agama: Kristen

  • Digempur Israel, Masjid Agung Bersejarah Omari Hanya Sisakan Menara

    Digempur Israel, Masjid Agung Bersejarah Omari Hanya Sisakan Menara

    Jakarta, CNN Indonesia

    Masjid Agung Omari yang merupakan masjid tertua dan terbesar di Jalur Gaza, Palestina, hancur dan hanya menyisakan menara imbas terkena serangan Israel.

    Sejumlah foto yang dibagikan media yang dikelola Hamas menunjukkan dinding dan atap masjid roboh, disertai retakan besar di bagian bawah menara.

    Menara masjid yang terletak di Kota Tua Gaza City ini satu-satunya bangunan masjid yang utuh, yang juga tampak bisa roboh kapan saja.

    “Kejahatan yang menargetkan dan menghancurkan situs arkeologi harus mendorong dunia dan UNESCO mengambil tindakan guna melestarikan warisan peradaban dan budaya yang besar ini,” demikian pernyataan Kementerian Pariwisata dan Purbakala Gaza, seperti dikutip The New Arab.

    Masjid Agung Omari merupakan situs suci umat Kristen atau Islam setidaknya sejak abad kelima, dan dinamai dari nama khalifah kedua Islam, Omar bin Khattab.

    Pada Jumat (8/12), penduduk Gaza ramai-ramai menyuarakan kemarahan dan kesedihan mereka atas hancurnya Masjid Agung Omari.

    Foto Masjid Agung Omari pada Maret 2023, ketika belum terkena serangan Israel. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)

    Ahmed Nemer (45), seorang penjahit yang tinggal di jalan sebelah Masjid Omari, mengaku tak bisa berkata-kata setelah melihat foto-foto bangunan yang rusak di kawasan kediamannya itu.

    “Saya telah berdoa di sana dan bermain-main sepanjang masa kecil saya,” katanya, sambil menuduh Israel sedang mencoba menghapus memori mereka, seperti dikutip Reuters.

    Sejak agresi diluncurkan 7 Oktober lalu, diperkirakan 104 masjid telah hancur imbas gempuran Israel.

    Beberapa masjid yang hancur di antaranya masjid kuno Othman Bin Qashqar di Kota Tua Gaza, yang dibangun pada 620AH di lingkungan Al-Zaytoun, sebelah timur Gaza City.

    Masjid ini dianggap sebagai salah satu masjid tertua dan situs arkeologi di Jalur Gaza.

    Masjid Sayyed Al-Hashim, yang dianggap salah satu masjid terpenting di Kota Tua Gaza juga hancur. Masjid ini sejak lama dipandang sebagai tempat makam kakek Nabi Muhammad, Hashim Bin Abd Manaf, demikian dikutip dari Middle East Monitor.

    (blq/vws)

    [Gambas:Video CNN]

  • UNESCO Diminta Lindungi Situs Bersejarah Gaza dari Serangan Israel

    UNESCO Diminta Lindungi Situs Bersejarah Gaza dari Serangan Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    UNESCO didesak untuk melindungi bangunan dan situs-situs bersejarah di Gaza dari serangan Israel yang masih terjadi hingga kini.

    Desakan itu disampaikan Hamas pada Jumat (8/12) sambil mengatakan serangan Israel telah menyebabkan gedung tertua di wilayah Palestina, tempat pemandian (hamam) terakhir, dan masjid-masjid berharga sudah jadi reruntuhan.

    Berdasarkan rekaman dan gambar yang diberikan, Masjid Agung Omari, yang terbesar dan tertua di Kota Gaza, hancur menjadi puing-puing.

    AFP memberitakan kini hanya menaranya yang tampak utuh, sementara itu lingkungan di sekitarnya, yang merupakan juga jadi tempat suci umat Kristen dan Muslim sejak abad kelima, sudah hancur.

    “Kejahatan yang menargetkan dan menghancurkan situs arkeologi harus mendorong dunia dan UNESCO mengambil tindakan untuk melestarikan warisan peradaban dan budaya yang besar ini,” kata Kementerian Peninggalan Sejarah Gaza.

    Mereka juga memperkirakan sekitar 104 masjid telah dihancurkan sejak awal gempuran Israel pada 7 Oktober. Masjid Agung Omari dan Masjid Othman bin Qashqar disebut terkena serangan udara pada Kamis (7/12) dan Jumat (8/12).

    Mereka juga mengutuk penghancuran Hammam al-Samara, pemandian gaya Turki yang terakhir di wilayah tersebut, yang sudah di sana lebih dari 1.000 tahun.

    Tak hanya itu, tiga gereja juga telah dihancurkan, termasuk Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang berusia 1.000 tahun, yang merupakan gereja tertua yang masih aktif di wilayah tersebut.

    Sebelumnya, Hamas melancarkan serangan yang terburuk dalam sejarah Israel karena menewaskan 1.200 orang, sebagian besar adalah warga sipil pada 7 Oktober.

    Sebagai balasan, pada tanggal yang sama, Israel langsung menggempur Gaza mulai dari udara hingga lanjut ke serangan darat baru-baru ini. Sejak saat itu, hampir 17.500 warga Palestina tewas.

    Kementerian Kesehatan Gaza juga mengungkapkan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.

    Permintaan perlindungan terhadap bangunan dan situs sejarah di Gaza disampaikan jelang Dewan Keamanan PBB melakukan pengambilan suara atas draf resolusi agresi Israel ke Palestina.

    (AFP/chri)

  • Israel Rekrut Orang Arab Gabung IDF untuk Pecah Belah, Diimingi Apa?

    Israel Rekrut Orang Arab Gabung IDF untuk Pecah Belah, Diimingi Apa?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel disebut-sebut sengaja merekrut orang-orang Arab dari berbagai kelompok suku masuk pasukan pertahanan Israel (IDF) sebagai politik pecah belah di antara orang Arab.

    Apa yang dijanjikan Israel merekrut orang-orang Arab gabung ke pasukan militer IDF?

