agama: Kristen

  • Jaga Sekularisme, Kazakstan Larang Penggunaan Jilbab di Sekolah

    Jaga Sekularisme, Kazakstan Larang Penggunaan Jilbab di Sekolah

    Jakarta

    Pengumuman pemerintah Kazakstan baru-baru ini tentang larangan mengenakan jilbab di sejumlah lembaga pendidikan telah memicu perdebatan sengit.

    “Persyaratan seragam sekolah melarang pemakaian jilbab karena atribut, simbol, elemen apa pun menyiratkan propaganda dogma yang terkait. Menjamin kesetaraan semua agama di depan hukum, prinsip-prinsip sekularisme tidak mengizinkan keuntungan dari agama apa pun,” demikian bunyi pernyataan di bagian “Untuk warga negara” di situs web pemerintah Kazakstan, tertanggal 16 Oktober 2023.

    Pernyataan itu juga melarang penggunaan jilbab bagi guru sekolah. Namun, larangan tersebut tidak berlaku di luar sekolah.

    Kazakstan, negara sekuler

    Menurut angka resmi, hampir 70% penduduk Kazakstan menganut agama Islam. Para pendukung larangan tersebut berpendapat bahwa Kazakstan merupakan negara sekuler dan oleh karena itu harus menghindari untuk mengistimewakan agama tertentu.

    Namun, para penentang larangan penggunaan jilbab itu percaya bahwa pembatasan semacam ini justru melanggar prinsip kebebasan hati nurani. Beberapa pihak telah mengambil tindakan ekstrem untuk memprotes keras larangan ini.

    Menteri Pendidikan Kazakstan Gani Beisembayev membenarkan bahwa di wilayah Atyrau saja, 150 anak perempuan telah memutuskan untuk berhenti sekolah sejak awal September lalu karena adanya larangan tersebut. Sedangkan di wilayah Turkestan, dua pria memukuli seorang pejabat sekolah setempat karena tidak mengizinkan anak perempuan yang mengenakan jilbab untuk dapat menghadiri kelas.

    Presiden Kazakstan Kassym-Jomart Tokayev juga mengomentari masalah ini dalam kongres guru nasional di ibu kota Astana. Dia mengatakan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan, tempat orang-orang datang untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan keyakinan agama adalah urusan pribadi.

    ‘Bentuk segregasi tertentu’

    Para murid perempuan membakar buku-buku pelajaran mereka dan menuntut hak untuk mengenakan pakaian muslim atau meminta rekan-rekan mereka untuk mencoba jilbab secara langsung di jalan.

    Mereka menekankan, “tidak akan menukar jilbab mereka dengan apapun.” Sejumlah tokoh perempuan terkemuka di negara itu juga bergabung dalam aksi protes ini, dengan mempublikasikan foto-foto mereka mengenakan jilbab di media sosial.

    Di antara mereka yang mendukung protes tersebut adalah Togjan Qojaly, anggota dewan sosial Almaty yang mengatakan kepada DW bahwa dia meyakini larangan tersebut ilegal.

    “Pertama-tama, Anda harus tahu bahwa jilbab sebenarnya adalah kerudung yang digunakan oleh gadis-gadis di Kazakstan sejak masa pubertas, yaitu sejak usia 13 tahun. Tidak ada konotasi agama di sini. Kedua, undang-undang menjamin hak untuk mendapatkan pendidikan, dan larangan yang telah diberlakukan merupakan hambatan buatan untuk melaksanakan hak tersebut. Mengapa jilbab tiba-tiba menghalangi gadis-gadis muslim untuk menjalani kehidupan sekuler? Tidak ada yang melarang pemakaian salib Kristen atau topi tubeteika. Faktanya, kita berbicara tentang suatu bentuk segregasi tertentu,” kata Qojaly.

