PIKIRAN RAKYAT – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selalu menjadi perhatian publik. Saat ini, warganet sempat dihebohkan dengan kabar kurs 1 dolar AS anjlok menjadi Rp8.000.
Perubahan fluktuasi kurs ini dapat berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari harga barang konsumsi hingga kebijakan moneter pemerintah.
Bayangkan jika benar kurs 1 dolar AS anjlok hingga mencapai Rp8.000. Apa yang akan terjadi? Apakah harga barang-barang yang kita konsumsi sehari-hari akan ikut turun? Atau justru sebaliknya, muncul dampak-dampak negatif lainnya?
Dampak Positif
Secara teori, jika kurs rupiah menguat signifikan terhadap dolar AS, maka harga barang impor akan cenderung lebih murah. Hal ini dikarenakan untuk membeli barang impor, kita memerlukan lebih sedikit rupiah.
Barang Elektronik: Perangkat elektronik seperti ponsel pintar seperti iPhone 16 misalnya, jika harga iPhone 16 di AS USD 799 maka harga di Indonesia secara teori sekitar Rp6.392.000 belum termasuk pajak. Penurunan Harga di Bidang Fashion: Barang-barang di bidang fashion seperti pakaian yang diimpor dari negara-negara bermata uang dolar akan mengalami penurunan harga. Misalnya saja, jika harga satu pakaian dibanderol USD 200 maka harga di Indonesia sekitar Rp1.600.000 belum termasuk pajak. Pariwisata: Bagi masyarakat Indonesia, liburan ke luar negeri akan menjadi lebih terjangkau. Dengan rupiah yang lebih kuat, kita dapat menikmati liburan dengan budget yang lebih sedikit. Dampak Negatif
Namun, penguatan rupiah yang terlalu cepat dan signifikan juga dapat menimbulkan sejumlah tantangan:
Ekspor Melemah: Bagi sektor ekspor, penguatan rupiah justru dapat menjadi tantangan. Produk ekspor Indonesia akan menjadi lebih mahal di mata pembeli luar negeri, sehingga daya saing produk ekspor kita bisa menurun. Inflasi: Meskipun harga barang impor cenderung turun, namun bukan berarti inflasi akan terkendali. Ada beberapa faktor lain yang dapat mendorong terjadinya inflasi, seperti kenaikan permintaan domestik, gangguan pasokan global, atau kebijakan fiskal yang ekspansif. Utang Luar Negeri: Perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang asing akan merasakan beban yang lebih berat. Hal ini dikarenakan untuk membayar utang tersebut, mereka membutuhkan lebih banyak rupiah.
Pengaruh penguatan rupiah terhadap harga barang sehari-hari adalah fenomena yang kompleks dan tidak selalu linear.
Meskipun secara teori harga barang impor akan cenderung turun, namun dampak sebenarnya sangat bergantung pada berbagai faktor lain, seperti struktur perekonomian, kebijakan pemerintah, dan kondisi global.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News