    Anggota Parlemen Knesset Arab-Israel, Hanin Zoabie, mengatakan orang-orang Arab di wilayah itu diimingi kehidupan yang layak dan sejahtera dengan gaji tinggi jika bergabung ke IDF.

    Ia menyebut bahwa Israel berusaha mengincar orang-orang yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan untuk menjadi tentara.

    “Sembilan puluh persen orang Arab yang bertugas di tentara Israel tidak memiliki kesetaraan dengan orang Israel. Israel tidak membutuhkan mereka untuk melindungi keamanannya, ini adalah masalah politik, yang pertama adalah perpecahan dan pemerintahan.” ungkap Zoabie.

    Ia mengatakan selama ini masyarakat dunia mungkin salah kaprah terkait tentara Israel sebenarnya. Kebanyakan orang percaya bahwa pasukan pertahanan ini didominasi oleh warga Yahudi.

    Organisasi Haganah, Palmach, Lehi dan Irgun memang menjadi kelompok bersenjata yang awalnya ada saat kemerdekaan Israel. Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion memutuskan untuk menyatukan angkatan tunggal dengan pembentukan IDF pada 26 Mei 1948, dilansir dari Al Majalla.

    Namun, IDF berkembang tidak hanya diisi warga Yahudi saja. Saat ini, IDF mewakili seluruh bangsa, yaitu Yahudi Israel, Druze, Muslim, Arab, Badui dan Kristen semuanya bersaudara.

    Apa lagi strategi militer Israel IDF rekrut orang Arab? Bersambung ke halaman berikutnya…

    Suku Druze, kelompok minoritas berbahasa Arab, menjadi pendaftar tertinggi IDF di Israel karena ‘Perjanjian Darah’ pada 1956. Lebih dari 80 persen pria Druze mendaftarkan diri sebagai tentara IDF.

    Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang tetap tinggal saat dideklarasikan kemerdekaan Israel 1948.

    Orang Arab memenuhi seperlima populasi non-Yahudi di Israel. Hukum Israel tidak memaksa orang Arab Muslim, Kristen, atau Badui untuk mendaftarkan diri sebagai pasukan IDF. Namun, dalam kurun beberapa tahun terakhir, jumlah pria dan wanita Arab Israel yang mendaftar ke IDF meningkat drastis.

    “Merupakan suatu kehormatan, memegang senapan serbu di satu tangan dan Alquran di tangan lainnya, untuk membela tanah air saya, Israel” kata Sersan Emad, pemuda Arab Israel.

    Ashraf Ashkar, seorang Arab Israel 35 tahun, juga mengatakan teman-temannya bertugas dalam IDF di wilayah yang mendapat serangan Hamas 7 Oktober lalu.

    “Saya berbicara dengan mereka sepanjang waktu, saya punya teman, seorang Arab, yang bergabung dengan cadangan pekan lalu,” ungkap Ashkar, dikutip dari CNN.

    Rasa bangga Presiden Israel

    Presiden Israel Izaac Herzog mengungkapkan kebanggaan dan rasa hormat bagi orang-orang Arab yang mau mendaftar sebagai pasukan IDF.

    [Gambas:Infografis CNN]

    Ia menilai sebagian dari orang Arab Israel merasa memiliki dan setia terhadap Israel yang menjadi pendorong mereka bergabung dengan IDF.

    “Karena ini adalah tanah air saya, saya adalah bagian dari negara ini dan saya ingin berkontribusi.” ungkap Sersan Sami Heib, pria 20 tahun.

    “Fakta bahwa saya berasal dari kelompok minoritas mungkin menjadi alasan mengapa IDF memperlakukan saya lebih istimewa, karena mereka ingin saya merasa diterima di sini,” imbuhnya.

    Strategi IDF rekrut orang-orang Arab

    IDF disebut sangat jitu menjalankan strategi perekrutan anggotanya. Salah satu misi IDF adalah merekrut sebanyak mungkin warga Arab Israel.

    Pamdemi Covid-19 jadi faktor penting bagi IDF menarik hati masyarakat Arab di Israel.

    “Selama pandemi, tentara IDF dikerahkan untuk mengantarkan makanan dan obat-obatan kepada orang lanjut usia dan orang sakit. Mereka mengambil bagian dalam kampanye kesadaran akan virus corona dan kemudian membantu mendirikan pusat vaksin dan sebagainya. Upaya IDF sangat dihargai oleh warga Muslim yang tinggal di desa dan kota tersebut. Bisa dibilang faktor ketakutan telah hilang, karena masyarakat dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa tanpa lelahnya IDF bekerja untuk menjaga seluruh penduduk Israel.” ungkap pejabat senior IDF.

    “Zaman telah berubah, generasi muda Arab Israel lebih sadar akan apa itu IDF dan apa yang dapat ditawarkan kepada mereka dalam hal peluang karir di angkatan bersenjata atau pendidikan lebih lanjut pasca-tentara. kehidupan. Masyarakat ingin bergabung dengan tentara untuk memperbaiki keadaan mereka dan pada saat yang sama mereka ingin berkontribusi dan memperkuat keamanan negara mereka, Israel.” kata pejabat senior IDF dari Direktorat Ketenagakerjaan.

    IDF terus melakukan upaya penjaringan pasukan secara luas dengan menyebarkan undangan ke para pemuda Muslim di Israel melalui berbagai sarana media sosial.

  • Ledakan Diduga Serangan Bom di Misa Katolik Filipina, 3 Tewas

    Ledakan Diduga Serangan Bom di Misa Katolik Filipina, 3 Tewas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Ledakan diduga serangan bom terjadi saat misa Katolik di gimnasium Universitas Negeri Mindanao di Marawi, Filipina Selatan pada Minggu (3/12) pagi. Tiga orang dilaporkan tewas dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka.

    “Kami sedang menyelidiki apakah itu merupakan serangan IED (red,Improvised explosive deviceatau bom rakitan) atau pelemparan granat,” ujar Kepala Polisi Daerah Allan Nobleza, mengacu pada alat peledak rakitan, dikutip dari AFP, Minggu (3/12).

