Liputan6.com, Jakarta – Nama ali bagente memang tak sepopuler kuliner khas Betawi lainnya. Namun, jajanan ini ternyata merupakan salah satu kuliner legendaris yang banyak ditemukan di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, jajanan ini merupakan makanan campuran dari China, Arab, Jawa, dan Betawi. Dahulu, komunitas Arab-Betawi banyak yang bermukim di daerah Kebon Pala (kawasan Tanah Abang) dan Kebon Nanas (kawasan Jatinegara).
Sementara itu, banyak juga etnis Arab dari Pekalongan yang pindah dan bermukim di kawasan Condet Batuampar. Dari sanalah, terdapat percampuran budaya yang juga tampak pada ragam kulinernya.
Awalnya, ali bagente merupakan hidangan ringan yang selalu hadir saat Ramadan. Masyarakat setempat memanfaatkan sisa nasi yang tak habis dimakan untuk diolah menjadi camilan.
Kebiasaan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat Betawi yang dekat dengan ajaran Islam. Mereka diajarkan untuk tak menyia-nyiakan makanan.
Masyarakat Betawi tempo dulu kerap memasak nasi dengan menggunakan kuali. Hal ini membuat nasi berwarna kecoklatan dengan beberapa bagiannya yang cukup keras. Sementara itu, bagian bawahnya gosong karena menjadi bagian yang langsung terkena panas api.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/699968/original/miniatur-masjid.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)