    Imam Besar Mufti menyarankan masuk madrasah

    Administrasi Spiritual Muslim Kazakstan telah mengusulkan solusi. Menurut Imam Besar Mufti Kazakstan, Nauryzbay Kazhy Taganuly, anak perempuan yang ingin mengenakan jilbab bisa bersekolah di madrasah atau lembaga pendidikan Islam mulai dari kelas 10 dan seterusnya.

    “Kemungkinan seperti itu ada. Mata pelajaran agama dan sekuler diajarkan di sana sesuai dengan standar Kementerian Pendidikan,” kata Imam Besar Mufti. Sejauh ini pihak berwenang tidak keberatan dengan saran ini, meski larangan mengenakan jilbab tetap berlaku untuk semua lembaga pendidikan di Kazakstan tanpa terkecuali.

    (kp/ha)

    (ita/ita)

  • Tragedi Kebakaran Pesta Pernikahan di Irak, ‘Seperti Pintu Neraka Terbuka’

    Tragedi Kebakaran Pesta Pernikahan di Irak, ‘Seperti Pintu Neraka Terbuka’

    Jakarta

    Lebih dari 100 orang tewas dan banyak yang terluka dalam peristiwa kebakaran di sebuah perayaan pernikahan di Qaraqosh, Irak Utara.

    Kepada BBC, sejumlah saksi mata menggambarkan insiden itu sangat mengerikan dan orang-orang menjadi panik ketika api mulai membesar.

    Ghaly Nassim yang berusia 19 tahun hanya berjarak beberapa meter dari ruang perjamuan al-Haitham saat kebakaran terjadi pada Selasa malam.

    Ia bergegas menolong lima temannya yang terjebak di dalam.

    “Satu pintu terkunci, jadi kami membukanya dengan paksa. Kobaran api nampak keluar dari aula. Rasanya seperti pintu neraka terbuka,” katanya.

    “Suhunya tak tertahankan. Saya tidak bisa menggambarkan panasnya.”

    Sekitar 115 orang tewas dan lebih dari 150 korban luka-luka dalam kebakaran yang terjadi saat pesta dansa pertama kedua mempelai. Belum diketahui apakah pasangan itu selamat.

    Para penyintas mengatakan api melahap gedung itu dengan sangat cepat. (Reuters)

    Nassim menyebut kejadian itu sebagai “tragedi”.

    “Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain lari dari api,” ucapnya yang terdengar kelelahan melalui sambungan telepon.

    “Setelah petugas pemadam kebakaran tiba, saya bergegas masuk untuk mencari teman-teman saya. Sata lihat 26 mayat di kamar mandi. Seorang gadis berusia 12 tahun terbakar habis dan tergeletak di sudut ruangan.”

    Juru bicara media Pertahanan Sipil Irak, Gawdat Abdul Rahman, mengatakan kepada BBC bahwa kebakaran tersebut disebabkan oleh kembang api yang dinyalakan di dalam aula di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

    Penggunaan bahan bangunan yang mudah terbakar di aula, diduga membuat api cepat menyebar, tambahnya.

    Nassim juga meyakini kurangnya pintu keluar darurat yang memadai memperburuk keadaan.

    Sebab sebagian besar tamu mencoba keluar menggunakan pintu masuk utama aula -yang kemudian diduga menimbulkan kerumunan.

    Hancur dalam hitungan menit

    Nassim juga berkata, teman-temannya ada yang selamat.

    Salah satunya Tommy Uday.

    BBCPenggunaan bahan bangunan yang mudah terbakar di aula, diduga membuat api cepat menyebar.

    Remaja 17 tahun mengatakan saat itu sedang berdiri di samping pintu keluar ketika kebakaran terjadi. Hal ini memungkinkan dia melarikan diri dengan cepat.

    “Saya melihat kepulan asap hitam besar keluar dari langit-langit, jadi saya segera berlari keluar,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa “seluruh tempat itu hancur hanya dalam waktu lima menit”.

    Sekitar 50 jenazah dimakamkan pada Rabu (27/09). Sisa jenazah diperkirakan akan dikubur keesokan hari. Tapi masih banyak orang mencari anggota keluarga mereka.

