TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) menggempur puluhan target ISIS sebagai upaya untuk menjegal mereka mencuri keuntungan dari runtuhnya dinasti Bashar al-Assad.
Pada hari Minggu (8/12/2024), Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan mereka telah menyerang lebih dari 75 target.
Para pemimpin, anggota dan kamp ISIL (ISIS) termasuk di antara target-target yang disebutkan.
Serangan tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa kelompok bersenjata itu tidak mengambil keuntungan dari berakhirnya kekuasaan al-Assad.
Saat ini, CENTCOM sedang melakukan penilaian kerusakan setelah serangan tersebut.
Pesawat tempur termasuk Boeing B-52 Stratofortress dan McDonnell Douglas F-15 Eagle dikerahkan dalam operasi ini.
Akan tetapi tidak ada indikasi korban sipil.
“Kami tidak akan membiarkan ISIS bangkit kembali dan mengambil keuntungan dari situasi terkini di Suriah,” kata Komandan CENTCOM Jenderal Michael Erik Kurilla dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
“Semua organisasi di Suriah harus tahu bahwa kami akan meminta pertanggungjawaban mereka jika mereka bermitra dengan atau mendukung ISIS dengan cara apa pun.”
Berakhirnya kekuasaan keluarga al-Assad selama 53 tahun secara tiba-tiba telah menimbulkan ketidakpastian atas situasi keamanan di Timur Tengah.
Termasuk nasib sekitar 900 tentara AS di Suriah.
Pemberontak Suriah mengumumkan rezim Presiden Bashar Al Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun berakhir usai menduduki ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi.
“Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.
“Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.
Dikutip dari CNN, pemberontak juga mengeklaim berhasil “membebaskan ibu kota Damaskus dari Bashar Al Assad.”
“Kami mendeklarasikan Kota Damaskus bebas dari tirani Bashar Al Assad. Untuk orang-orang yang terusir di dunia, sebuah Suriah yang bebas menunggu kalian semua,” bunyi pernyataan pemberontak di saluran Telegram mereka.
Pengumuman ini muncul setelah pemberontak berhasil merangsek masuk menduduki ibu kota Damaskus dalam 24 jam terakhir.
Sejumlah video yang beredar di media social memperlihatkan ribuan warga turun ke jalan bersuka cita.
Salah satu video memperlihatkan ribuan orang berkumpul di Ummayad Square, berdiri di tank-tank militer pasukan Assad yang ditinggalkan sambil bernyanyi.
Berikut ini adalah perkembangan utama konflik Suriah, yang dirangkum dari Al Jazeera:
1. White Helmets mengirim beberapa tim khusus ke penjara Sednaya di Damaskus untuk mencari “ruang bawah tanah rahasia” yang mungkin menampung warga Suriah yang hilang.
2. Kardinal Mario Zenari, nunsius apostolik untuk Damaskus, mengatakan pasukan pemberontak bertemu dengan para pemimpin Katolik di Aleppo setelah kemenangan mereka dan meyakinkan para uskup tentang rasa hormat terhadap berbagai denominasi agama dan umat Kristen.
3. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan kepada media Iran bahwa perilaku pasukan Suriah yang menang akan menentukan hubungan Teheran dengan mereka.
4. AS mengumumkan akan melakukan serangan udara terhadap 75 target ISIS di Suriah, sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa Israel telah mengebom “gudang senjata” di wilayah timur negara tersebut.
5. Dewan Keamanan PBB akan bertemu hari ini, atas permintaan Rusia, untuk membahas perkembangan di Suriah.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)