Jakarta, FORTUNE – Memimpin Bank Danamon adalah adalah penugasan kedua Daisuke Ejima di Indonesia. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Country Head MUFG Indonesia pada awal 2018 hingga 2022. Punya jejak karier panjang pada segmen perbankan korporasi di Tokyo, New York dan Singapura, ia kini harus menangani segmen perbankan ritel dan multifinance melalui sejumlah entitas di bawah bendera MUFG.
Berikut petikan wawancara kami, 18 September 2024 lalu:
Bagaimana Anda melihat potensi ekonomi Indonesia?
Indonesia adalah pasar yang sangat menarik dan menjanjikan. Banyak perusahaan Jepang, Cina, Korea, Eropa, dan lain sebagainya berinvestasi di sini karena potensi pertumbuhannya yang besar. Tak ada keraguan dari sisi jumlah populasi dan rentang usia yang terbilang muda, mereka akan tumbuh menjadi kelas menengah, bahkan menengah atas. Potensi ini akan terus berkembang setidaknya hingga 20 tahun mendatang, atau bahkan lebih.
Tapi ada fenomena menyusutnya kelas menengah di Indonesia saat ini. Bagaimana pandangan Anda?
Hal itu tidak terlalu mengkhawatirkan bagi saya. Memang benar bahwa ada sebagian kelas menengah yang turun kelas. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ada volatilitas setelah pandemi, termasuk dalam harga komoditas. Memang ada tekanan dalam jangka pendek, misalnya angka penjualan mobil yang turun dampai dua digit. Bagaimanapun, jika melihat angka kelahiran dan sebagainya, maka tampaknya potensi pertumbuhan Indonesia masih solid dalam jangka panjang.
Bagaimana kondisi mempengaruhi strategi investasi MUFG?
Saya ingin menjelaskan sedikit terkait kondisi di Jepang. Populasi Jepang cenderung menurun dalam dekade terakhir, dan usia rata-rata masyarakatnya terbilang tua. Kondisi itu membuat perusahaan Jepang, termasuk MUFG, harus mencari peluang ke luar negeri.
Bagaimanapun, perbankan sejatinya adalah bisnis infrastruktur. Saat sebuah bank ingin masuk ke negara tertentu, maka diperlukan investasi besar untuk membangun infrastruktur. Karena itu, MUFG sebagai salah satu institusi keuangan terbesar di dunia harus melakukan investasi secara selektif dan berkembang bersama institusi lokal.
Di ASEAN, kami berinvestasi di Thailand sebelum Indonesia, kami juga berinvestasi secara minoritas di Vietnam dan Filipina. Thailand dan Indonesia bagi kami adalah pasar yang penting karena di kedua negara tersebut bisnis kami mencakup semua segmen keuangan.
Saat kami berinvestasi di Danamon misalnya, di bawahnya ada Adira dan Zurich Finance. Kemudian kami juga mengakuisisi Mandala Finance, Home Credit dan Akulaku. Jadi, kami juga memperluas cakupan pelayanan keuangan di luar bank. Kami ingin setiap entitas itu menjalin kolaborasi strategis lainnya untuk mencapai tujuan bersama di tahun-tahun mendatang.
Apakah Anda juga berencana melakukan rebranding dan menyatukan berbagai entitas tersebut di bawah Danamon?
Untuk saat ini tidak, karena masing-masing telah memiliki brand value tersendiri. Bagaimanapun, meskipun masing-masing entitas memiliki aplikasi tersendiri, kami akan menyambungkan jaringan teknologinya.
Sebagai contoh, saat pengguna aplikasi Adira Finance atau Home Credit membutuhkan layanan perbankan, mereka akan diarahkan untuk membuka rekening Bank Danamon. Kohesi semacam itu yang saat ini kami kembangkan dan akan terus diperkuat dalam waktu dekat.
Setelah Adira Finance, Home Credit, Standard Chartered, Mandala Finance, apakah ada kemungkinan MUFG berinvestasi pada entitas lain?
Mungkin saja, karena pasarnya bertumbuh dan teknologi digital berkembang begitu pesat, kami terus mencari peluang karena Indonesia adalah dalah satu pasar utama kami di luar Jepang. Apalagi, kami juga memiliki modal ventura yang didanai bersama MUFG yanag bernama Garuda Fund.
Bagaimanapun, jika ditanya apakah investasi itu akan serta-merta direalisasikan, menurut saya kami akan lebih dulu mengoptimalkan potensi dari tiap entitas yang telah kami miliki. Sementara itu, kami akan berinvestasi secara selektif.
Apa target Anda dalam menjalankan seluruh lini bisnis ini?
Strategi saya adalah untuk bertumbuh secara grup. Jadi target kami adalah menjadi top five grup institusi keuangan di Indonesia.