Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ahli Sebut 2 Penyebab Banjir Bandang Tewaskan Seribu Orang di Pakistan

Ahli Sebut 2 Penyebab Banjir Bandang Tewaskan Seribu Orang di Pakistan

Jakarta, CNN Indonesia

Pemanasan global dan hujan tanpa henti disebut sebagai penyebab banjir bandang yang tewaskan lebih dari seribu orang di Pakistan.

Banjir bandang yang melanda Pakistan diketahui telah menyebabkan total 1.136 meninggal dunia sejak Juni lalu.

Angka korban meninggal juga diperkirakan akan terus bertambah lantaran semakin banyak desa yang terendam banjir tak lagi bisa terjangkau karena jalan utama rusak parah.

Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman mengatakan sekitar sepertiga wilayah negara itu terendam banjir bandang luapan dari Sungai Indus.

Sederet faktor yang disebabkan pemanasan global seperti suhu yang tinggi, udara yang lebih panas menahan lebih banyak kelembapan, cuaca ekstrem yang semakin liar, hingga gletser yang mencair disebut sebagai dalang dari banjir ini.

Sederet faktor tersebut kemudian bergabung menjadi hujan yang turun tanpa henti yang menyebabkan banjir.

“Tahun ini Pakistan telah menerima curah hujan tertinggi setidaknya dalam tiga dekade. Sejauh tahun ini hujan turun lebih dari 780 persen di atas rata-rata,” kata Abid Qaiyum Suleri, direktur eksekutif Institut Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan dan anggota Dewan Perubahan Iklim Pakistan, seperti dikutip AP News.

“Pola cuaca ekstrem semakin sering terjadi di wilayah ini dan Pakistan tidak terkecuali,” imbuhnya.

Ilmuwan iklim yang berbasis di Lahore di International Water Management Institute, Moshin Hafeez mengatakan Pakistan dianggap sebagai negara kedelapan yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Namun demikian, sejumlah ilmuwan mengatakan meski banjir sangat dekat dengan perubahan iklim, tetapi terlalu dini untuk secara resmi menyalahkan pemanasan global dalam kasus ini.

Menteri Iklim Sherry Rehman mengatakan yang terjadi di negaranya adalah bencana dengan proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sementara para ilmuwan menunjukkan campur tangan perubahan iklim pada bencana ini, mereka belum menyelesaikan perhitungan rumit yang membandingkan apa yang terjadi di Pakistan dengan apa yang akan terjadi di dunia tidak mengalami pemanasan.

Studi yang diperkirakan rampung dalam beberapa minggu ini akan secara resmi menjelaskan seberapa besar faktor perubahan iklim ambil bagian dalam bencana ini.

“Banjir baru-baru ini di Pakistan sebenarnya adalah akibat dari bencana iklim … yang menjulang sangat besar,” kata Anjal Prakash, direktur penelitian di Institut Kebijakan Publik Bharti India.

“Jenis curah hujan yang tak henti-hentinya telah terjadi … belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.

Pakistan terbiasa dengan musim hujan, tetapi Rehman mengatakan curah hujan biasanya memiliki jeda dalam rentang tiga atau dua bulan dan tidak terjadi secara terus menerus.

Menurutnya, hujan di Pakistan biasanya ada jeda, dan tidak terlalu deras juga hujan yang terjadi.

“Itu juga tidak terlalu lama. … Sudah delapan minggu dan kami diberitahu bahwa kami mungkin akan terjadi hujan lagi di bulan September,” katanya.

Menurut catatan, hujan yang terjadi di Pakistan turun dengan intensitas 37,5 sentimeter dalam satu hari, hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata intensitas hujan nasional selama tiga dekade terakhir.

Hujan deras yang terjadi di negara ini kemudian menyebabkan banjir yang membuat sekitar 20 bendungan jebol.

Lebih lanjut, panas terik di negara ini juga terjadi tak henti-hentinya seperti hujan. Pada Mei, Pakistan secara konsisten memiliki suhu di atas 45 derajat Celcius. Suhu terik yang lebih tinggi dari 50 derajat Celcius bahkan tercatat di tempat-tempat seperti Jacobabad dan Dadu.

Udara yang lebih hangat menyimpan lebih banyak kelembapan sekitar 7 per lebih banyak per derajat Celsius dan itu menyebabkan hujan turun dengan deras.

(lom/lth)