    Universitas Negeri Mindanao telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk tindakan kekerasan. Pihak kampus juga sudah meliburkan kelas-kelas dan mengerahkan lebih banyak personel keamanan di kampus.

    “Kami berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Kristen kami dan semua orang yang terkena dampak tragedi ini,” jelas universitas tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Gubernur Mamintal Adiong tampak mengunjungi korban pemboman yang terluka di fasilitas medis. Hal itu ditampilkan melalui unggahan foto di halaman Facebook provinsi Lanao del Sur.

    Insiden itu terjadi setelah militer Filipina melancarkan serangan udara pada hari Jumat yang menewaskan 11 militan Islam dari organisasi Dawlah Islamiah-Filipina di Mindanao.

    Pihak militer, pada Sabtu, mengatakan bahwa kelompok tersebut berencana melancarkan serangan di Provinsi Maguindanao del Sur.

    Nobleza menjelaskan pihak kepolisian tengah menyelidiki apakah serangan hari Minggu tersebut bertalian dengan serangan udara hari Jumat lalu.

    (pop/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Perekrutan Orang Arab di Milter Israel Diduga Jadi Taktik Pecah Belah

    Perekrutan Orang Arab di Milter Israel Diduga Jadi Taktik Pecah Belah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Manuver perekrutan di tubuh militer Israel menjadi sorotan. Politikus Arab di Israel menilai pendaftaran warga Arab sebagai pasukan Israel bermotif politik.

    Adapun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) diduga bermaksud untuk memecah belah warga Arab di Israel.

    Anggota Knesset Arab-Israel, Hanin Zoabie, menggambarkan Israel berusaha mengincar orang-orang yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan untuk menjadi tentara.

    “Sembilan puluh persen orang Arab yang bertugas di tentara Israel tidak memiliki kesetaraan dengan orang Israel. Israel tidak membutuhkan mereka untuk melindungi keamanannya, ini adalah masalah politik, yang pertama adalah perpecahan dan pemerintahan.” ujar Zoabie.

    Zoabie menyebut selama ini masyarakat dunia mungkin sebenarnya salah paham terkait tentara Israel. Mayoritas orang percaya bahwa pasukan pertahanan ini didominasi oleh warga Yahudi.

    Organisasi Haganah, Palmach, Lehi dan Irgun adalah kelompok bersenjata yang awalnya ada saat kemerdekaan Israel.

    Berdasarkan laporan Al Majalla, Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion memutuskan untuk menyatukan angkatan tunggal dengan pembentukan IDF pada 26 Mei 1948.

    Kendati demikian, IDF berkembang tidak hanya mewakili warga Yahudi saja.

    IDF kini mewakili seluruh bangsa, yaitu Yahudi Israel, Druze, Muslim, Arab, Badui, dan Kristen semuanya bersaudara.

    Suku Druze yang termasuk kelompok minoritas berbahasa Arab merupakan pendaftar tertinggi IDF di Israel karena “Perjanjian Darah” pada 1956. Lebih dari 80 persen pria Druze mendaftarkan diri sebagai tentara IDF.

    Pemerintah menetapkan Suku Druze seagai komunitas etnis yang terpisah dari Muslim Palestina dan Kristen yang ada di Israel.

    Sementara itu, warga negara Arab yang ada di Israel disebut orang Arab Israel. Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang tetap tinggal saat dideklarasikan kemerdekaan Israel 1948.

    Adapun orang Arab memenuhi seperlima populasi non-Yahudi di Israel.

    Hukum Israel tidak memaksa orang Arab Muslim, Kristen, atau Badui untuk mendaftarkan diri sebagai pasukan IDF.

    Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, jumlah pria dan wanita Arab Israel yang mendaftar ke IDF meningkat drastis.

    “Merupakan suatu kehormatan, memegang senapan serbu di satu tangan dan Alquran di tangan lainnya, untuk membela tanah air saya, Israel” kata Sersan Emad, pemuda Arab Israel.

    Seorang Arab Israel bernama Ashraf Ashkar (35), mengaku teman-temannya bertugas dalam IDF di wilayah yang mendapat serangan Hamas 7 Oktober silam.

    “Saya berbicara dengan mereka sepanjang waktu, saya punya teman, seorang Arab, yang bergabung dengan cadangan minggu lalu,” ungkap Ashkar, dilansir dari CNN.

    Presiden Israel Izaac Herzog menyampaikan kebanggaan dan rasa salut bagi mereka yang mendaftar sebagai pasukan IDF.

    Sebagian dari orang Arab Israel merasa memiliki dan setia terhadap Israel yang menjadi pendorong mereka bergabung dengan IDF.

    “Karena ini adalah tanah air saya, saya adalah bagian dari negara ini dan saya ingin berkontribusi,” terang Sersan Sami Heib.

    “Fakta bahwa saya berasal dari kelompok minoritas mungkin menjadi alasan mengapa IDF memperlakukan saya lebih istimewa, karena mereka ingin saya merasa diterima di sini,” tambah dia.

    Tak hanya itu, sejumlah perwira Arab Israel juga menerima penghargaan ‘Pujian Pelayanan Terbaik’ pada Upacara Hari Kemerdekaan’ tahun lalu.

    “Saya dibesarkan dengan nilai-nilai Islam, dan nilai-nilai itu mengajarkan saya bahwa kesetiaan terhadap tanah air adalah sesuatu yang sakral dan merupakan suatu kewajiban. Inilah sebabnya saya membawa senjata saya untuk membela Israel.” kata Perwira Anas Safedi.

    IDF disebut sangat ahli untuk menjalankan strategi perekrutan anggotanya. Salah satu misi IDF, yakni merekrut sebanyak mungkin warga Arab Israel. Pandemi Covid-19 berperan penting bagi IDF menarik hati masyarakat Arab di Israel.