    Ghazwan misalnya, dia terpisah dari istrinya yang berusia 33 tahun, putranya yang berumur empat tahun, serta putrinya yang berusia 13 tahun kala kebakaran terjadi.

    Putrinya yang lain, yang berusia 10 tahun, keluar dari aula dan “mengalami luka bakar hampir 98% di tubuhnya,” kata saudara perempuan Ghazwan, Eisan kepada BBC.

    Dia mengatakan saudara laki-lakinya sedang berkeliling rumah sakit untuk mencari keluarganya.

    Rumah sakit kewalahan

    Di pusat medis khusus luka bakar di Mosul, Dr Waad Salem, berkata kepada BBC bahwa 60% korban luka mengalami luka bakar parah.

    “Mayoritas luka bakar terjadi di wajah, dada, dan tangan,” katanya dengan menambahkan bahwa perempuan dan anak-anak termasuk yang paling terdampak.

    BBCKurangnya pintu keluar darurat yang memadai memperburuk keadaan.

    Kepala Perawat Israa Mohammed merawat korban luka sepanjang malam. Dia mengatakan merawat sekitar 200 pasien.

    “Apa yang saya lihat sangat mengerikan,” katanya.

    “Saya telah melihat orang-orang dengan lebih dari 90% tubuhnya terbakar habis,” sambungnya.

    Dia menambahkan, bahwa setidaknya 50 anak dinyatakan meninggal setelah tiba di rumah sakit.

    “Saya tidak bisa menggambarkan apa yang saya rasakan.”

    “Saya tahu mereka kehilangan anggota keluarga mereka. Setidaknya tiga keluarga kehilangan setiap anggota keluarga dalam kebakaran itu. Masyarakat bersedih, tidak hanya di Provinsi Niveneh tapi di seluruh Irak. Seluruh negara sedih.”

    (ita/ita)

  • Mengemuka Polemik Penggunaan Kata ‘Allah’ di Sarawak Malaysia

    Mengemuka Polemik Penggunaan Kata ‘Allah’ di Sarawak Malaysia

    Kuala Lumpur

    Pemakaian kata ‘Allah’ di Sarawak, Malaysia menjadi polemik. Pasalnya, hanya warga penganut Kristen di Sarawak yang diperbolehkan menggunakan kata ‘Allah’, sementara umat kristiani di daerah lain dilarang.

    “Kita harus memahami bahwa ini adalah keputusan Sarawak, dan Melaka, Penang dan Selangor tidak boleh menggunakan kata itu,” ucap Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim dilansir The Star, Rabu (17/5/2023).

    “Pengadilan telah memutuskan (memihak Sarawak) dan kita harus memahami bahwa itu hak prerogatif Sarawak,” tegas Anwar kepada wartawan.

    Cabut Banding

    Pernyataan itu disampaikan Anwar setelah sebelumnya Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution Ismail menyatakan kementeriannya akan mencabut banding terhadap putusan Pengadilan Tinggi yang mengizinkan warga non-Muslim menggunakan kata itu dan tiga kata lainnya untuk tujuan pendidikan.

    Saifuddin menyebut itu telah menjadi posisi kementeriannya dan dirinya telah menginformasikan dan menyampaikan hal itu kepada Kabinet.

    Banding itu awalnya dijadwalkan untuk sidang membahas manajemen kasus pada 19 Mei mendatang, namun tidak akan lagi dilanjutkan karena pemerintah mencabut seluruh bandingnya pada 18 April lalu.

    Langkah itu akan mengakhiri pertarungan hukum selama 15 tahun yang berawal ketika pemerintah menyita delapan CD berisi materi pendidikan dari seorang individu Bumiputera Sarawak, yang isinya mengandung kata tersebut.

