Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Alasan Siswa SD Bangga Gagal Tes Bahasa Inggris, Nilai Pelajaran Agama Islam Bagus Dianggap Wajar

Alasan Siswa SD Bangga Gagal Tes Bahasa Inggris, Nilai Pelajaran Agama Islam Bagus Dianggap Wajar

TRIBUNJATIM.COM – Viral seorang siswa SD mengaku bangga karena gagal tes bahasa Inggris.

Curhatan siswa kelas 6 SD di Malaysia itu ramai dikomentari warganet TikTok.

Dalam video yang viral, siswa SD itu hanya memperoleh skor 26.

Meskipun hasil tes tersebut terbilang rendah, siswa tersebut tampak tidak terpengaruh dan tidak khawatir untuk memperbaiki nilai di tes berikutnya.

Dalam video tersebut, dia menyatakan bahwa kegagalannya “masuk akal” baginya, karena sebagai orang Melayu, dia merasa tidak perlu terlalu pandai berbahasa Inggris.

“Mengapa saya gagal dalam tes bahasa Inggris saya? Karena kami orang Melayu, bukan Inggris.” tuturnya dikuti dari world of buzz pada Sabtu, 14 Desember 2024 via TribunTrends.

Siswa tersebut juga berbagi dalam postingan lain bahwa ia berhasil lulus dalam mata pelajaran Studi Islam dengan skor 68, yang dia anggap wajar karena ia adalah seorang Muslim.

Selain itu, dia menunjukkan minatnya terhadap sepeda modifikasi yang populer, yang menjadi salah satu hobi favoritnya.

Fenomena ini mengingatkan kita pada kejadian serupa sebelumnya, ketika seorang pria Malaysia dengan bangga mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki kualifikasi SPM (Sijil Pelajaran Malaysia), namun masih bisa menghasilkan Rp 12 juta sebulan tanpa mengikuti ujian.

Konten semacam ini semakin banyak bermunculan di media sosial, menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap generasi mendatang, terutama dalam hal pandangan terhadap pendidikan.

Banyak pengguna media sosial merasa kecewa dengan pola pikir siswa tersebut, yang tampaknya tidak menunjukkan usaha untuk memperbaiki dirinya secara akademis.

Mereka menilai bahwa pendidikan adalah kunci penting bagi masa depan, dan khawatir bahwa jika pola pikir seperti ini berkembang, itu bisa merugikan perkembangan generasi muda.

Beberapa bahkan memberi saran agar siswa tersebut berubah pikiran ketika melangkah ke jenjang sekolah menengah dan mulai menyadari pentingnya bahasa Inggris, terutama mengingat globalisasi dan peluang yang terbuka di dunia luar.

“Ya, kamu bukan orang Inggris, tapi kamu masih punya cukup waktu untuk memperbaiki dan lulus ujianmu. Ketika Anda berada di sekolah menengah, Anda akan berbicara lebih banyak bahasa Inggris. Jangan menyesalinya.” ujar seorang wargant.

“Jangan terkejut mengetahui betapa pentingnya bahasa Inggris ketika Anda berada di luar negeri.” sambung yang lain.

“Ini adalah pola pikir seseorang yang akan menjual makanan ringan atau burger di pinggir jalan di masa depan.” timpal warganet lain.

Sementara itu, sebelumnya juga viral di media sosial seorang siswa SD diberi tugas menghitung 10.000 butir beras.

Adapun kisah seorang siswa SD melakukan pekerjaan rumah menghitung 10.000 butir beras itu jadi sorotan di media sosial.

Pasalnya siswa SD itu mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya sampai lewat subuh.

Bahkan, orangtua dari siswa SD itu sampai kelelahan dan frustasi.

Dilansir Sanook pada 7 November 2023, orang tua siswa di China marah karena seorang guru menugaskan putranya, yang baru masuk sekolah dasar, untuk menghitung 10.000 butir beras dan menyerahkannya, hal ini mendapat banyak perhatian dari komunitas online.

Saat ini, selain latihan yang berkaitan dengan pengetahuan di buku teks, banyak guru di  juga menambahkan latihan dalam berbagai format lain.

Bukan hanya membuat latihan di buku catatan dan menyerahkannya, ada juga latihan praktis seperti “Cuci kaki orang tuamu” atau “Bantu orang tuamu memasak”.

Setelah anak-anak mulai melakukan latihan, mereka akan datang ke kelas untuk menceritakannya.

Latihan-latihan ini membantu anak-anak belajar menghargai dan memahami kesulitan orang tua dan tahu bagaimana mengungkapkan perasaan mereka kepada orang yang mereka cintai.

Selain itu, latihan “menghitung manik-manik” telah menarik banyak perhatian karena dapat membantu anak melatih kesabaran dan ketelitia  dan mengembangkan karakter mereka sendiri dengan sangat baik.

Namun, sebuah keluarga dari Provinsi Liaoning, China baru-baru ini memposting artikel yang mempertanyakan buruknya keterampilan mengajar guru dan tugas pekerjaan rumah yang tidak masuk akal yang mengharuskan siswa menghitung 10.000 butir beras

Frustasi karena pekerjaan rumah yang diberikan guru terlalu tidak masuk akal, orang tua siswa itu bertanya kepada guru dan mendapat penjelasan yang mengejutkan.

Setelah putranya pulang dan memberitahunya tentang pekerjaan rumah yang diberikan guru kepadanya, seluruh keluarga duduk dan menghitung sampai malam.

Namun mereka masih belum bisa menghitung 10.000 butir beras.

Baru pada pukul 02.00 keesokan harinya seluruh keluarga menghitung cukup butir beras untuk dikirim oleh putra mereka kepada guru.

Karena latihan seperti itu cukup sulit, jadi butuh banyak usaha.

Hal ini mempengaruhi waktu istirahat seluruh keluarga.

Orang tua anak laki-laki tersebut sangat marah dan segera mengajukan keluhan kepada dewan sekolah mengenai metode pengajaran gurunya.

Mereka juga menyatakan keraguannya terhadap kemampuan mengajar guru.

Saat dihadapkan pada pertanyaan dari orang tua, guru perempuan tersebut dengan tenang menjelaskan,

“Sebenarnya latihan ini tidak dimaksudkan agar siswa dapat menghitung 10.000 butir beras, melainkan agar anak dan orang tua dapat menemukan cara yang lebih mudah untuk melakukan latihan ini secara langsung, sehingga akan meningkatkan keterlibatan antara orang tua dan anak. Sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir dan kreativitas anak ketika menghadapi situasi sulit.”

Guru menambahkan bahwa orang tua dapat membantu anaknya melakukan latihan ini dengan cara menghitung 200 butir beras dan menimbangnya untuk mengetahui berapa jumlah bijinya.

Selanjutnya ambil saja beras yang jumlahnya sama dengan berat aslinya, lalu menimbang kembali beras ini sebanyak 50 kali akan menghasilkan kurang lebih 10.000 butir beras dengan cepat.

Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk menguji kelenturan anda dalam berpikir untuk meningkatkan kemampuan analisis logis siswa.

Cara ini tidak hanya meringankan siswa dari tekanan harus belajar siang dan malam, tapi itu juga membantu mereka mengembangkan beberapa keterampilan penting.

Setelah mendengar penjelasannya, orang tua sangat terkejut sekaligus menunjukkan bahwa keluarga tersebut tidak diberitahu mengenai cara menghitung beras tersebut.

Oleh karena itu, mereka cukup bingung dan kurang paham dengan pekerjaan rumah guru.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com