    “Selama pandemi, tentara IDF dikerahkan untuk mengantarkan makanan dan obat-obatan kepada orang lanjut usia dan orang sakit. Mereka mengambil bagian dalam kampanye kesadaran akan virus corona dan kemudian membantu mendirikan pusat vaksin dan sebagainya. Upaya IDF sangat dihargai oleh warga Muslim yang tinggal di desa dan kota tersebut. Bisa dibilang faktor ketakutan telah hilang, karena masyarakat dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa tanpa lelahnya IDF bekerja untuk menjaga seluruh penduduk Israel.” ungkap pejabat senior IDF.

    “Zaman telah berubah, generasi muda Arab Israel lebih sadar akan apa itu IDF dan apa yang dapat ditawarkan kepada mereka dalam hal peluang karir di angkatan bersenjata atau pendidikan lebih lanjut pasca-tentara. kehidupan. Masyarakat ingin bergabung dengan tentara untuk memperbaiki keadaan mereka dan pada saat yang sama mereka ingin berkontribusi dan memperkuat keamanan negara mereka, Israel.” kata pejabat senior IDF dari Direktorat Ketenagakerjaan.

    Lebih lanjut, IDF terus berupaya menjaring pasukan besar-besaran dengan cara menyebarkan undangan ke para pemuda Muslim di Israel melalui berbagai sarana media sosial.

    (pop/pua)

    [Gambas:Video CNN]

  • Orang Arab Mulai Gabung Pasukan Israel, Diduga Taktik Pecah Belah

    Orang Arab Mulai Gabung Pasukan Israel, Diduga Taktik Pecah Belah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Fakta orang-orang Arab kini mulai banyak gabung jadi tentara di pasukan militer Israel diduga sebagai taktik pecah belah.

    Politikus Arab di Israel menduga pendaftaran warga Arab sebagai pasukan Israel bermotif politik. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) diduga bermaksud untuk memecah belah warga Arab di Israel.

    Anggota Knesset Arab-Israel, Hanin Zoabie, mengklaim bahwa Israel berusaha mengincar orang-orang yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan untuk menjadi tentara.

    “Sembilan puluh persen orang Arab yang bertugas di tentara Israel tidak memiliki kesetaraan dengan orang Israel. Israel tidak membutuhkan mereka untuk melindungi keamanannya, ini adalah masalah politik, yang pertama adalah perpecahan dan pemerintahan.” ungkap Zoabie.

    Ia mengatakan selama ini masyarakat dunia mungkin salah paham terkait tentara Israel sebenarnya. Kebanyakan orang percaya bahwa pasukan pertahanan ini didominasi oleh warga Yahudi.

    Organisasi Haganah, Palmach, Lehi dan Irgun memang menjadi kelompok bersenjata yang awalnya ada saat kemerdekaan Israel. Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion memutuskan untuk menyatukan angkatan tunggal dengan pembentukan IDF pada 26 Mei 1948, dilansir dari Al Majalla.

    Namun, IDF berkembang tidak hanya mewakili warga Yahudi saja. Saat ini, IDF mewakili seluruh bangsa, yaitu Yahudi Israel, Druze, Muslim, Arab, Badui dan Kristen semuanya bersaudara.

    Suku Druze, kelompok minoritas berbahasa Arab, menjadi pendaftar tertinggi IDF di Israel karena “Perjanjian Darah” pada 1956. Lebih dari 80 persen pria Druze mendaftarkan diri sebagai tentara IDF.

    Suku Druze banyak gabung IDF

    Suku Druze ditetapkan oleh pemerintah Israel sebagai komunitas etnis yang terpisah dari Muslim Palestina dan Kristen yang ada di Israel. Sedangkan, warga negara Arab yang ada di Israel disebut orang Arab Israel.

    Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang tetap tinggal saat dideklarasikan kemerdekaan Israel 1948.

    Orang Arab memenuhi seperlima populasi non-Yahudi di Israel. Hukum Israel tidak memaksa orang Arab Muslim, Kristen, atau Badui untuk mendaftarkan diri sebagai pasukan IDF.

    Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, jumlah pria dan wanita Arab Israel yang mendaftar ke IDF meningkat drastis.

    “Merupakan suatu kehormatan, memegang senapan serbu di satu tangan dan Alquran di tangan lainnya, untuk membela tanah air saya, Israel” kata Sersan Emad, pemuda Arab Israel.

    Ashraf Ashkar, seorang Arab Israel 35 tahun, juga mengatakan bahwa teman-temannya bertugas dalam IDF di wilayah yang mendapat serangan Hamas 7 Oktober lalu.

    “Saya berbicara dengan mereka sepanjang waktu, saya punya teman, seorang Arab, yang bergabung dengan cadangan minggu lalu,” ungkap Ashkar, dikutip dari CNN.

    Presiden Israel soal orang Arab gabung IDF, bersambung ke halaman berikutnya…

    Presiden Israel Izaac Herzog mengungkapkan kebanggaan dan rasa salut bagi mereka yang mau mendaftar sebagai pasukan IDF.

    Sebagian dari orang Arab Israel merasa memiliki dan setia terhadap Israel yang menjadi pendorong mereka bergabung dengan IDF.

    “Karena ini adalah tanah air saya, saya adalah bagian dari negara ini dan saya ingin berkontribusi.” ungkap Sersan Sami Heib, pria 20 tahun.

    “Fakta bahwa saya berasal dari kelompok minoritas mungkin menjadi alasan mengapa IDF memperlakukan saya lebih istimewa, karena mereka ingin saya merasa diterima di sini,” imbuhnya.

    Sejumlah perwira Arab Israel juga menerima penghargaan ‘Pujian Pelayanan Terbaik’ pada Upacara Hari Kemerdekaan’ tahun lalu.

    “Saya dibesarkan dengan nilai-nilai Islam, dan nilai-nilai itu mengajarkan saya bahwa kesetiaan terhadap tanah air adalah sesuatu yang sakral dan merupakan suatu kewajiban. Inilah sebabnya saya membawa senjata saya untuk membela Israel.” kata Perwira Anas Safedi.