    Saksikan juga ‘Malaysia Dilanda Suhu Tinggi, Satu Orang Tewas’:

  • Hanya Warga Non-Muslim di Sarawak Boleh Pakai Kata ‘Allah’

    Hanya Warga Non-Muslim di Sarawak Boleh Pakai Kata ‘Allah’

    Kuala Lumpur

    Polemik soal penggunaan kata ‘Allah’ oleh warga non-Muslim masih berlanjut di Malaysia. Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim mengatakan bahwa hanya warga penganut Kristen di Sarawak yang diperbolehkan menggunakan kata ‘Allah’.

    Seperti dilansir The Star, Rabu (17/5/2023), Anwar menyatakan bahwa penggunaan kata itu tidak akan diizinkan oleh warga non-Muslim di negara bagian lainnya dan hal ini telah dijelaskan oleh Kementerian Dalam Negeri.

    “Kita harus memahami bahwa ini adalah keputusan Sarawak, dan Melaka, Penang dan Selangor tidak boleh menggunakan kata itu,” ucapnya.

    “Pengadilan telah memutuskan (memihak Sarawak) dan kita harus memahami bahwa itu hak prerogatif Sarawak,” tegas Anwar kepada wartawan.

    Pernyataan itu disampaikan Anwar setelah sebelumnya Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution Ismail menyatakan kementeriannya akan mencabut banding terhadap putusan Pengadilan Tinggi yang mengizinkan warga non-Muslim menggunakan kata itu dan tiga kata lainnya untuk tujuan pendidikan.

    Saifuddin menyebut itu telah menjadi posisi kementeriannya dan dirinya telah menginformasikan dan menyampaikan hal itu kepada Kabinet.

    Banding itu awalnya dijadwalkan untuk sidang membahas manajemen kasus pada 19 Mei mendatang, namun tidak akan lagi dilanjutkan karena pemerintah mencabut seluruh bandingnya pada 18 April lalu.

    Lihat juga Video ‘PM Malaysia Dorong Perdamaian Konflik Etnik di Thailand Selatan’:

  • Petani dan Peternak Bentrok di Nigeria Tengah, 30 Orang Tewas

    Petani dan Peternak Bentrok di Nigeria Tengah, 30 Orang Tewas

    Nigeria

    Bentrokan berdarah terjadi antara peternak dan petani di negara bagian dataran tinggi, Nigeria tengah. Imbasnya, 30 orang tewas.

    “Insiden itu telah mempengaruhi lebih dari 30 orang, mereka kehilangan nyawa,” kata Komisaris Informasi dan Komunikasi Negara Dataran Tinggi Dan Manjang, seperti dilansir AFP, Rabu (17/5/2023).

    Dia mengatakan bentrokan terjadi pada hari Senin (15/5) antara peternak, yang kebanyakan beragama Islam, dan petani, yang umumnya beragama Kristen. Polisi mengatakan kekerasan terjadi “di berbagai desa” di Bwoi, di distrik Mangu.

    “Sekitar pukul 11.56 waktu setempat (1056 GMT) panggilan darurat diterima,” kata juru bicara polisi Alfred Alabo.

    “Orang-orang bersenjata menembak secara sporadis,” lanjut dia.

    Petugas keamanan pun dikerahkan ke daerah tersebut pasca bentrokan. Mereka bahkan terpaksa melibatkan para ‘penjahat’ untuk meredam bentrokan tersebut.

    Lihat juga Video ‘Nigeria Dilanda Banjir Terparah dalam 12 Tahun’:

    (maa/maa)

  • 17 Orang Tewas Diserang Kelompok Bersenjata di Desa Chad, Perbatasan Afrika

    17 Orang Tewas Diserang Kelompok Bersenjata di Desa Chad, Perbatasan Afrika

    Jakarta

    Kelompok bersenjata menyerang sebuah desa di Chad selatan, dekat perbatasan dengan Republik Afrika Tengah. 17 orang tewas akibat kejadian ini.

    Dilansir AFP, Jumat (12/5/2023) penyerangan terjadi pada Senin pagi waktu setempat. Orang-orang tak dikenal ini menyerang desa Don di provinsi Logone Oriental yang berbatasan dengan CAR, sekitar 500 kilometer (300 mil) selatan ibu kota Chad, N’Djamena.

