Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian Selandia Baru tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat (Q4) 2024. Sehingga salah satu negara tetangga RI ini dapat keluar dari resesi
Data pemerintah yang dikutip Reuters pada Kamis (20/3/2025) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) naik 0,7% pada kuartal Desember dari kuartal sebelumnya, lebih baik dari ekspektasi analis sebesar 0,4% dan perkiraan bank sentral sebesar 0,3%. Pertumbuhan tersebut mengikuti kontraksi 1,1% yang direvisi pada kuartal ketiga.
Statistik Selandia Baru mengatakan 11 dari 16 industri meningkat pada kuartal keempat. Kenaikan terbesar berasal dari layanan persewaan, perekrutan dan real estat, perdagangan eceran dan akomodasi, serta layanan kesehatan dan bantuan sosial. Pengeluaran yang lebih tinggi oleh pengunjung internasional juga telah mendorong industri terkait pariwisata.
Namun PDB tahunan turun 1,1%. Pasar sendiri telah memperkirakan penurunan sebesar 1,4%.
Perlu diketahui, bank sentral Selandia Baru telah memangkas suku bunga tunai resmi sebesar 175 basis poin sejak Agustus 2024 menjadi 3,75%. Pada Februari, lembaga moneter itu meramalkan dua pemangkasan 25 basis poin lebih lanjut pada April dan Mei, dengan kemungkinan pemangkasan ketiga di akhir tahun.
Ekonom senior di Westpac, Michael Gordon, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa ia yakin angka-angka PDB ini mendukung pandangan bahwa bank sentral lebih mungkin memangkas suku bunga dua kali lagi. Peningkatan pertumbuhan akan memberikan sedikit kelegaan bagi para pembuat kebijakan yang ingin mengembalikan perekonomian setelah mengalami resesi teknis pada kuartal September, di mana ada penurunan PDB dua kuartal, terburuk di luar pandemi sejak tahun 1991.
Perlu diketahui, Selandia Baru juga menghadapi hambatan eksternal. Risiko terhadap pertumbuhan tahun ini telah meningkat karena kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Peningkatan tarif terhadap mitra dagang utama AS telah menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan ekonomi yang lebih luas secara global.
Situasi itu dapat berdampak pada Selandia Baru karena negara tersebut mengekspor banyak barang ke China dan AS.
(sef/sef)