    Persuasi IDF rekrut orang-orang Arab

    IDF disebut sangat ahli untuk menjalankan strategi perekrutan anggotanya. Salah satu misi IDF adalah merekrut sebanyak mungkin warga Arab Israel.

    Pamdemi Covid-19 memainkan peran penting untuk IDF menarik hati masyarakat Arab di Israel.

    “Selama pandemi, tentara IDF dikerahkan untuk mengantarkan makanan dan obat-obatan kepada orang lanjut usia dan orang sakit. Mereka mengambil bagian dalam kampanye kesadaran akan virus corona dan kemudian membantu mendirikan pusat vaksin dan sebagainya. Upaya IDF sangat dihargai oleh warga Muslim yang tinggal di desa dan kota tersebut. Bisa dibilang faktor ketakutan telah hilang, karena masyarakat dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa tanpa lelahnya IDF bekerja untuk menjaga seluruh penduduk Israel.” ungkap pejabat senior IDF.

    “Zaman telah berubah, generasi muda Arab Israel lebih sadar akan apa itu IDF dan apa yang dapat ditawarkan kepada mereka dalam hal peluang karir di angkatan bersenjata atau pendidikan lebih lanjut pasca-tentara. kehidupan. Masyarakat ingin bergabung dengan tentara untuk memperbaiki keadaan mereka dan pada saat yang sama mereka ingin berkontribusi dan memperkuat keamanan negara mereka, Israel.” kata pejabat senior IDF dari Direktorat Ketenagakerjaan.

    IDF terus melakukan upaya penjaringan pasukan besar-besaran dengan menyebarkan undangan ke para pemuda Muslim di Israel melalui berbagai sarana media sosial.

  • Theodor Herzl, Pencetus Zionisme Israel yang Bikin Palestina Menderita

    Theodor Herzl, Pencetus Zionisme Israel yang Bikin Palestina Menderita

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dilabeli negara zionis karena mendirikan negara dengan mencaplok wilayah Palestina. Gerakan ini dicetuskan oleh aktivis politik Yahudi dan jurnalis berkewarganegaraan Austria-Hungaria bernama Theodor Herzl.

    Serbuan Israel di jalur Gaza yang sudah dianggap sebagai genosida membangkitkan amarah masyarakat dunia.

    Kecaman publik global kepada kaum Zionis merujuk pada Israel, sekutu, dan pendukungnya yang melakukan kebrutalan untuk memusnahkan warga Palestina.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mengatakan akan terus berusaha menghentikan tragedi kemanusiaan atas kejahatan yang dilakukan oleh entitas Zionis di Gaza, dikutip dari Associated Press News.

    Dilansir dari Britannica, Zionisme merupakan gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan untuk menciptakan dan mendukung negara nasional Yahudi di Palestina.

    Bagi sebagian orang, gerakan Zionisme menjadi kesempatan bagi bangsa Yahudi untuk mendapatkan pembebasan nasional dan bisa memimpin pemerintahan mereka sendiri. Namun bagi yang lain, Zionisme merupakan proyek kolonial yang rasis.

    Salah satu tokoh penting dibalik zionisme adalah Theodor Herzl. Berikut profil Theodor Herzl.

    Pria kelahiran Tahun 1860 ini disebut sebagai “Bapak Zionisme” politik modern. Setiap tahun pada tanggal 10 bulan Ibrani Iyar, Israel merayakan libur nasional dengan “Hari Herzl”.

    Herzl meninggal lebih dari 40 tahun sebelum negara Israel terbentuk. Namun, Herzl merupakan seorang organisator, propagandis, dan diplomat yang berperan besar membuat Zionisme menjadi gerakan politik berpengaruh di dunia.

    Seorang penulis bernama Gol Kalev menerbitkan buku “Yudaism 3.0: Judaism’s Transformation to Zionism” yang didedikasikan untuk Herzl.

    “Jika kita dapat mendalami pemikiran dan filosofi Herzl, kita dapat menerapkannya pada banyak isu strategis saat ini, [bahkan] dalam siklus berita dan dunia yang ramai.” ungkap Kalev, dikutip dari The Jerusalem Post.

    Keterlibatan Herzl dalam gerakan Zionisme dimulai saat terjadinya Kasus Mata-Mata pada 1894 dan 1895. Pada peristiwa tersebut, seorang perwira Yahudi Perancis, Alfred Dreyfus, dituduh sebagai mata-mata Jerman dan dipenjara seumur hidup. Hal ini menjadi pencetus gelombang luas anti-Semitisme di Perancis.

    Herzl, jurnalis Yahudi yang saat itu bekerja sebagai koresponden di Paris untuk surat kabar harian Austria, menulis buku berjudul ‘Der Judenstaat’ atau ‘Negara Yahudi’ yang diterbitkan Tahun 1896, dikutip dari Egypt Today.

    Salah satu sub judul yang tertulis dalam buku tersebut adalah ‘Upaya Menemukan Solusi Modern terhadap Pertanyaan Yahudi’.

    Herzl juga sadar akan terjadinya persaingan ekonomi antara Yahudi dan non-Yahudi yang akhirnya menimbulkan kebencian anti-Yahudi.

    Ketegangan rasial berkelanjutan di Perancis dan negara di sekitarnya membuat Herzl merasa bahwa Eropa tidak lagi bisa dijadikan tempat tinggal orang Yahudi.

    Herzl berkomitmen untuk membebaskan bangsa Yahudi dari tekanan Eropa. Herzl membentuk berbagai skema, seperti revolusi sosialis dan perpindahan agama secara masal menjadi Kristen, dilansir dari History Today.

    Satu-satunya solusi yang dipilih Herzl untuk memperjuangkan Yahudi adalah melalui pendekatan nasional. Herzl mengusulkan kepada orang-orang bangsa Yahudi untuk membentuk negara mereka sendiri.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Herzl pada mulanya mengusulkan dua lokasi geografis, yaitu Palestina dan Argentina. Herzl juga menargetkan Uganda sebagai tempat perlindungan sementara bagi bangsa Yahudi untuk menghindari anti-Semitisme.