    “Pembunuhan massal terjadi pada dini hari Senin pagi ketika orang tak dikenal bersenjata” kata jaksa penuntut Nerambaye, Ndoubamian dalam sebuah pernyataan.

    Disebutkan para penyerang membawa senjata api dan pisau, tiba dengan sepeda motor dan kuda. Mereka membunuh hingga membakar gubuk.

    “membunuh lebih dari selusin penduduk desa, membakar gubuk, mengambil lembu dan meninggalkan banyak orang terluka di jalan mereka”, kata jaksa penuntut.

    17 orang tewas, termasuk seorang bayi, sementara warga yang mengalami luka-luka di bawa ke rumah sakit. Jaksa mengumumkan telah membuka penyelidikan atas beberapa tuduhan termasuk pembunuhan, pembakaran dan pencurian yang diperparah, dan meminta saksi untuk maju.

    Penduduk desa sebagian besar berasal dari komunitas Kabba, sebuah kelompok etnis yang berbasis di Chad dan negara tetangga CAR, yang mayoritas beragama Kristen dan petani. Disebutkan, ketegangan antara penggembala Arab semi-nomaden dan petani sering muncul di Chad tengah dan selatan, di mana banyak penduduknya bersenjata.

    Lihat juga Video ’60 Orang Tewas dalam Aksi Memprotes Perpanjangan Masa Jabatan Presiden’:

    (dwia/dwia)

  • Gerombolan Pria Bersenjata Serang Gereja di Nigeria, 25 Orang Diculik

    Gerombolan Pria Bersenjata Serang Gereja di Nigeria, 25 Orang Diculik

    Lagos

    Gerombolan pria bersenjata menyerang sebuah gereja Baptis di barat laut Nigeria. Seorang pemimpin senior gereja itu menyebut 25 jemaah diculik dari kebaktian dalam penyerangan tersebut.

    Dilansir AFP, Selasa (9/5/2023), serangan itu adalah penculikan massal terbaru di Nigeria, di mana ketidakamanan merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi presiden mendatang Bola Tinubu yang akan menjabat pada akhir bulan nanti.

    Penyerang yang terjadi pada Minggu (7/5) itu menyerbu Gereja Baptis Bege di daerah Chikun Negara Bagian Kaduna. Awalnya gerombolan pria itu menculik 40 orang, namun 15 orang kemudian berhasil melarikan diri.

    “Dua puluh lima dari mereka masih bersama mereka,” kata Kepala Asosiasi Kristen Nigeria di Negara Bagian Kaduna, Pendeta Joseph Hayab, merujuk ke orang-orang bersenjata itu.

    Seorang juru bicara polisi Kaduna membenarkan serangan di hari Minggu itu, tetapi tidak dapat memberikan informasi lebih rinci.

    Geng-geng bersenjata berat yang dikenal secara lokal sebagai bandit sering melakukan penculikan massal untuk mendapatkan uang tebusan di Nigeria barat laut dan tengah. Mereka disebut menahan tawanannya di kamp-kamp yang tersembunyi di hutan luas membentang di seluruh wilayah.

    Penculikan untuk uang tebusan dan serangan antarkomunal telah kembali meningkat setelah jeda selama pemilihan jabatan presiden dan gubernur pada Februari dan Maret.

    Di awal bulan ini, sepuluh anak sekolah juga diculik di Kaduna tengah, meskipun delapan anak kemudian berhasil melarikan diri dua minggu setelah penculikan mereka. Pendeta Katolik juga menjadi sasaran penculikan.

    Tahun lalu, orang-orang bersenjata menembaki sebuah gereja Katolik di negara bagian Ondo barat daya, menewaskan sedikitnya 40 orang dalam serangan langka di daerah yang biasanya dianggap lebih aman.

