Pasifik selama tahun depan.
“Kami terus mencari peluang untuk menggunakan kemampuan seperti itu di medan tempur,” kata Kolonel Michael Rose, komandan MDTF ke-3, dalam sebuah diskusi panel media.
Kyodo News Jepang melaporkan November 2024 lalu bahwa AS akan mengirim unit tembakan jarak jauh MDTF ke Filipina jika terjadi situasi darurat antara China dan Taiwan “sangat mendesak.”
Beijing sendiri mengancam akan menggunakan kekuatan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
China, yang memiliki sengketa teritorial dengan Filipina atas Laut China Selatan, dilaporkan akan terus menyuarakan keberatannya terhadap penyebaran sistem rudal MRC di kawasan tersebut.
(luc/luc)