Amarah Bernadetha hingga Ambil Mikrofon, Mimpi Kuliah Desainer Jalur Prestasi Pupus akibat Sekolah Lalai Medan 7 Februari 2025

Amarah Bernadetha hingga Ambil Mikrofon, Mimpi Kuliah Desainer Jalur Prestasi Pupus akibat Sekolah Lalai
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        7 Februari 2025

Amarah Bernadetha hingga Ambil Mikrofon, Mimpi Kuliah Desainer Jalur Prestasi Pupus akibat Sekolah Lalai
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Amarah Bernadetha Maria Christy Manalu (17) meluap karena kesempatannya mendaftar ke Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (
SNBP
) mesti kandas karena kelalaian sekolahnya,
SMK Negeri 10 Medan
.
Padahal, Bernadetha, siswa dari Jurusan Tata Busana ini, berkeinginan masuk ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui jalur prestasi untuk menggapai mimpinya menjadi seorang desainer.
“Saya ingin sekali kuliah di UNY, mau ambil jurusan Tata Busana untuk memperdalam ilmu dan jadi desainer,” kata Bernadetha saat diwawancarai di sekolah pada Kamis (6/2/2025).
Kini, ia terpaksa mengalami kenyataan pahit. Keinginannya itu mesti pupus karena kelalaian sekolah.
Namun, Bernadetha tak ingin pasrah begitu saja.
Ia bersama siswa yang senasib dengannya bersatu untuk memprotes sekolah. Pada Kamis pagi, dia bersama 139 siswa
eligible
berkumpul di lapangan basket sekolah.
Mereka mengenakan seragam sekolah dan membawa beberapa spanduk berisi keresahan dan sindiran kepada sekolah.
Sejumlah orangtua siswa yang kesal turut datang. Dengan pengeras suara, satu per satu siswa dan orangtua menyampaikan tuntutan serta meluapkan uneg-unegnya.
Siswa-siswa lain pun menyaksikan aksi mereka.
Setelah beberapa jam aksi, Pehulysa Sagala, Wakil Kepala Sekolah SMK N 1 Medan Bidang Kurikulum, hadir untuk berdialog dengan orangtua siswa dan siswa yang protes.
Dia menyampaikan permintaan maaf atas masalah yang terjadi.
“Untuk
SNBP
, kelalaian itu ada di kami. Kami minta maaf. Karena memang, kami tak bisa memprediksi waktu. Untuk itu, saya mewakili sekolah minta maaf,” kata Pehulysa yang seketika dibalas dengan sorak-sorai dari massa aksi.
Pehulysa pun menyampaikan akan berupaya mengurus masalah tersebut ke Jakarta.
Tak puas dengan jawaban itu, Bernadetha berang. Ia lekas mengambil mikrofon dan berhadapan dengan Pehulysa.
“Saya izin ya, Bu, saya ralat. Saya kemarin dengar jelas, di telinga saya, mungkin kami semua juga dengar, Bu,” ujar Bernadetha.
“Ibu mengatakan coba kalian sadar diri apakah nilai kalian layak untuk SNBP. Apakah itu kata-kata dari seorang guru, Bu? Menjatuhkan mental murid, Bu,” tambahnya.
Pehulysa menanggapi. Dia meminta maaf jika ada pernyataannya yang membuat siswa tersinggung.
Dia mengklarifikasi, kala itu sedang berbicara tentang SNBP dan UTBK ke siswa.
“Nah, di situ saya meluruskan bahwa, jika kalian masuk SNBP, belum tentu semuanya otomatis lulus,” ucap Pehulysa.
Sebab, salah satu faktor lulus SNBP ialah nilai rapornya mesti naik atau minimal tetap.
Oleh karena itu, jika ada nilai rapornya yang naik turun, maka dianjurkan siswa itu mempersiapkan diri untuk mengikuti UTBK.
“Maksud saya seperti itu. Mungkin penyampaian saya, dalam pendengaran kalian, pesannya seolah-olah menjatuhkan. Tidak ada maksud saya seperti itu. Kalau kalian merasa niat saya menjatuhkan mental, saya minta maaf,” ungkap Pehulysa.
Tak lama, Bangun Sitohang selaku orangtua siswa angkat bicara. Bangun kembali menegaskan, apa solusi yang bisa diberikan sekolah.
Ia pun kukuh agar para siswa harus bisa mendaftar ke SNBP.
“Enggak usah lagi Bu, panjang-panjang cerita kepada anak-anak ini. Yang perlu bagi kami sekarang, beri jaminan ke anak-anak ini bisa ikuti SNBP,” ujar Bangun.
Terakhir, orangtua siswa, guru, dan siswa melakukan mediasi di dalam ruangan.
Hasilnya, perwakilan dari orangtua, siswa, dan sekolah akan berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB).
“Tujuannya untuk memastikan dibukanya kembali
link
pengisian PDSS agar bisa mendaftar SNBP,” ujar Bangun saat membacakan hasil kesepakatan dengan sekolah.
Menurut Kepala Seksi SMK Dinas Pendidikan Sumut Wilayah I, Duta Syailendra, akar masalah ini terletak pada pihak sekolah yang kurang mengantisipasi terjadinya
error
saat menginput data.
Ia menguraikan, pada dasarnya ada dua metode untuk menginput data siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), yakni sistem manual dan e-rapor.
Dalam persoalan ini, SMKN 10 Medan mengambil langkah e-rapor.
Sayangnya, pihak sekolah melakukan finalisasi data e-rapor pada 30 Januari 2025, satu hari sebelum
deadline
.
Alhasil, ketika data e-rapor semester V siswa tak terbaca sistem PDSS, pihak sekolah tak memiliki waktu untuk melakukan perbaikan.
“Tentu saya kecewa melihat ini. Ini kan antisipasi yang kurang. Kalau seminggu sebelum diinput, antisipasinya kan bisa dilakukan,” ungkap Duta saat diwawancarai di
SMK N 10 Medan
.
Hari ini, Jumat (7/2/2025), pihak sekolah, orangtua siswa, Dinas Pendidikan Sumut, dan siswa kembali melakukan mediasi di aula SMKN 10 Medan untuk menyelesaikan masalah gagal daftar SNBP.
Bangun yang turut hadir dalam pertemuan itu, menerangkan hasil kesepakatannya, pihak sekolah sendiri yang akan pergi ke Jakarta untuk membicarakan masalah tersebut dengan panitia SNPMB.
Sementara itu. siswa dan orangtua siswa akan menunggu hasil dari pertemuan itu.
Adapun jika tidak menemukan jalan keluar, dia menuntut agar sekolah menguliahkan siswa yang gagal daftar SNBP sampai tamat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.