    Lihat juga Video ‘Cerita Mencekam saat Gereja Katolik di Nigeria Diserang Kelompok Bersenjata’:

    (fas/fas)

  • Pecah Rusuh Antaretnis di India hingga Jatuh Puluhan Korban Jiwa

    Pecah Rusuh Antaretnis di India hingga Jatuh Puluhan Korban Jiwa

    Awal Mula Bentrok Pecah

    Kerusuhan antaretnis mulai terjadi di Manipur pada Rabu (3/5) pekan lalu, setelah aksi protes yang digelar oleh kelompok etnis minoritas Kuki memicu bentrokan dengan kelompok etnis Meitei yang lebih mayoritas di negara bagian itu.

    Bentrokan itu meluas hingga memicu kerusakan para pada kendaraan-kendaraan dan properti setempat.

    Kelompok etnis Meitei merupakan komunitas mayoritas Hindu yang kebanyakan tinggal di ibu kota Imphal dan menyumbang lebih dari 50 persen penduduk negara bagian Manipur, yang total berpenduduk 3,5 juta jiwa menurut data sensus India tahun 2011.

    Sedangkan kelompok etnis Naga dan Kuki merupakan dua kelompok suku minoritas yang sebagian besar beragama Kristen dan menyumbang sekitar 40 persen penduduk Manipur. Kelompok etnis ini memiliki status ‘Scheduled Tribe’ yang memberikan mereka hak kepemilikan tanah dan perbukitan dan hutan setempat.

    Kebanyakan anggota kelompok etnis ini tinggal di area perbukitan Manipur. Sejumlah anggota kelompok etnis Meitei juga ada yang tinggal di area perbukitan, meskipun kebanyakan tinggal di dataran rendah Manipur.

    Status ‘Scheduled Tribe’ diakui oleh konstitusi dan kelompok etnis maupun suku yang secara resmi untuk memegang status itu menikmati perlindungan tertentu.

    “Ini merupakan tindakan afirmatif untuk memastikan komunitas terpinggirkan terwakili dan memberikan reservasi dan kuota di lembaga pendidikan dan pekerjaan pemerintahan,” jelas seorang jurnalis setempat, Arunabh Saikia, yang meliput wilayah tersebut.

    Awal kerusuhan antaretnis pecah di distrik Churachandpur yang banyak ditinggali anggota kelompok suku Kuki, ketika ada aksi memprotes tututan kelompok Meitei untuk juga ditetapkan berstatus ‘Scheduled Tribe’.

    “Suku-suku meyakini pemberian status ‘Scheduled Tribe’ kepada Meitei akan menjadi pelanggaran hak mereka karena mereka mengklaim sebagai bagian populasi yang terpinggirkan, dan bukan Meitei,” jeas Saikia kepada Al Jazeera.

    Menurut Saikia, kelompok suku Kuki dan suku-suku lainnya meyakini Meitei sudah menjadi komunitas dominan dan ‘mengambil keputusan dalam politik negara bagian’, sehingga tidak bisa diberikan tindak afirmatif itu.

    Saikia menjelaskan bahwa wilayah kesukuan di bagian timur laut India menikmati perlindungan konstitusional tertentu, dan ada kecemasan di antara mereka bahwa dengan status ‘Scheduled Tribe’ berarti Meitei bisa memiliki tanah di area perbukitan.

    (lir/fas)

  • Pendeta Terkenal di Kenya Ditangkap Atas Kematian Massal Pengikutnya

    Pendeta Terkenal di Kenya Ditangkap Atas Kematian Massal Pengikutnya

    Nairobi

    Seorang pendeta terkenal di Kenya ditangkap dan diadili terkait dakwaan ‘pembunuhan massal’ terhadap pengikutnya. Penangkapan ini dilakukan beberapa hari setelah temuan puluhan mayat dalam kuburan massal terkait sekte sesat sebuah gereja lainnya di Kenya, yang menuntut pengikutnya kelaparan demi masuk surga.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (28/4/2023), pendeta terkenal bernama Ezekiel Odero yang memimpin Pusat Doa dan Gereja Hidup Baru ditangkap otoritas Kenya terkait dugaan kematian para pengikutnya.