    Ambisi Herzl untuk membentuk negara Yahudi di Palestina tidak lagi bisa dibendung. Herzl ingin negara Yahudi juga turut ambil bagian dari proyek kolonialisme Eropa di timur. Oleh karena itu, Herzl membentuk penghalang untuk memisahkan Eropa dan Asia.

    Herzl sempat ingin menyelenggarakan kongres Zionis pertamanya di Munich, Jerman, tetapi mendapat penolakan dari Majelis Yahudi dan para nabi.

    Kongres pertama Zionis tingkat dunia akhirnya berhasil diselenggarakan Tahun 1897 di Basel, Swiss yang dihadiri oleh 200 delegasi dari 24 negara.

    Di hadapan ratusan delegasi, Herzl mengumumkan pendirian Organisasi Zionis Dunia. Tujuan dari gerakan Zionisme ini adalah mendirikan tanah air nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina yang diakui oleh hukum internasional.

    Herzl mempresentasikan suatu proyek besar Yahudi yang disebut sebagai “Proyek Basel”.

    Kongres Zionis terus berlanjut dengan sidang yang diadakan setiap tahunnya. Pada sidang kedua Tahun 1898, dibentuk “Dana Penyelesaian” yang digunakan untuk menyokong keuangan Organisasi Zionis Dunia.

    Kampanye donasi menargetkan orang-orang Yahudi kaya yang ada di Barat. Dukungan dana juga ditarik dari keuntungan perusahaan dan lembaga-lembaga besar mereka.

    Konferensi-konferensi berikutnya mulai melibatkan negara-negara besar untuk terlibat.

    Dalam konferensi tersebut, dirumuskan tiga jalur agar tercapainya tujuan Zionisme, yaitu pengembangan pemukiman di Palestina melalui pertanian, penguatan budaya Yahudi, dan mendapatkan persetujuan internasional atas proyek Zionis.

    Herzl menggunakan strategi menghindari penyebutan “negara Yahudi” saat Kongres Pertama Zionis diadakan dan lebih memilih istilah “tanah air”. Hal ini bertujuan untuk menghindari kebencian terhadap orang Yahudi di Eropa dan di Kekaisaran Ottoman.

    Pada kongres keenam Tahun 1903 di Basel, untuk pertama kalinya dikenalkan proposal pendirian negara Yahudi di Uganda. Wacana ini mendapat pertentangan dari 178 delegasi.

    Perdebatan terjadi akibat wacana kelangsungan proyek Zionis selain di Palestina. Dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dan konflik di tengah kemajuan yang sudah dicapai sejak 1897.

    Herzl berusaha meyakinkan para delegasi dengan janji mencari solusi dan mengirimkan komite pencari fakta untuk melihat kondisi di Gaza.

    Herzl meninggal sebelum kongres ketujuh dilaksanakan Tahun 1905. Kemudian David Wolffsohn, zionis Rusia dan rekan dekat Herzl, terpilih sebagai presiden baru Organisasi Zionis Dunia, .

    Proyek Uganda mulai ditinggalkan, tetapi tekad untuk menyukseskan Proyek Basel yang dicetuskan oleh Herzl terus berlanjut.

    Konsep “negara” yang dibawa oleh Herzl membuat pemukiman Yahudi di Palestina yang lebih pasti.

    Zionis kian mengintervensi pemerintahan Palestina dengan berusaha masuk dalam urusan politik. Didirikan “Kantor Tanah Israel” di Jaffa yang menarik pemodal Yahudi untuk mendanai ladang jeruk dan buah-buahan lainnya.

    Pengembangan lahan pertanian semakin meluas di Boria, Magdala di utara Danau Tiberias, dan di Rehovot dan Lod.

    Kantor Tanah Israel berperan penting dalam pembentukan lingkungan “Ahuzat Bayit”, yang kemudian menjadi pusat kota Ibrani pertama, Tel Aviv.

    Dukungan terhadap bangsa Yahudi dari negara besar, salah satunya Inggris semakin nyata dengan adanya Deklarasi Balfour pada 2 November 1917.

    Deklarasi Balfour dikeluarkan oleh pemerintah Inggris untuk mendukung pendirian rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.

  • Polresta Sidoarjo Gelar Minggu Kasih di Gereja GPPS Krian

    Polresta Sidoarjo Gelar Minggu Kasih di Gereja GPPS Krian

    Surabaya (beritajatim.com) – Polresta Sidoarjo terus menjaga toleransi dan kerukunan antar umat beragama di wilayahnya.

    Setiap Minggu, Polresta Sidoarjo mengunjungi rumah ibadah maupun gereja umat Kristen untuk memberikan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan ibadah.

    Salah satu kunjungan yang dilakukan Polresta Sidoarjo adalah ke Gereja GPPS Watugolong, Krian, Sidoarjo, Minggu (19/11/2023). Kunjungan ini merupakan bagian dari program Minggu Kasih yang digagas oleh pimpinan Polri.

    Kapolresta Sidoarjo Kombes. Pol. Kusumo Wahyu Bintoro bersama pejabat utama, kapolsek jajaran dan forkopimka Krian bertemu dengan warga gereja dan mendengarkan aspirasi mereka terkait dengan situasi kamtibmas.

    “Program Minggu Kasih adalah bentuk interaksi langsung Polisi dengan masyarakat untuk mendengarkan saran, kritikan, masukan serta pengaduan masyarakat terkait dengan pelayanan kepolisian di wilayahnya,” ujar Kapolresta Sidoarjo.

    Kapolresta Sidoarjo juga mengajak masyarakat untuk menguatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Apalagi, saat ini sedang berlangsung kegiatan Pemilu 2024.

