Antrean Panjang Gas 3 Kg di Jateng Disebabkan Panic Buying, Pertamina Imbau Warga Beli Secukupnya

Antrean Panjang Gas 3 Kg di Jateng Disebabkan Panic Buying, Pertamina Imbau Warga Beli Secukupnya

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Antrean pembelian LPG 3 Kg atau gas melon masih terjadi di beberapa daerah.

Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (JBT) melalui Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, mengungkapkan penyebabnya. 

Taufiq mengatakan, fenomena antrean ini disebabkan oleh perilaku dari sebagian masyarakat yang melakukan pembelian berlebih.

“Hasil kemarin kami sidak bersama dengan pemerintah daerah dan juga DPRD di semua kabupaten/kota, kesimpulannya sama.

(Perilaku) masyarakat saat ini karena melihat pemberitaan di media, yang akhirnya mereka sudah punya 2 sampai 3 tabung di rumah, isi, tapi untuk menambah rasa aman mereka membeli LPG (lagi) karena takut nanti persediaan habis atau takut pas habis, cari LPG tidak ada,” kata Taufiq, Jumat (14/2/2024).

Ia menyebutkan, pasokan LPG bersubsidi tersebut berjalan normal dengan kuota yang ditetapkan pemerintah, yaitu rata-rata dua kali seminggu.

Ia menyebut situasi ini sebelumnya tidak menimbulkan masalah, namun belakangan terjadi efek psikologis di masyarakat yang menyebabkan kepanikan.

Seperti diketahui, per 1 Februari 2025 lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa penjualan elpiji 3 Kg atau gas melon melalui pengecer tidak diperbolehkan lagi.

 Adapun setelahnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yang menyebutkan kalau pengecer boleh kembali berjualan elpiji 3 kg seperti biasa.

“Rata-rata penyaluran LPG 3 Kg se-Jateng DIY 4.700 Metrik Ton atau sekitar 1.560.000 tabung per hari,” sebutnya.

Taufiq lebih lanjut mengimbau kepada masyarakat untuk membeli LPG sesuai kebutuhan.

“Apabila di rumah sudah memiliki tabung satu atau dua, saya rasa tidak perlu membeli lagi, karena setiap hari stok pasti aman – kalau semua kita bantu untuk memutus mata rantai kepanikan yang terjadi,” ungkapnya.

Sementara itu, di Semarang sejumlah pangkalan menyebutkan pembeli masih mengantre untuk mendapatkan gas melon. Namun, pelaku pangkalan menyebut tak sepadat awal Februari lalu.

Mardiyah, pemilik Pangkalan di Pasar Karangayu menyebutkan, dirinya mendapatkan pasokan dua kali dalam satu minggu.

Adapun tiap kali datang, ia mendapat pasokan sebanyak 215 tabung.

“Biasanya memang dapat segitu. Itu saya kasih juga ke pengecer, maksimal lima tabung,” sebutnya.

Ia lebih lanjut menilai, dalam posisi saat ini memang pasokan selalu habis tiap kali datang.

“Posisi gini pasti habis,” sebutnya.

Satu pengecer, Subiono (83) mengatakan, sebelumnya ia mendapat pasokan sebanyak dua kali dalam seminggu dari pangkalan langganannya. Adapun tiap kali datang, mendapat 5 sampai 6 tabung.

Ia menyebut, beberapa waktu sempat mengalami ketersendatan pasokan. 

“Sekarang sudah agak normal, seminggu sekali ini mau dikasih antara 9 sampai 10 dari pangkalan,” imbuhnya. (idy)