    “Dia (Odero-red) telah ditangkap dan sedang diproses untuk menghadapi tuntutan pidana terkait pembunuhan massal para pengikutnya,” ungkap Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Kenya Kithure Kindiki dalam pernyataannya.

    “Gereja tersebut telah ditutup. Lebih dari 103 orang yang bersembunyi di tempat itu telah dievakuasi dan akan diminta untuk membuat pernyataan,” imbuhnya.

    Penangkapan Odero bertepatan dengan penyelidikan terhadap Paul Mackenzie Nthenge, seorang pemimpin kultus yang dituduh membunuh lebih dari 100 orang, kebanyakan anak-anak, di sebuah hutan dekat kota pesisir Malindi.

    Nthenge yang mantan sopir taksi itu diduga memberitahu para pengikutnya dalam sebuah gereja bernama Gereja Internasional Kabar Baik bahwa kelaparan memberikan jalan menuju Tuhan.

    Temuan mengerikan itu membuat terkejut publik Kenya, yang mayoritas penduduknya menganut agama Kristen. Laporan terbaru media-media lokal Kenya, yang mengutip sumber kepolisian, menyebut 11 jenazah lainnya telah ditemukan dari kuburan massal pada Kamis (27/4) waktu setempat. Dengan tambahan itu, maka sejauh ini total 109 orang tewas terkait sekte sesat itu.

  • Mantan Sales Asuransi Terpilih Jadi Wali Kota Berlin

    Mantan Sales Asuransi Terpilih Jadi Wali Kota Berlin

    Berlin

    Berlin, ibu kota Jerman, memilih Wali Kota konservatif pertamanya dalam lebih dari dua dekade terakhir. Seorang mantan sales asuransi, Kai Wegner, berhasil terpilih secara mengejutkan sebagai Wali Kota Berlin yang baru, setelah Partai Demokrat Kristen (CDU) menggulingkan koalisi sayap kiri yang berkuasa.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (28/4/2023), Wegner yang berusia 50 tahun merupakan seorang mantan salesman asuransi yang tumbuh besar di wilayah Spandau, Berlin. Dia telah resmi dilantik sebagai Wali Kota Berlin setelah pemungutan suara dalam parlemen daerah mengonfirmasi pengangkatannya.

    Namun demikian, perayaan keberhasilan Wegner itu dibayangi oleh spekulasi yang menyebut dia mungkin secara resmi terpilih dalam pemungutan suara rahasia dengan bantuan partai AfD yang beraliran sayap kanan jauh.

    CDU memuncaki jajak pendapat dalam pemilu putaran ulang pada Februari lalu, setelah pemungutan suara awal tahun 2021 lalu dinyatakan tidak memenuhi standar prosedural mendasar.

    Pemilu awal menempatkan koalisi antara Partai Sosial Demokrat (SPD) yang menaungi Kanselir Olaf Scholz, Partai Hijau dan partai-partai sayap kiri jauh dalam posisi unggul, namun pemilu ulang mengubah keseimbangan yang menjadi condong kepada partai-partai konservatif.

    Kalangan konservatif itu kemudian melakukan negosiasi dengan SPD, yang merupakan partai politik terbesar kedua di Jerman, sebelum mengajuk perjanjian koalisi pada awal bulan ini.

    SPD mencatat hasil terburuk pascaperang untuk pemilu daerah di Berlin pada Februari lalu, dengan menempati posisi kedua dan hanya memiliki selisih 53 suara di atas Partai Hijau. Hasil itu mengakhiri koalisi sayap kiri yang dipimpin Franziska Giffey, Wali Kota Berlin dari SPD, yang untuk selanjutnya akan didemosi menjadi Menteri Ekonomi dalam pemerintah daerah yang baru.

    Lihat juga Video: Jokowi ke Jerman Hasilkan 18 Kesepakatan Kerja Sama Senilai Rp 29,7 Triliun