    “Dalam Pemilu 2024 bila ada perbedaan pandangan maupun keyakinan merupakan hal yang wajar. Jangan dijadikan polemik berkepanjangan. Mari kuatkan toleransi dan kerukunan agar wilayah kita senantiasa aman, kondusif serta damai,” pesannya.

    Selain itu, Polresta Sidoarjo juga memberikan layanan-layanan kepolisian di gereja. Seperti bakti kesehatan dan bakti sosial bagi masyarakat secara gratis. (ted)

  • Direktur HAM PBB Ajukan Pengunduran Diri Karena Gagal Cegah Genosida

    Direktur HAM PBB Ajukan Pengunduran Diri Karena Gagal Cegah Genosida

    Surabaya (beritajatim.com) – Direktur Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Craig Mokhiber, telah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya pada (28/10/2023), dengan alasan bahwa PBB telah gagal mencegah genosida di Palestina.

    Keputusan pengunduran diri ini mencerminkan keprihatinan mendalam atas situasi konflik yang berlarut-larut di wilayah tersebut. Menurutnya, kekecewaannya tersebut karena adanya pembantaian besar-besaran yang terjadi di Palestina saat ini merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

    Dia bahkan menyebutnya sebagai contoh kasus genosida. Pernyataan keras ini menggambarkan betapa seriusnya situasi konflik di Palestina dan sejauh mana dampaknya terhadap hak asasi manusia.

    Baca Juga: Pekerja Proyek Rel KA Stasiun Sepanjang Sidoarjo Tertangkap Gondol Besi Ulir

    Dalam surat tersebut, Mokhiber juga menyerukan pembentukan negara Palestina dan pembubaran Israel. Dia mengusulkan pendirian negara sekuler yang demokratis di seluruh wilayah Palestina dengan hak yang sama bagi semua agama, yaitu Kristen, Muslim, dan Yahudi.

    Selain itu, dia mendesak untuk menghapus kelompok-kelompok yang dianggap rasis, mengakhiri pemukiman kolonial, dan mengakhiri apartheid di seluruh wilayah.

    Pengunduran diri Mokhiber juga mencakup kritik terhadap negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris yang mendukung Israel dan menolak memenuhi kewajiban mereka terhadap Konvensi Jenewa. Dia menganggap bahwa dukungan senjata dari negara-negara Barat terhadap Israel turut memperburuk situasi di wilayah tersebut.

    Craig Mokhiber adalah seorang profesional berpengalaman yang telah bekerja di PBB sejak tahun 1992. Selama karirnya, dia menduduki beberapa posisi penting dan bahkan tinggal di Gaza selama beberapa tahun.

    Baca Juga: Warga Sukomanunggal Surabaya Dihajar Sampai Masuk Rumah Sakit

    Sebagai pengacara yang mengkhususkan diri dalam hukum hak asasi manusia internasional, Mokhiber telah memainkan peran penting dalam mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia.

    Meskipun Mokhiber sering mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena pandangannya yang tegas dan dukungannya terhadap gerakan BDS serta pernyataan tentang apartheid yang dia gunakan untuk menggambarkan situasi di Palestina, pengunduran dirinya mencerminkan keprihatinan yang lebih besar terhadap konflik berlarut-larut dan dampaknya terhadap hak asasi manusia.

    Juru bicara PBB di New York mengonfirmasi pengunduran diri Mokhiber dan menjelaskan bahwa surat tersebut merupakan pandangan pribadi Mokhiber.

    Baca Juga: Walkota Kediri: Terima Kasih Rekan-Rekan Media Atas Kolaborasinya

    Pengunduran diri ini menunjukkan bahwa isu konflik di Palestina tetap menjadi perhatian dunia internasional dan memicu diskusi tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. (fyi/ian)

  • Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Jakarta

    “Halo, saya Suster Mara del Pilar… Kemarin sore kami menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang meninggal akibat pengeboman Israel.

    Itulah pesan singkat yang direkam oleh seorang biarawati asal Peru di Jalur Gaza. Versi penuh video itu disiarkan portal Voz Catlica.

    Sosok yang berbicara dalam video tersebut adalah Suster Mara del Pilar Llerena Vargas. Dia berasal dari sebuah kota di bagian selatan Peru, Arequipa.

    Suster Maria telah melayani di Paroki Keluarga Kudus di Gaza selama empat tahun terakhir. Di paroki itulah berdiri satu-satunya gereja Katolik di Palestina.

    Suster Maria tergabung dalam kongregasi Pelayan Tuhan dan Perawan Matara, yang merupakan bagian dari Institut Sabda Inkarnasi. Dia melayani di Gaza bersama saudara kembarnya, yang juga seorang biarawati, Suster Mara del Perpetuo Socorro.

    Kedua kakak-beradik itu, bersama para biarawati dari kongregasi lain, selama ini melayani lebih dari 600 orang di paroki Gaza – termasuk anak-anak difabel, orang sakit, dan orang lanjut usia yang menggunakan kursi roda.

    Israel melancarkan operasi pengeboman di Gaza beberapa jam setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Kepala Bagian Konsuler Kedutaan Besar Peru di Mesir, Giancarlo Pedraza Ruiz, membenarkan bahwa pihaknya “melakukan upaya evakuasi warga Peru dan kerabat mereka yang berkewarganegaraan lain di Gaza menuju Mesir.

    Pedraza Ruiz berkata, terdapat sembilan orang yang telah mereka evakuasi. Empat di antaranya adalah warga Peru, termasuk seorang anak perempuan berusia enam tahun.

    Suster Mara del Perpetuo Socorro dan Suster Mara del Pilar Llerena Vargas adalah dua warga Peru yang juga masuk daftar evakuasi. Namun kedua biarawati itu menyatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza.

    Berikut petikan dialog Suster Mara del Pilar dengan BBC Mundo.

    Suster Mara del Pilar, dalam rekaman pesan video, Anda mengatakan bahwa paroki Gaza tidak memiliki akses air bersih dan listrik. Bagaimana situasi di paroki Gaza saat ini?

    Di sini terdapat sekitar 600 orang. Seperti daerah lain di Gaza, kami tidak memiliki akses air bersih. Namun kita punya air sumur alami. Kami menggunakan air itu untuk mandi dan aktivitas lainnya. Kami tidak tahu berapa lama persediaan air itu bisa bertahan. Kami sudah membeli air mineral agar masyarakat bisa minum. Kami membelinya dengan harga tiga kali lipat dari harga biasanya.

    Anda mengatakan bahwa Anda menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang tewas akibat bom yang menghancurkan Gereja Ortodoks Santo Porfirius.

    Militer Israel membantah telah menargetkan gereja dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Hayat, mengatakan kepada BBC Arabic bahwa gereja “terkena kerusakan kolateral” ketika Israel menyerang “pusat komando dan kendali Hamas di dekat tempat beribadah itu. Bisakah Anda menjelaskan apa yang terjadi?

    Mereka meninggal karena pengeboman Israel. Salah satu kamar tempat mereka tidur, runtuh. Akibatnya, banyak umat Kristiani meninggal, begitu juga anak-anak yang ikut atau datang ke kegiatan paroki kami atau bersekolah di sekolah kami.

    Saya keluar dari kompleks paroki untuk pertama kalinya sejak awal kejadian untuk bisa menemani keluarga Kristen di pemakaman, untuk sedikit menghibur mereka, meskipun saya tahu itu sangat sulit.

    Baca juga:

    Di mana para korban dimakamkan?

    Setiap paroki di sini memiliki kuburannya sendiri.

    Anda menyebutkan bahwa di permakaman Anda melihat gambaran yang tidak akan pernah terhapus dari pikiran Anda.

    Itu memang benar. Sayangnya memang demikian.

    Saat saya pergi ke permakaman, saya merasakan kepedihan saat seorang anak yang mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Kepedihan orang tua yang berpamitan dengan anaknya memang lebih menyakitkan. Ada keluarga-keluarga yang seluruh anaknya meninggal. Dan mereka adalah anak-anak yang kami kenal. Itu sangat menyakitkan.

    Apakah Anda mempunyai stok makanan? Hanya beberapa truk bantuan yang diperbolehkan masuk.

    Syukurlah, Patriark Latin Yerusalem membantu kami dan masyarakat.

    Kedua gereja, Latin dan Ortodoks, bekerja sama dengan sangat baik, dan itu merupakan berkat besar dari Tuhan. Kami membeli makanan, membeli kasur. Memang dengan harga yang lebih mahal, tapi, syukur kepada Tuhan, kami punya makanan.

    Apakah pihak gereja juga melindungi orang-orang yang mengungsi di Gereja Ortodoks sebelum pengeboman tanggal 20 Oktober?

    Ya, beberapa orang memutuskan untuk datang kepada kami karena jelas sebagian bangunan tempat tinggal mereka runtuh. Beberapa dari mereka ikut bersama kami.

    Baca juga:

    Konsulat Peru di Mesir menegaskan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk evakuasi warga negara Peru dan keluarganya. Apakah Anda bersedia meninggalkan Gaza?

    Tidak. Mereka menelepon kami dari Kedutaan Peru di Israel. Dan setelah itu giliran kedutaan dan konsulat Peru di Mesir yang mengontak kami. Mereka memberi tahu kami bahwa mereka memiliki semua informasi kami, bahwa segala sesuatunya sudah siap di perbatasan saat kami ingin berangkat.

    Namun mereka tidak pernah menanyakan niat kami.

    Kami tidak akan meninggalkan umat kami. Saya telah tinggal di sini selama empat tahun dan inilah hidup saya. Ini adalah paroki saya. Mereka adalah orang-orang penting dalam kehidupan saya dan saya tidak akan pergi dari sini. Mereka membutuhkan bantuan kami.

    Apakah Anda mengambil keputusan itu meskipun Anda tahu bahwa dengan adanya serangan udara, risiko kematian Anda meningkat setiap hari?

    Ya, saya sangat sadar akan hal itu karena saya mendengar suara ledakan. Saya yakin semua orang di paroki ini mengetahui hal itu.

    Semua umat Kristiani sebenarnya bisa pergi ke selatan Gaza untuk menyelamatkan diri, tapi tidak satu pun dari mereka yang mau pergi. Setiap orang ingin tinggal di parokinya. Dengan kata lain, mereka ingin berada dekat dengan Sakramen Kudus, dekat dengan Tuhan. Mereka merasa aman berada di sini.

    Israel menyebarkan selebaran kepada orang-orang di Gaza utara untuk memperingatkan bahwa mereka yang tidak pergi ke selatan Sungai Wadi Gaza berisiko dianggap sebagai “kaki tangan organisasi teroris. Seperti apa kenyataannya di lapangan?

    Di paroki ada anak-anak, ada orang difabel.

    Banyak orang yang datang menggunakan kursi roda, ada pula orang lanjut usia dan banyak di antara mereka yang tidak bisa berjalan. Ada juga seseorang yang menderita kanker yang menjalani operasi otak. Kami menampung beberapa orang yang terluka dari paroki Ortodoks yang dirawat di sini karena di antara para pengungsi kami ada pula dokter.

    Bagaimana cara mengangkut 600 orang, termasuk anak-anak, orang sakit, orang tua? Kami tidak bisa. Kami benar-benar tidak bisa melakukannya.

    Saya percaya ini adalah alasan kemanusiaan dan semestinya Israel dapat memahami kami, semestinya mereka dapat memahami bahwa kami tidak dapat bergerak.

    Kami menginginkan perdamaian, kami hanya menginginkan perdamaian.

    Untuk itu kami harus banyak berdoa. Paus Fransiskus menyebut tanggal 27 Oktober ini sebagai Hari Doa. Saya percaya inilah saatnya bagi kita semua untuk bersatu dalam permohonan besar ini untuk mendoakan perdamaian.

    Lihat Video: Prancis Kritik Israel soal Rencana Invasi Darat ke Gaza

    (ita/ita)